9. Jerat

5.5K 343 10
                                    

Suara gaduh tak hentinya bertalu di ruang tamu keluarga Adijaya. Perabotan saling bertabrakan, bahkan meja dan kursi kini sudah tak lagi berada di posisinya.

Sebuah vas bunga kristal cantik yang harganya jelas tidak murah, melayang tepat disamping kepala Dianitha dan menabrak tembok di belakangnya hingga mengeluarkan suara pecah yang sangat menakutkan.

"DIMANA?! DIMANA! DIMANA! DIMANA! DIMANA DIAAA?!" Hadyan berteriak  mengulangi kata-kata yang sama selama hampir satu jam ini.

Mata pria itu sudah memerah. Dia jelas sedang sangat marah. Tapi Dianitha tidak berani berucap apapun selain terus mendial nomor telepon suami dan putrinya.

Leana yang begitu lelah dan baru saja memasuki rumahnya, terkejut bukan main ketika melihat pemandangan yang sangat mengerikan dihadapannya.

Mamanya menangis dalam diam, ditengah kerusuhan yang telah dibuat oleh Hadyan.

"Kau Gila Dy?!" bukannya takut, Leana justru berubah marah ketika melihat vas kesayangannya sudah pecah.

Hadyan yang sudah merasa pusing semenjak kakinya menginjak tanah asing ini, karena tidak bisa segera mengambil lagi apa yang menjadi miliknya, ikut tersulut amarah ketika dia melihat wajah menyebalkan Leana.

Dalam sekali hentakan dia berhasil menubrukkan Leana ke dinding rumah dan mencekik leher jenjang gadis itu. Membuat Sang Empu merasa kehilangan paru-parunya.

"Dimana Rere? DIMANA?!"

Insting keibuan Dianitha bergerak cepat. Wanita itu segera mengambil asbak keramik dan menghantamkannya tepat pada kepala bagian belakang Hadyan.

Membuat pemuda yang kini sudah mendekati semester akhir masa kuliahnya itu merasa sedikit pening. Tapi dia justru semakin menyukainya.

"EDZSEL!" Leana berteriak panik ketika Hadyan melepaskan cekikannya dan berganti menargetkan sang Mama. Dia hanya ingin kemarahan sepupu gilanya itu mereda.

Dan itu berhasil.

Kini Si Pemuda Tampan,-yang gila, berhenti sejenak untuk menatap bola mata Leana yang sudah bergetar ketakutan.

"Siapa?" dingin. Suram. Keruh. Hanya kata-kata itu yang bisa mendeskripsikan sorot mata Hadyan saat ini.

Pilihan Leana untuk menutup telepon Hadyan secara sepihak ternyata merupakan hal yang salah. Terbukti sekarang bocah gila itu justru bertindak gila di rumahnya. Sama seperti sebelum-sebelumnya.

"Teman kencanku. Di-dia yang membawa Rere pergi dari sekolah."

"Kapan?"

"Sa-saat kau menelponku."

"DAN KAU DIAM SAJA?!"

Hadyan kembali mengamuk. Dia ingin membersihkan segalanya tapi niatnya harus dipendam, karena sekarang dia sedang tidak membawa siapapun bersamanya.

Niat awalnya hanyalah mengajak Renggana kembali ke Indonesia. Tapi gadis itu justru hilang bersama pria lain.

Hadyan benar-benar marah. Sangat. Hingga titik dimana dia mulai berpikiran gila lagi.

Sepertinya Rere-ku memang kurang belaian.

_ _ _ _ _

Renggana terbangun dalam kondisi yang mengenaskan. Mata sembab, wajah bantal, rambut berantakan, dan tubuh yang penuh memar,- bekas siksaan Adijaya karena gadis itu dianggap tidak sopan oleh papanya.

Matanya menatap nanar pada gradasi warna kulit dan gaun tidurnya yang sedikit sama.

Sama-sama gelap.

Don't Escape: Look At Me, Your Devil AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang