K A I - Walk that talk

45 7 0
                                    

MHIBH♡

☆☆☆

Semilir angin kota di malam hari, sangat dingin sampai menusuk tubuh seorang gadis yang kini tengah bersama seorang laki-laki di sebuah taman kota. Berkali-kali ia menggosokkan keduatangan nya agar hangat.

Semua ini di luar nalar Kanaya. Bagaimana bisa kedua orang tua nya dan Kai adalah bersahabat baik?

Sebenarnya, Kanaya tak habis pikir dengan rencana yang di sepakati kedua orangtua nya juga lelaki itu. Terkejut, tentu, sama hal nya dengan Kai.

Sebuah jas menyelimuti tubuh Kanaya. Ia terus memperhatikan wajah blasteran Kai. Setiap inci, matanya, hidungnya, dan bibirnya. Tampan, Hanya itu, yang bisa Kanaya katakan dalam hati.

Kai mengulas senyuman dengan ciri khasnya. Benar-benar membuat nya terpesona dan candu dengan ketampanan Kai.

"Kenapa ngeliatinnya gitu banget?" tanya Kai menggunakan bahasa Indonesia.

Kanaya memalingkan wajahnya. "Siapa juga yang ngeliatin! Terima kasih jas nya."

"Kalau kamu suka sama saya juga gapapa."

"Hah?" Kanaya kembali menatap Kai.

Pemuda bule, itu tersenyum. "Sama-sama." kata nya, memalingkan tatapan. Kai mengajak Kanaya pada tukang bajigur yang gerobak nya di sebrang jalan. Ia menarik lengan Kanaya.

"Kemana?" tanya Kanaya bingung.

"Ikut aja,"

Stand nya tidak terlalu ramai. Terlihat nyaman dan bersih. "Pak tolong, bajigurnya 2, rebusan juga masing-masing 1." ucap Kai. Penjual bajigur itu tersenyum lalu mengangguk.

Kanaya mengajak Kai untuk duduk. Beberapa menit kemudian, bajigur dan rebusan nya datang.

Gadis itu menyatukan tangannya pada gelas, untuk merasakan sebuah kehangatan. Dan berdoa. "Bismillahirrahmanirahim." ia menyeruput sedikit demi sedikit air bajigur yang hangat dan juga manis.

Ting!

Sebuah pesan masuk dari sebuah aplikasi chat di ponsel Kanaya. Hanya sekedar melihat tanpa membalas pesan nya.

"Siapa?" tanya Kai.

"Bukan siapa-siapa,"

Kai mengeluarkan ponselnya. Kemudian, ia sodorkan pada Kanaya.

Gadis itu menatap handphone nya lalu Kai. "Apa?"

Kai hanya menunjuk ponselnya dengan mata. Kanaya mendengus. "Dengerin ya, aku sama sekali nggak ngerti apa maksud kamu tiba-tiba kasih aku handphone kamu."

Pemuda itu menghela nafas panjang. Ia pikir gadis itu akan paham akan maksud nya. Nyatanya, tidak.

"Your number,"

Kanaya menggertakan gigi nya. "Kalau mau nomor jangan pake isyarat. Tinggal bilang 'Nay, bagi nomornya dong. Buat kabar-kabaran"

"Gitu ya?" Kanaya mengangguk. Kai mencondongkan badan nya. Menatap Kanaya dengan serius sambil menampilkan senyuman tulus.

Kanaya sendiri terpaku, terkunci dengan tatapan yang Kai berikan.

"Kanaya, saya ingin nomor kamu. Tidak usah bertanya 'untuk apa' karena pasti akan saya jawab, untuk buat kamu jatuh cinta pada saya. Cepat atau lambat .. itu pasti akan terjadi." Kai membisikkan kalimat terakhir dengan penuh penekanan tepat dekat telinga Kanaya.

Bulu kuduk Kanaya menaik, jantungnya mulai tidak berirama dengan benar. Saat Kai sudah mulai menjauh ia malah mengusap kepala Kanaya yang terbalut kain.

"Jadi, ayo kasih saya nomor kamu." ujarnya setelah kembali duduk dengan benar.

"Eh, i-itu. A-a-nu," Kanaya tersadar. Ia menepuk jidat nya. Bodoh! Hanya karena tatapan Kai buat ia terlena.

Seusai mengetik nomor nya, Kanaya terus menunduk.

☆☆☆

"Terima kasih, untuk semuanya." Kai mengangguk dan menerima jas nya kembali. Kanaya pun keluar dari mobil Kai.

Kai bunyikan klakson lalu melesat pergi bersama mobilnya.

Saat Kanaya masuk kedalam rumah, ia melihat Hardi di ruang tamu yang masih memandangi layar laptop serta kacamata yang bertengger di hidung mancung nya.

Ia menghampiri sang ayah, lalu ikut duduk di samping nya. "Seru gak, tadi mainnya sama Kai?" tanya Hardi, beliau menatap anak nya yang terlihat lesuh.

"Biasa aja, gak ada hal yang menarik buat di bahas juga."

"Berarti kamu gak seneng."  timpal Fitri yang baru keluar dari dapur, ikut menimbrung di pembicaraan antara Ayah dan Anak.

Kanaya menghembuskan napas dengan kasar. "Waktu ayah deketin ibu, gimana?"

Hardi menoleh ke samping. "Kamu nanyeea? Yaudah, biar aku kasih tau yeea." gaya bicara Hardi yang menirukan Dilan Kw yang akhir-akhir ini viral.

"Astaghfirullah haladzim ..." Kanaya geleng kepala sambil mengusap wajahnya. Ia lirik Hardi. "Anta tass'al .. Anta tass'al tass'al?"

Kemudian, kedua nya tertawa. Fitri sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Kalau gitu, Naya. Keatas dulu." pamitnya, Hardi dan Fitri mengangguk bareng.

Baru beberapa menaiki anak tangga, Kanaya kembali turun. Ia menyalimi kedua tangan orang tua nya yang sempat ia lupakan. "Tadi lupa, hehe." ucapnya kembali naik ke atas.

Hardi terpelonggo menatap kepergian anaknya dan Fitri yang sudah memijat pelipis nya. "Anak, ibu."

☆☆☆

[1] MHIBH - END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang