Jejak Sang Mantan

3.2K 740 36
                                    


Happy reading

❤❤❤

Ghea mengepak barang dagangan untuk dikirimkan pada customer. Samudera mengamatinya diam-diam. Istrinya bukan termasuk kaum rebahan-rebahan amat, ada sedikit pergerakan dan terkadang lumayan banyak. Tapi pergerakan terbanyak memang berasal dari tarian jemari di atas layar. Ya maklum, owner online shop.

Samudera kembali menyaksikan kesibukan Sang Istri. Jari-jarinya terampil membungkus paketan. Jika sedang serius begini, sebenarnya Ghea terlihat lebih manis. Tanpa harus ngegas, sewot, dan cemberut, Sang Istri tampak penuh pesona. Namun, Samudera juga paham, butuh waktu untuk keduanya saling mengenal. Terkadang semua terasa asing. Terkadang pula ia bingung memulai percakapan. Naluri lelakinya memikirkan satu hal. Seandainya Ghea mau diajak bermesraan, mungkin perlahan kebekuan yang kerap terbangun itu akan mencair. Samudera segera menepis pemikiran-pemikiran yang akan memacu otaknya untuk berimajinasi yang lebih.

"Selesai ... tinggal nunggu kurir datang." Ghea tersenyum senang. Kedua tangannya memegangi perutnya, "kok laper, ya?"

Ghea menoleh ke kanan. Ia kaget melihat Samudera berdiri di dekat meja dan bersedekap. Mata elangnya kadang membuat Ghea salah tingkah. Sebenarnya ia masih merasa asing di rumah Samudera yang sekarang menjadi tempat tinggalnya juga. Ia juga belum mengenal lebih dekat sosok suaminya. Terkadang ada suara tertahan dan tak jadi ia lontarkan karena ia merasa Samudera mungkin tak akan senang mendengarnya.

"Kalau laper ya makan," ujar Samudera santai.

"Apa kamu nyediain cemilan-cemilan?" tanya Ghea lagi. Dia belum sempat membongkar isi lemari dapur atau kulkas. Ia penasaran juga selama Samudera tinggal sendiri, apakah ia menyimpan makanan-makanan yang layak dimakan?

"Ambil saja, kamu bisa nyari di kulkas atau lemari dapur." Ekspresi Samudera masih datar.

Ghea beranjak dan mulai mengeksplorasi isi dapur. Pertama ia membuka pintu kulkas. Ada buah dan beberapa botol yang perlu Ghea perhatikan lebih detail. Mayonaise, susu low fat, yoghurt plain, selain itu ada bermacam sayuran, telur, dan di bagian freezer hanya ada daging ayam tanpa ada ice cream kesukaannya.

Di lemari dapur, Ghea tak menemukan cemilan yang ia inginkan. Yang ada hanya granola, oatmeal, almond, tak ada keripik kentang, keripik pisang, keripik singkong, choco stick, coklat, biskuit, atau kue. Ghea juga memerhatikan sekeliling. Dapur tampak begitu rapi dan segala sudut ruangan juga bersih. Sedikit-sedikit ia bisa menilai seperti apa kepribadian Sang Suami. Rapi, bersih, pola makan sehat, dan mungkin suka mengatur.

"Tidak ada keripik pisang, keripik kentang, kue, atau coklat?" Ghea mendekat ke arah Samudera yang tengah duduk di ruang tengah.

Untuk sesaat Samudera membisu. Tatapan yang terlihat gahar membuat Ghea mati kutu. Ghea duduk santai agak jauh dari Samudera. Ia seolah bisa menebak jika Sang Suami kembali akan mengomentari hobi ngemilnya.

"Masih pingin diet, nggak? Kalau udah nggak mau diet lagi ya silakan cari keripik. Kalau masih mau ngemil makanan yang ada di rumah ini, aku bisa siapkan. Cemilan yang lebih sehat."

Pertanyaan Samudera begitu mengena. Tentu Ghea masih ingin menurunkan berat badan. Namun, menjauhi ngemil itu benar-benar menyiksanya.

Keduanya saling menatap sejenak. Samudera mengingatkan Ghea akan sosok dosen pembimbingnya semasa skripsi dulu. Tegas, terkenal killer, sekali menatap seperti ingin menerkam, tanpa bicara pun sudah terasa aura gaharnya.

"Kalau sedikit tidak apa-apa, 'kan?" Ghea memicingkan matanya.

"Keripik kentang 100 gram itu 547 kalori, sedangkan nasi putih 130 kalori per 100 gram. Kamu bisa milih, mau makan gurih-gurih, nggak kenyang, kalori besar, atau makan yang mengenyangkan, tapi kalori terkontrol." Samudera masih menatap Ghea dengan mimik tanpa ekspresi. Namun semua itu terasa seram bagi Ghea.

CINTA 500 KALORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang