25

2.4K 715 60
                                    


Bab 25

Nat izin pada kakaknya untuk pergi ke toilet sebentar. Gadis itu sudah tidak tahan berada di dekat sang kakak yang terlalu asyik berbincang dengan teman-temannya.

Langkah kakinya membawa ke arah toilet yang sudah ditunjuk oleh seorang pelayan padanya. Nat menatap lurus ke depan hingga tidak sadar ia memerhatikan punggung seseorang yang berada di depannya. Sepertinya, ia mengenali punggung tersebut. 

"Mas Gaga!"

Suaranya tidak terlalu keras, namun mampu menghentikan langkah sang pemilik nama yang kemudian memutar tubuh ke belakang menghadap ke arah Nat berada.

"Nat? Kamu di sini juga? Sama siapa?" Jujur saja Arga sedikit terkejut dengan kehadiran Nat di acara sebesar ini.

"Saya menemani kakak saya ke acara pesta pernikahan temannya, Mas." Nat segera menghampiri Arga dan berdiri di hadapan pria itu. "Mas Gaga sendiri ngapain di sini? Mas menemani siapa?"

"Oh, saya menemani anak teman nenek saya ke sini." Keduanya kemudian melangkah ke arah sisi kanan gedung di mana terdapat sebuah taman yang sudah terlihat dari balik kaca besar tempat mereka saat ini berada.

Pergi ke toilet hanya alasan keduanya untuk menghindar dari orang-orang.

"Duduk, Mas. Jujur saja saya enggak betah diam di dalam. Kakak saya terlalu asyik mengobrol dengan teman-temannya," ujarnya pada Arga.

"Sama. Apalagi obrolan mereka yang enggak kita mengerti."

"Benar." Nat terkekeh menanggapi ucapan Arga. "Mas Gaga sendiri  memang enggak kerja?"

"Enggak. Kebetulan jadwal saya kosong malam ini."

"Oh."

Terjadi keheningan di antara keduanya.  Arga sendiri sedang berpikir bagaimana cara mematahkan keinginan sang nenek yang ingin menjodohkannya dengan Siska. Tidak ada chemistry antara dirinya dan Siska. Juga, Arga merasa tidak ada kenyamanan serta kecocokan berada di dekat perempuan itu.

"Mas."

"Nat."

Keduanya sama-sama saling menatap sebelum akhirnya mereka meluruskan pandangan ke depan.

"Kamu dulu."

"Mas dulu."

Lagi, mereka berbicara secara bersamaan hingga menyebabkan kecanggungan.

"Ehem! Mas Gaga mau bicara apa?" Nat berdehem lebih dulu sebelum Arga membuka mulutnya.

Arga terlihat berpikir sejenak. Mungkinkah ia akan meminta tolong pada Nat untuk pura-pura menjadi kekasihnya yang akan dia bawa ke rumah nenek untuk diperkenalkan. Melihat dari sikap dan tingkah laku Nat selama ini, perempuan di sampingnya terlihat seperti perempuan baik-baik dan tidak ingin memanfaatkan keadaan.

"Saya bisa minta tolong sama kamu?"

"Mau minta tolong apa, Mas? Kalau saya bisa bantu, saya akan bantu," sahut Nat. Dia cukup penasaran dengan permintaan tolong seperti apa yang ingin diucapkan oleh pria yang ia sukai itu.

"Saya dijodohkan oleh nenek saya dengan perempuan pilihan beliau," ujar Arga, membuat Nat menoleh terkejut.

Berarti jika Arga menerima perjodohan itu, tidak ada kesempatan untuk meraih hati pria ini, pikir Nat mulai kalut. Sementara ia sendiri sudah menetapkan jika Arga adalah pria yang tepat untuk menjadi pendampingnya yang akan ia bawa ke rumah orang tuanya nanti.

"M-mas mau dijodohkan? Terus, bagaimana dengan saya? Bukannya mas sendiri sudah memberi saya kesempatan untuk mengambil hati Mas?"

Arga seketika itu menoleh menatap Nat terkejut. "Sejak kapan saya memberi kamu kesempatan untuk mengambil hati saya? Seingat saya, saya enggak kasih respon apa-apa." Pria itu menatap gadis di sampingnya dengan bingung. Ia ingat dengan jelas jika ia tidak memberikan kesempatan apa pun pada Nat untuk mengambil hatinya.

"Diamnya Mas saya anggap iya." Nat membalas dengan raut wajah tanpa dosa. "Sekarang saya sedang berusaha untuk mengetuk pintu hati Mas, sebelum Mas persilakan saya masuk. Tapi, karena Mas akan dijodohkan, berarti harapan saya sudah pupus."

Nat menghela napas kecewa akan harapan yang ia pupuk tinggi akhirnya terhempas.  Rasanya sakit sekali, meski tidak sesakit saat ia ditinggalkan oleh Riko di hari pernikahan mereka.

"Siapa bilang saya menerima perjodohan itu? Inilah yang saya minta tolong sama kamu," ujar Arga. Pria itu menoleh menatap Nat. "Saya minta tolong sama kamu untuk pura-pura  menjadi pacar saya di depan nenek saya supaya beliau enggak menjodohkan saya."

"Maksudnya, Mas bakalan menolak perjodohan itu? Berarti peluang saya untuk mendapatkan hati Mas Gaga masih terbuka lebar, dong!" Nat berucap dengan semangat hingga membuat Arga segera menggeser tubuhnya dan menatap Nat ngeri.

"Saya enggak ada bilang seperti itu. Saya hanya minta tolong sama kamu buat jadi pacar pura-pura di depan nenek saya."

"Kenapa enggak beneran aja, Mas?  Saya enggak apa-apa kok jadi pacar beneran Mas Gaga. Terus, beberapa minggu kemudian kita menikah. Bagaimana?" Nat harus bergerak cepat sebelum waktunya habis. Pria yang mampu membuat jantungnya berdebar meski mereka belum lama kenal, sudah di targetkan Nat untuk mendampinginya di pelaminan.

"Kamu kira menikah itu gampang? Saya masih takut menikah, apa lagi dekat dengan perempuan. Saya enggak mau dikhianati."

"Mas, sebagai mantan korban yang pernah dikhianati, saya enggak akan berkhianat. Saya serius, lho, Mas." Nat memasang ekspresi wajah serius sambil menatap Arga. "Kalau Mas enggak membuka hati untuk saya, terus mas akan membuka hati untuk siapa lagi? Saya pintar masak, dan siap jadi ibu rumah tangga yang baik buat Mas Gaga. Saya juga punya rencana untuk punya 18 anak. Biar rumah kita ramai terus."

Segera, Arga menoyor kepala gadis itu ke belakang. "Sembarangan kamu. Kamu kira, melahirkan itu gampang apa?"

"Sakit enggak apa-apa, Mas. Bagi saya yang penting, benihnya dari Mas Gaga." Nat berucap tanpa dosa. "Gimana, Mas?"

"Oke, saya akan mencoba membuka hati untuk kamu. Tapi, sebelum itu kamu harus pura-pura jadi pacar saya di depan nenek saya. Gimana?"

"Setuju. Enggak apa-apa kalau cuma pura-pura. Mungkin, dari pura-pura jadi serius. Amin." Nat mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan, membuat Arga yang duduk di sampingnya terkekeh. Berada di dekat Nat, membuat Arga sedikit terhibur.



KEJAR TARGET (sequel Dilema Istri Kedua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang