29.Mine

204 2 0
                                    

Laura yang tiba-tiba terbangun sedikit terkejut melihat Azka tidur dikursi sambil menggenggam tangannya.

"Kenapa kamu gak pergi tinggalin aku mas?kenapa kamu nemenin aku disini?kamu bilang kamu akan benci aku kalau aku buat anak kita pergi dan sekarang aku lakuin itu,aku buat dia pergi padahal kamu udah pengen banget liat dan gendong dia.aku gak pantes buat kamu mas"laura hanya bisa berbicara didalam hatinya sambil menatap wajah Azka.

Laura berusaha melepaskan genggaman Azka dari tangannya tetapi tindakannya membuat Azka terbangun.

"Sayang kamu sudah bangun,kenapa menangis,hmm??"tanya Azka langsung menghapus air mata yang mengalir dipelupuk mata laura.

"Sayang"panggil Azka yang melihat laura hanya menatapnya dengan tatapan sendu.

"Kenapa?perut kamu sakit?sebentar saya panggil_"

"Kenapa kamu gak tinggalin aku??"tanya laura membuat Azka yang ingin memanggil dokter kembali duduk di kursi yang ia duduki tadi sambil menatap dan menggenggam tangan laura.

"Saya suami kamu mana mungkin saya meninggalkan kamu disaat seperti ini.sudahlah jangan terlalu dipikirkan yang terpenting sekarang adalah kamu,kamu harus sembuh agar kita bisa datang kerumah anak kita."

"Hiks_coba aja aku nurut sama kamu,pasti_"

"Shut_laura ini sudah takdir kita,jangan menyalahkan diri kamu.tidak ada yang salah disini,ini takdir dan kita hanya bisa mengikuti takdir"

"Kamu bisa cerain aku sekarang"ujar laura membuat Azka langsung menggelengkan kepalanya.

"Sampai kapanpun saya tidak akan menceraikan kamu,saya sudah berjanji kepada alzan untuk terus menjaga kamu"ucap Azka sambil mengelus pipi laura.

"Alzan?"

"Alzan Putra Xanvindra"

"Nama anak kita??"tanya laura.

"Iya,anak laki-laki"jawab Azka yang berusaha tegar didepan laura agar laura tidak semakin merasa bersalah dan akan membuat kesehatannya memburuk.

"Aku mau liat makam anak kita mas,anterin aku ya.please"

"Nanti saya akan antar kamu.tapi,sekarang kamu istirahat_"

"Aku mau sekarang mas"pinta laura menggenggam kedua tangan Azka sambil memohon.

"Laura ini sudah malam,lagipula kamu baru saja pendarahan kamu belum dibolehkan untuk pulang.tapi,nanti saat kamu sudah dibolehkan pulang saya janji akan  langsung mengantar kamu kerumah baru Alzan"ucap Azka yang benar-benar tidak tega melihat laura seperti ini.

"Promise??"

"I promise"ucap Azka sambil mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking laura yang sangat mungil sebelum ia mengecup punggung tangan laura.

"Sudah tidurlah,besok dokter akan datang untuk memeriksa kondisi kamu"ucap Azka mengusap kepala laura.

"Kamu pucat banget,kamu gak makan ya?kamu pasti kurang tidur?trus ini kenapa memar?"beberapa pertanyaan keluar dari mulut laura membuat Azka tersenyum tipis mendengarnya.

"Yang mana dulu yang harus saya jawab??"

"Ini kenapa memar??"tanya laura menunjuk tangan Azka yang habis mendonorkan darah untuk laura.

"Ini karna kamu"jawab azka membuat laura bingung dengan ekspresi wajah yang membuat Azka gemas.

"Aku?emangnya aku apain kamu?perasaan kuku aku gak panjang trus aku_"

"Semalam kamu butuh darah"

"Hah,jadi kamu donorin darah kamu buat aku dong?"tanya laura sambil mengedipkan matanya beberapa kali menatap Azka.

Mine (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang