Konten Aksara membawakan cerita yang bertemakan ' Cemburu Buta ', tidak sulit untukku selami ke dalam cerita sampai membuatku kembali mengenang ke masa lalu. Ceritanya serupa dengan pengalaman ku. Di kenaikan tingkat kelas, kami kedatangan anak baru, siswi perempuan. Penampilan anak perempuan itu, bisa disebut berani. Dia menggunakan kemeja yang memperlihatkan lekuk tubuhnya –terutama bagian dada – dan roknya yang pendek beberapa inci diatas lutut, rambutnya pendek menyentuh bahu, kulit putih, dan panggilan nama depannya sama dengan teman sebangku ku. Lengkapnya Ria Eryani.
Jujur saja dari segi penampilan, aku merasa keberatan akan tingkahnya. Semua anak perempuan yang tidak berkerudung, menaati peraturan sekolah dengan menggunakan rok dibawah lutut. Dia tidak merasa malu apa, saat guru laki-laki menegur dan memintanya mengganti pakaian sesuai peraturan sekolah. Pihak sekolah tidak bisa menjatuhkan hukuman begitu saja, karna ada pertimbangan lainnya, misal siswi baru itu kondisinya memang baru pindah tempat. Mungkin karena terburu-buru, ia tidak sempat mencari pakaian dan akhirnya memakai yang seadanya.
Tapi, dimanapun yang namanya anak baik-baik itu gak akan ada yang mau memakai dengan style anak kelabing macam ini. Ku rasa, itu sengaja deh. Tho, pakaian kurang bahan itu masih dia pakai esoknya. Dia senang sekali karna jadi pusat perhatian kaum Adam. Ada saja yang menggodanya, ketidak peduliku akan kejadian itu, terkadang tidak bisa terhindarkan saat mereka menggoda tepat didepan ku dan itu sangat menjengkelkan! Kemolekan tubuhnya disentuh. Sedang dia tertawa-renyah. Terlihat sangat menikmati itu. Sepertinya kewarasan siswa kelas ini entah hilang kemana??
Di minggu pertama ku masuk, aku pernah mengalami semacam pelecehan seperti ini. Salah satunya dengan menarik tinggi ujung rok sekolah ku ke atas, untuk memperlihatkan celana bagian dalam dan bodohnya si pelaku yang melakukan itu terlihat jelas pantulan dirinya dari kaca buram yang ada di depan ku. Saat itu aku sedang menyapu kelas sebelum bel masuk berbunyi.
Akhirnya, satu tamparan melayang di pipinya disertai gertakan. " Lakukan sesuka kamu pada yang lain, tapi bukan saya salah satunya! " dia bersi keras tidak mau mengakui perbuatannya. Ku sadarkan ia dengan menunjuk pada kaca, ia pun terdiam. " Dasar bego! Kalau mau bohong, perhatikan lagi sekelilingnya! " disaat itu pula, ia melihat sekitar, ada saksi mata yaitu guru yang berada dalam ruang administrasi yang juga melihat perbuatannya. Haaah, saat itu aku merasa seperti seorang Wonder Woman. Tidak bodoh seperti anak perempuan yang terlihat menikmati itu. Memangnya tidak ada cara bercanda yang lain?
30 menit sebelum bel istirahat berbunyi, Guru olahraga memberikan ruang kebebasan. Sebagian ada yang memilih untuk mengganti seragam, dan sebagian lagi masih di dalam Gor – mendrible bola basket ke dalam ranjang. Tinggal aku dan Ria yang tersisa. Ria masih setia menemaniku. Dan anak laki-laki, yang masih tinggal jumlahnya cukup banyak. Mereka berkumpul disatu tempat, entah apa yang sedang mereka lakukan. Lalu, tiba-tiba . . . siswi baru masuk dengan seragam yang sudah berganti.
Aku menatap aneh melihat satu anak laki-laki yang paling ku kenal dekat, jalan menghampirinya. Menuju si siswi baru. Dia menoleh pada kawanannya, makin aneh lagi karna kawanannya berteriak memberikan semangat. Mereka berdua terlihat membahas sesuatu dengan serius.
" Ngapain sih?? " tanya ku. Jelas aku tidak akan mendapat jawaban, karna persoalan gossip, pengetahuan Ria tidak jauh lebih baik dariku.
Jadi, dia hanya menjawab apa adanya. " Ngga tau? " pertama kalinya, ketidak tahuan Ria membuat ku jengkel. Bel istirahat pun berbunyi. Keuntungan keluar Gor tepat di jam istirahat, supaya tidak perlu antri atau rebutan ruang ganti.
Tapi, kefokusan ku masih ke soal apa yang tadi ku lihat. Beberapa pasang mata, tertuju padaku juga Ria yang baru akan masuk melewati dari pintu kelas. Sesaat, aku dan Ria saling pandang. Lalu, aku masuk tanpa mau peduli, mendekap baju seragam olahragaku.
" Crys . . Crys! " Teni datang menghampiri, tentunya dengan segudang informasi ga terlalu penting yang dia ketahui.
" Kenapa, Ten?? Ada gossip terbaru apa kali ini? "
" Si itu . . . si itu . . . " telunjuknya menunjuk pada meja dan kursi milik anak laki-laki itu.
" Kenapa sama si itu?? "
" Dia baru aja nembak siswi baru kita dong! "
" Siswi baru? Ria? "
" Iya, siapa lagi? "
" Eummm. . . " tanggapan ku terdengar tidak peduli dengan apa yang ku dengar. Tapi, akhirnya aku tahu sesuatu, hmm . . jadi, pernyataan cinta. Aku yang selalu menganggap selama di bangku sekolah, persoalan rasa itu masih terlalu jauh untuk dimengerti. Tetapi, bagi anak-anak lain, berbeda. Malah sudah jadi hal yang lumrah. Ada yang mulai mengenal cinta di menengah awal, ada yang sudah dari menengah pertama sehingga sekedar gonta ganti pasangan itu hal yang lazim. Katanya, untuk dijadikan semangat bersekolah. Hahaha, makin ga masuk diakal lagi motivasinya.
Esoknya, aku ke sekolah membawa novel Twilight. Ketersediaan buku bacaan di Perpus dengan rekomendasi terbelakang membuat ku enggan sekedar berkunjung jika disuruh atau memang benar-benar penting soal peminjaman buku. Buktinya, buku anggota hanya terisi lima kolom saja. Selain hanya ada buku paket, buku bacaan ringan hanya seputar tentang cerita rakyat yang melegenda. Entah ada hal penting apa, guru-guru diawal jam mengajar disibukkan dengan rapat. Jadi, aku bisa membaca dengan leluasa didalam kelas tanpa perlu bersembunyi.
" Hey. " semula Ria yang berada disampingku kini berganti dengan dia.
" Hey. " balasku hambar.
Dia menunjukkan sebuah cincin plastik berwarna merah. " Suka gak? "
Ini? Apa istimewanya? " Biasa. "
" Wow, standar kamu tinggi juga ya. "
Aku diam, lanjutkan membaca. Membalikkan pada halaman selanjutnya. " . . .tapi, boleh dong aku minta jagain cincin ini, satu hariii aja. "
Aku menarik jari saat ia akan memasukkan cincin itu. Lagi pula ukurannya sepertinya kebesaran. " Kenapa aku? Nanti kalau ada yang marah gimana? "
" Marah? Siapa juga yang bakalan marah? "
" Pokoknya, enggak, ya. Titip ke siswi baru aja. Ukurannya juga – " aku menatap cincin, " sepertinya cocok di jari dia. Bukannya baru kemarin kamu nembak dia? "
" Nembak? Ohhh! " nada bertanya langsung berubah pada nada teringat. " . . itu, anak-anak! Biasa, lah, senang bercanda. Jadi kita main-main dengan tantangan yang kalah harus nurutin permintaan si pemenang, yaa permintaannya itu nembak anak baru. Karna aku yang kalah, " bahunya bergerak naik " akhirnya aku yang maju. Tapi, selesai itu, aku diam-diam kasih tau Ria kalau itu cuma sekedar iseng belaka. Masih bagus, aku gak dikasih tamparan tapi itu artinya dia gak punya perasaan, kan, sama aku. "
" Kalian mainnya aneh-aneh deh. "
" Namanya juga anak laki-laki. "
" Lagian, anak baru itu sekarang jadian sama si Furqon. "
Furqon?!! " yang KeTos itu?? " kok bisa??? Selain tampilannya yang kalem, ganteng, popular, suara mengaji Kak Furqon itu bagus. Ku pikir, Kak Furqon tidak akan pernah berpacaran. Atau minimal seleranya yang bisa kita tebak dari keahliannya, seperti berjilbab, sama-sama siswa unggulan sekolah, pandai mengaji. Bukan yang seperti . . . . apa ini karna: bagaimanapun Kak Furqon itu laki-laki juga.
Yang pada umumnya menyukai dari segi penampilan, tidak peduli attitudenya baik atau buruk. Seorang pelanggar aturan atau taat pada aturan sekolah. Yang jelas aku cukup tidak menyangka.
Tiba-tiba cincin merah itu muncul di kedua mataku. " Mau pakai gak? "
" Ck, cincinnya kegedean. Mau pasang dimana? "
" Jempol. " meluncur begitu saja pada ibu jariku, dan rupanya ukurannya sangat pas, seperti keberadaannya untuk terpasang disana.
" Ya udah. Satu hari ini aja, ya. " aku bertoleransi.
Satu hari itu, aku sampai tidak ingat kalau aku sedang memakai cincin, dan terbawa sampai ke rumah. Aku baru mengembalikkan cincin dihari berikutnya. Meskipun, pada akhirnya aku meminta lagi untuk pakai cincin itu lagi. Cincin yang biasa ini, rasanya kosong kalau gak ada di ibu jari. Padahal baru satu hari, tapi sudah mengistimewakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gratitude Journal (The Landlord Of Tightly Stored Memories)
Novela Juvenil{JANGAN JADI SILENT-READER! FOLLOW - READ - LIKE - COMENT. TOLONG HORMATI PENCIPTA KARYA. TERIMA KASIH.} Apa jadinya jika Seseorang yang sudah tidak pernah di temui selama 8 tahun, secara tak terduga muncul tepat dihadapan??? Bayangkan, posisi kali...