The Jerk 1: Gila!

26.5K 904 71
                                    

Lisa POV
Ini adalah awal kisah pertemuanku dengan dia.

Dia si angkuh, dia si pemaksa, dia si penggoda yang selalu berusaha menjadi jalang kecil untukku. Sulit mengerti diriku sendiri yang selalu berusaha tunduk tatkala berhadapan dengannya. Bukan masalah teori maupun materi. Sejujurnya dia licik dan picik tapi tak ada satupun yang menyadarinya selain; aku.

“Kau perlu memujiku atas semua pekerjaanku, Lalisa.” ucapnya membuatku kembali ke dalam duniaku.

Lihatlah? Bisa apa aku. Kurasa sepanjang hidup aku akan terus berlutut di bawahnya jika aku terus-menerus berada di posisi seperti ini. Perusahaanku hampir saja bangkrut karena investasi bodong yang sangat merugikan saham perusahaanku. Dan dia, berhasil menempatkan dirinya masuk ke dalam keterpurukan profesiku dengan menggenggam tahta si pemegang saham.

Karirnya melejit tinggi bahkan ekuitasnya berada dimana-mana. Memiliki beberapa anakan perusahaan-perusahaan yang berhasil ia kelola matang-matang. Sedikit jauh berbeda denganku. Bahkan aku saja tidak bisa membedakan mana keuntungan dan mana kerugian. Aku hanya meneruskan bisnis ayahku.

“Memuji bagaimana maksudmu,”

“Oh ayolah, ingin kupesankan kamar? Atau kita pergi ke apartemenmu saja?” katanya.

Jangan kaget jika dia berbicara hal-hal yang vulgar seperti itu. Inilah sisi yang orang lain tidak tahu dan mungkin tidak akan pernah tahu dari dalam dirinya. Kami bahkan sudah pernah hampir bercinta disini– di ruanganku.

Aku terkejut saat tiba-tiba dia sudah beranjak dari sofa beralih duduk di sudut meja kerjaku dengan kedua tangannya yang terlipat menatap tepat ke arahku. Aku meletakkan MacBook dan beberapa lembar berkas yang sedang kukerjakan.

“Aku tau aku bodoh jika melewatkan itu tapi bisakah kau tau waktu sedikit saja?” jawabku menyeringai.

“Belagak sok sibuk seolah-olah kau melupakan posisimu, begitu?”

Tubuhnya bergeser terduduk sempurna di depanku. Ia menarik kursi kerjaku dengan menggunakan kedua kakinya hingga memposisikan tubuhku berada di antara selangkangannya. Jujur aku mulai sedikit terancam ketika dia sudah mulai bersikap lengket seperti ini.

“Tidakkah kau ingat apa yang sudah kita setujui sebelumnya, Lisa?” tanyanya menarik daguku ke atas dan aku mengangguk begitu saja ketika melihat senyum gilanya. Aku seperti anjing yang luluh pada majikannya.

“Ayo katakan padaku.”

“Kau berhak atas apapun dariku dan aku berhak atas dirimu.”

Tak tahu malu. Aku benar-benar terlihat seperti hidung belang!

“Berhak atas tubuhku? Bukankah artinya kau bisa bebas melakukan apa saja bersamaku?”

Di turun dan sialnya berbalik berdiri di belakangku menyisir lembut rambut sebahuku.

“Y-ya mungkin saja.” gugupku kehilangan akal sehatku tatkala merasakan tangannya mulai menulusup masuk melalui bagian kerahku mengelus lembut area dadaku. Itu benar-benar sensitif!

“Mungkin saja katamu? Itu jawaban yang tidak pasti. Kenapa kau tidak mencobanya sekarang saja? Kau sudah bersikap munafik terlalu jauh,”

“Ah!”

Aku mendongak dengan terpaksa ketika dia mencengkeram rahangku dan menariknya ke belakang memaksa untuk menatap manik mata kucing yang terlihat begitu tajam dan menusuk itu. Ini adalah 0,1% dari bagian paling gila yang belum sempat aku telusuri lebih jauh dari dalam dirinya.

“Sampai kapan kau akan berpura-pura menolakku, Lalisa? Apa dengan masturbasi saja kau sudah berhasil mendapatkan kepuasanmu?”

Sial.

“Kenapa? Terkejut? Ingin kutunjukan sesuatu yang menarik?”

Dia menarik kasar tangannya dari wajahku dan merogoh sakunya mengeluarkan ponselnya.

Yesh, baby! Ahh you're so fucking bitch, Jennie! Ahh~” suara itu terdengar tatkala ia melemparkan ponselnya padaku. What the fuck! Bunuh aku sekarang! Bunuh aku! Wanita ini memang benar-benar sialan.

Aku masih terpaku menahan malu dengan meremas kuat ponselnya yang sudah menunjukkan layar hitam ketika aku menonaktifkannya.

“Wow, that's a great job! Kau memanggil namaku dengan sangat indah Mrs Manoban– ”

“Hentikan omong kosongmu atau kau akan kubiarkan tidak sanggup berbicara lagi setelah aku menghabisimu, Kim Jennie.”

Aku berucap kesal mendorong tubuhnya membentur kaca besar di belakangnya yang tepat mengarah ke jalanan kota. Sepertinya dia terkejut saat mendapat perlakuan kasar yang sebelumnya belum pernah aku berikan padanya.

Tanganku mencengkram erat lehernya hingga membuatnya mendongak. Anehnya dia tidak merasa kesakitan tapi justru sebaliknya, dia tersenyum puas ke arahku. “Ya. Lakukan itu Lisa, lakukan.” jawabnya.




















-to be continue

Note. Sebelum author lanjutin ceritanya, author cuman mau kasih tau kalo cerita ini adalah cerita 18+ karena kedepannya akan banyak hal-hal berbau vulgar dan kekerasan. Jadi tolong bijak dalam memilih bacaan.

Back to story, kira-kira setelah ini mereka bakal lanjut gulat ngga ya? Pengin tau? Yuk vote dulu banyak-banyak biar author update next chapternya. Makin banyak vote makin cepet author update.

Spam next yuuu👉

oo0oo

THE JERK of HYPER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang