Haerin's POV
Aku menarik nafas dalam-dalam sebelum melewati gerbang sekolah, saat melihat didepan sana ada Han saem yang siap memberikan omelannya.
Aku mengeratkan pegangan tasku dan berjalan seperti biasa dengan tidak menatap Han saem. Tap memang nasib buruk tetap terjadi padaku. Han saem sudah melihatku dan menghalangi jalanku.
Sehingga aku terdiam menunduk tak berani menatapnya.
Han saem memberikan tepuk tangan kepadaku, "Dimana rasa percaya dirimu yang kemarin Lee Haerin?"
Aku tertawa canggung, "Ah... saem. Kau memberi tepuk tangan seperti aku mendapatkan juara olimpiade."
"Olimpiade apa yang kau lakukan? Lari membolos kelas malam?" Ucap Han saem sarkas.
Aku membulatkan mataku, "Itu dia. Harusnya aku mendaftar ekskul lari, sepertinya aku sangat berbakat. Seperti biasa Han saem memang pintar melihat bakat dari muridnya." Setelah mengatakan itu aku mengulurkan jari jempolku pada Han Saeem.
Han saem terkekeh dengan nada mengejek. "Benar. Karena aku pintar melihat bakatmu. Sekarang keluarkan buku detensi dan lari keliling lapangan dua puluh kali."
Sudah berapa kali aku harus terkejut hari ini. Mendengar ucapannya membuat pundakku turun. "Saem di cuaca yang dingin ini berlari tak bagus untuk kesehatan."
"Tentu saja bagus, kau tak akan berkeringat karena cuacanya dingin. Cepat lari sekarang." Perintahnya dengan suara tegas kali ini.
"S-Saem— Baiklah." Aku menyerah, lagipula memang aku akan mendapat poin mau seberapa banyak aku memohon.
Aku memang tidak pernah beruntung soal ini.
Aku memberikan buku detensi yang sudah berisi banyak poin.
Ini memang memalukan tapi aku tetap melakukannya, bagaimana bisa aku melewati konser BTS? Membayangkannya saja aku tak bisa.
Sembari Han Saem mengisi poinku, ia tak lupa memberikanku nasihat-nasihatnya yang cukup menyakitkan bagiku.
Tapi jujur saja aku akan menelan semuanya lalu setelah ia berhenti aku akan segera melupakannya, lagipula siapa yang tahu akan masa depan? Setidaknya aku bukan murid yang bodoh.
____
Tidak, aku memang bodoh. Peringkatku 197 dari 200 murid kelas dua.
Kutatap dinding mading yang bertuliskan nama beserta peringkat. Kalau begini apa aku bisa berkuliah?
Aku mengusap wajahku prustasi, realita kehidupan yang sungguh pelik.
"Kali ini kau naik satu peringkat Lee Haerin, selamat." Ucap gadis yang sudah berada disampingku menepuk pundakku berulang kali.
Aku menatapnya sinis, "Ya Choi Injae!" kemudian aku memanyunkan bibirku sebelum berbicara lagi, "Bagaimana ini? Aku ingin masuk kuliah."
Injae menatapku malas, "Tentu saja kau harus belajar." Ucapnya, lalu pergi meninggalkanku.
____
Setelah berfikir panjang seharian disekolah, kufikir pilihan yang tepat adalah aku harus mendaftar hagwon.
Setidaknya aku harus berusaha untuk kuliah, aku tak ingin hidup lontang-lantung lalu menjadi gembel Seoul.
Oke mungkin itu terlalu berlebihan, tapi aku sungguh takut jika tak punya uang dan tak bisa menonton BTS lagi. Itu adalah mimpi yang paling buruk.
Aku berkeliling mengitari bangunan-bangunan untuk mencari tempat les yang disarankan Injae, itu adalah tempat dimana ia juga les jadi aku percaya dan mengikuti sarannya untuk mendaftar disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day Dream.
FanfictionSeperti mimpi yang Haerin tuliskan di buku diarynya. bertemu dan menggenggam tangan Kim Taehyung sosok lelaki yang ia kagumi diatas panggung menjadi nyata yang awalnya hanya angan yang berwarna abu-abu. Haerin berfikir bahwa benar tak hanya nasib si...