___________________
Siangnya entah ada angin apa Haikal mengajak Hanin dan Gibran untuk main dirumahnya. Danu juga membebaskan Hanin untuk tidak bekerja di kedai hari ini. Bahkan selepas pulang sekolah tadi Haikal mengajak keduanya ke pasar untuk membeli bahan-bahan seblak.
"Kita mau ngapain sih, Kal? Gue belum ganti baju, nanti dicariin ibu tau!"
Hanin sejak tadi hanya bisa protes pada pemuda itu. Sengaja Haikal yang bonceng Hanin agar Gibran tidak bisa modus dan malah membawa Hanin jalan-jalan.
"Nanti lo juga tau, Nin. Gue udah izin sama ibu juga kok tadi, lo tenang aja okeh?"
Kalau Haikal sudah mendapatkan izin dari ibunya sih Hanin tidak apa. Tapi yang gadis itu permasalahan kan segaram sekolah yang belum ia ganti. Kalau Gibran dan Haikal tidak masalah, tapi Hanin tidak bisa.
"Mampir ke rumah dulu deh, Kal. Gue cuman ganti baju doang kok, janji."
Melihat raut wajah Hanin dari kaca spion membuat Haikal luluh dan menepikan motor beatnya di depan rumah Hanin. Dan dengan cepat gadis itu turun dari atas motornya, menyerahkan helm itu kepada Haikal.
"Tunggu bentar ya. Kalo mau minum ambil sendiri," ucap Hanin lalu masuk dan melepaskan sepatunya."Assalamualaikum, ibu Hanin pulang."
Sedangkan Gibran tengah menatap heran Haikal dan Hanin yang tiba-tiba berhenti. Padahal rumah Haikal tidak terlalu jauh lagi dari sini.
"Kata lu suruh cepet-cepet tadi, gimana sih Kal?"
Haikal hanya menatap Gibran dari kaca spion."Ck. Diem lo, kalo mau protes ke Hanin aja sana. Kalo berani sih," ucapnya meremehkan Gibran.
Sejak bersahabat ketiganya memang memiliki posisinya masing-masing. Dimana Hanin akan berperan layaknya seorang ibu bagi Haikal dan Gibran, lalu kedua pemuda itu akan dengan sigap menjadi penjaga bagi Hanin.
"Resek lo! Cemen banget mainya ngaduan sama Hanin mulu!"
Gibran memukul jok motor beat yang di pakai Haikal. Kedua pemuda itu masih setia menunggu Hanin di atas motornya masing-masing, walaupun gadis itu sudah menawari keduanya untuk masuk lebih dulu. Pekarangan rumah Hanin terlalu besar Haikal dan Gibran jadi malaa untuk membelokkan motor mereka terlebih ada mobil milik kakak Hanin juga di sana.
Tidak lama orang yang mereka tunggu pun keluar. Dengan memakai celana hitam panjang, kaos putih dan cardigan biru langit nampak terburu-buru keluar dari dalam rumahnya. Helm bogo abu-abu juga sudah terpasang di kepalanya dengan menenteng sebuah plastik berisi wadah Tupperware.
"Maaf ya agak lama, soalnya tadi ibu masukkin brownies dulu ke wadah." ucapnya lalu naik ke atas motor Haikal.
"Gak papa atuh cantik. Bilangin nanti sama ibu ada salam dari a'a Gibran ya."
Seperti biasa, gombal receh Gibran di setiap kesempatan yang ada. Bahkan Haikal rasanya ingin menyumpal mulut pemuda itu dengan kaus kaki miliknya agar dia diam dan tidak mengeluarkan gombalan-gombalan receh semacam itu lagi.
"Lu kalo gak bisa diem mending gak usah ikut deh, Bran."
Haikal menatap sengit pemuda itu dari kaca spionnya. Siap melempar muka Gibran dengan Tupperware yang di pegang oleh Hanin.
KAMU SEDANG MEMBACA
everyday with you | Kim Jennie
Fanfic[on going | jennie doyoung] ❝Gara-gara anak ini! Semua impian gue lenyap gitu aja!❞ ©ssjcee 2022