24

2.4K 623 45
                                    


Bab 24

Nat menatap malas pada sosok Kakak kembarnya yang sejak tadi memohon agar ia bisa ikut ke acara pernikahan temannya yang memang berada di kota ini.

"Ayo lah, Nat. Kamu harus temani abang. Abang enggak mau di sana sendirian kayak orang jomblo padahal Abang punya pacar," bujuk Nicholas. Susah sekali untuk membawa adiknya ke acara pesta setiap kali ia mengajaknya.

"Katanya punya pacar. Ya udah, ajak Kak Nirina aja. Kenapa harus ngajak aku?" sahut Nat santai. Tangannya bergerak memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.

Gadis itu sedikit terkejut saat pulang dari kantor ia menemukan sosok Nicholas sudah duduk santai di ruangannya. Nicholas tentu saja hafal password apartemennya karena memang tidak ada rahasia di antara mereka.

Kakaknya itu berniat untuk membawanya ke pesta pernikahan salah satu temannya yang diadakan di kota ini. 

"Kalau Nirina enggak ada kerjaan, Abang juga enggak akan mau ajak kamu. Ya udah, ganti baju sana. Dandan yang cantik. Jangan malu-maluin Abang," titah Nicholas tidak ingin dibantah. Hal itu tentu saja
membuat Nat mendengus.

"Aku enggak mau. Udah berapa kali aku bilang kalau aku enggak mau."

"Oke kalau kamu enggak mau. Enggak apa-apa. Abang tinggal bilang ke papa dan mama kalau kamu pernah beberapa kali diganggu sama preman. Terus, otomatis Papa dan Mama bakalan minta kamu untuk pulang ke rumah."

Nat menatap kakak kembarnya itu shock. Seingatnya, ia tidak pernah berurusan dengan para preman, kecuali saat dia tidak sengaja untuk menolong Arga.

Nat molotot dan berseru, "Abang mata-matain aku?"

Nat benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan kembarannya itu.

"Siapa bilang Abang mata-matain kamu? Abang sama Kak Bisma sewa orang untuk selalu ikutin kamu ke mana aja. Ingat, orang lain bukan Abang ataupun Kak Bisma."

"Itu sama aja. Bang, aku udah besar. Kita sama-sama 24 tahun! Tapi, Abang dan Kak Bisma selalu memperlakukan aku seperti anak kecil." Nat menatap kesal pada Nicholas yang saat ini tetap tenang meski sudah ketahuan dan mengakui sendiri jika pria itu memata-matainya.

"Hei, ini di kota. Tempat yang bisa aja kamu menemukan bahaya. Lagi pula, mereka mengikuti kamu tanpa kamu sadari, kok. Enggak akan mengganggu aktivitas kamu juga." Nicholas membalas tidak mau kalah. "Sekarang cepat ganti pakaian kamu, dan kita berangkat sebelum terlambat."

Nicholas menatap jam yang menempel di pergelangan tangannya kemudian beralih menatap Nat.

"Kalau kamu masih enggak mau, Abang akan segera telepon papa atau Mama." Pria itu  dengan santai mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan mendial nomor milik papa serta mama mereka.

"Iya! Iya. Aku ikut Abang. Puas?"

Nah, kan, sudah Nat katakan jika Nicholas atau pun Bisma tidak seperti Arga yang bisa membujuk pelan-pelan adiknya.  Mainnya ancaman saja, rutuk Nat kesal. Hal ini sering terjadi ketika mereka masih kecil dan kejadian sampai sekarang.

Sementara Nicholas mengangguk puas karena berhasil membawa adiknya yang memang selalu menjadi anak rumahan keluar. Sejak kecil Nat memang tidak terlalu suka keluar rumah kecuali dalam keadaan penting ataupun dipaksa untuk nongkrong di cafe. Maka dari itu, Nat tidak memiliki banyak teman. Hanya Hasna tetangga depan rumah, dan juga Nirina yang akan menjadi calon istrinya. Semenjak Hasna menghianati Nat, adiknya mungkin tidak berselera lagi berteman dengan perempuan itu.

Sementara di sisi lain ada Arga yang dipaksa oleh Ningrum untuk menemani Siska ke sebuah acara pernikahan yang kebetulan merupakan salah satu rekan kerja orang tua Siska.


Sebenarnya ia sudah menolak namun dari tadi pagi sampai sore ini, neneknya selalu menghubungi asistennya ataupun nomor ponselnya hanya untuk membujuk agar ia mau menemani Siska. Malas bertengkar dengan sang nenek, Arga memutuskan untuk menemani wanita itu hanya untuk malam ini saja. Kebetulan ia juga tidak memiliki jadwal apa pun.

"Kalian pasti udah kenal 'kan sama cowok di samping aku?  Dia, Arga. Penyanyi top itu," ujar Siska pada teman-temannya. Wanita itu merasa bangga karena berhasil menggaet seorang penyanyi papan atas untuk ikut bersamanya ke sebuah acara yang diadakan oleh rekan ayahnya. Siska tentu saja tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memamerkan keberhasilannya pada teman-temannya.

"Ya ampun, Sis. Kamu beruntung banget bisa  ke pesta ini sama penyanyi papan atas." Temannya bernama Ina memuji Siska dan menatap kagum sosok Arga yang berdiri di samping Siska.

Arga adalah salah satu idola Ina sehingga membuat wanita itu ingin sekali berfoto dengan Arga. Namun, sepertinya tidak bisa dilakukan sekarang karena mereka harus menjaga image di depan para kalangan atas yang turut hadir di acara ini.

"Iya, Sis. Enggak sangka kalau kamu akhirnya bisa bawa penyanyi papan atas ke sini. Hebat!" Riri pun ikut memuji keberhasilan temannya itu.

Sementara di sisi lain Arga hanya diam sebagai pendengar dari obrolan para perempuan yang berada di dekatnya.

"Gue ke kamar mandi sebentar." Tidak tahan lagi, Arga pamit dengan alasan ingin ke kamar mandi.

Begitu Arga pergi, teman-temannya Siska mendekati perempuan itu.

"Kamu ada hubungan apa sama Arga? Enggak mungkin kamu bisa jalan bareng sama dia kalau enggak ada hubungan apa-apa." Uli mendekati temannya itu dan bertanya dengan raut wajah penasaran yang tidak bisa ia tutupi.

"Kalian mau tahu?" Siska tersenyum lebar. "Tapi jangan bilang-bilang ke orang ya, biar ini nanti bakal jadi kejutan aja."

"Hah? Apa 'sih? Penasaran aku, sumpah!" Riri memegang lengan Siska dan menatap temannya itu penasaran.

"Aku dan Arga itu dijodohkan. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan jadi istri dari penyanyi top. Gimana? Keren 'kan? Sudah gitu orang tuanya pengusaha lagi. Pokoknya, Arga itu paket komplit," jelas Siska dengan bangga. Hal itu tentu saja membuat teman-temannya menatap terkejut pada sosok Siska.

"Ya ampun, kamu kok bisa beruntung banget bisa dijodohin sama laki-laki yang menurut aku sempurna itu? Aku jadi iri," ujar Ina menatap iri pada Siska.

"Ya mau gimana lagi. Takdirnya aku memang menikah dengan laki-laki sempurna," sahut Siska sombong.

Orang tuanya sudah merencanakan perjodohannya dengan kakek dan nenek Arga. Tentu saja ia sangat bersyukur dan bertekad untuk mendapatkan hati pria itu, bagaimanapun caranya. Apa lagi, pria itu tidak hanya memiliki keluarga kandung yang kaya raya. Tapi, keluarga angkatnya pun lebih kaya raya dari keluarga kandung Arga. Hal inilah yang membuat Siska tidak menolak ketika dijodohkan dengan Arga setelah tahu asal-usul pria itu. Bonusnya, ia bisa menjadi terkenal karena sang suami juga merupakan seorang penyanyi terkenal yang tidak memiliki  skandal.





KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang