chapter 30

20K 922 15
                                        

HAPPY READING YEOROBUN 💞
---------

Selepas mengaji klasikal sore Aza mampir ke ndalem, seperti janjinya tadi siang ia akan makan di ndalem. Beberapa Mbak ndalem terlihat sibuk menjual dagangan mereka; ada tempe goreng, sosis, dan lauk pauk lainya. "Mbak Naila" sapa Aza pada Mbak Naila yang tengah menggoreng piscok.

"Lho mau ngapain za, kesini sore-sore."

"Moo, ngemis makanan dongs. Apalagi?" Canda Aza, ekor matanya menangkap Mbak Meisya yang berjalan ke arahnya. "Jangan lupa, tiga Minggu lagi" ucap Mbak Meisya dengan nada mengejek.

"It's okay, tenang aja otak gue berfungsi dengan baik kok, gak bakalan lupa" balas Aza dengan nada angkuh.

"Apanya?" Suara berat itu mengintruksi mereka. Lantas menunduk menjaga pandangan. Dapat terlihat Mbak Naila dan Mbak Meisya mencuri-curi pandang.

"Itu Gus, kita mau batle hafalan bulan besok" jawab Mbak Meisya cepat.

"Batle hafalan?" Beo Altha sambil menganggukkan kepalanya. "Ouh, yasudah lanjutkan pekerjaan kalian." sambung Altha kemudian menatap Aza. "Cepetan sana makan, minum obatnya!"

Aza dengan cepat berjalan ke arah meja makan, awalnya memang agak canggung. Namun seiring berjalannya waktu ia sudah terbiasa, adab tetap di nomer satukan.

Mbak Naila menatap Aza dengan sedikit iri, padahal biasanya ia biasa saja. Aza memang sudah biasa makan di ndalem, bahkan punya kamar sendiri. Dan itu juga yang membuat santri lain tidak menyukai Aza.

"Emang Aza sakit?" Tanya Mbak Meisya penasaran.

"Iya, satu Minggu kemaren kan di rawat. Makanya sekarang di suruh makan di ndalem, biar teratur" jelas Mbak Naila mendengar cerita umi kemaren, hanya itu yang dia tau tak lebih.

"Saya iri sama Aza, apalagi itu cuma ada mereka berdua" timpal Mbak Nurul dari belakang.

Mbak Naila hanya tersenyum tipis. "Mungkin udah di anggap adik sendiri sama Gus Altha, makanya biasa aja." ucap Mbak Naila sambil membalikan piscok yang sedikit gosong karena di tinggal bicara tadi.

"Kamu mau batle hafalan?" Tanya Altha duduk di depan Aza, memperhatikan.

Aza menyengir, lalu mengangguk. "Aza buat keputusan itu pas lagi marah, tapi ya udah lah."

"Juz berapa?"

"28,29,30" ucap Aza sambil mengingat-ingat.

"Besok setiap malam kamu kesini, saya yang bakal ngecek hafalan kamu" ucap Altha sambil mencomot nugget di piring Aza, padahal mah di meja masih banyak.

"Gus Altha ga mau makan?"

"Belum laper, kamu makan yang banyak biar tambah," Altha menggembungkan pipinya sambil tersenyum tipis.

"Mau kesel tapi mukanya cute banget, apalagi akhir-akhir ini sering banget senyum" batin Aza menjerit keras, berbeda dengan ekspresi wajahnya saat ini, datar. "Ngejek!"

"Kalo realita ga boleh marah."

"Umi sama Abah gak ikut makan Gus?"

"Lagi puasa kayaknya"

"AZAB!"

Seruan tersebut berasal dari dua bocil kembar yang tengah memegang eskrim dan juga Silverqueen.

"Heh! Ga sopan, pakek kak dong" tegur Altha pada kedua adiknya.

Si kembar menyengir lebar memperlihatkan giginya yang terpenuhi coklat. "Kak, mau gak?" Tawar Alfi pada Aza yang masih makan.

Ijbar [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang