bgm : Interaksi - Tulus (Cold saranin mulmednya selalu dinyalain <3)
***
Pagi menyapa, sinar matahari menyinari dunia. Pagi yang indah untuk mengawali hari dengan secangkir kopi yang Bapak buat sambil menunggu...
"BUSET TELAT." Teriak Harsha dari dalam kamarnya. Dengan kaos dan celana boxer yang dipakai untuk tidur seperti biasanya, Harsha berlari terburu-buru menuju kamar mandi yang terletak diluar kamarnya.
Iya benar, bapak menunggu Harsha yang masih terlelap, kalo kata Harsha namanya sedang mengejar mimpi.
Bukan, bukan Bapak tidak membangunkan Harsha, namun ini sudah menjadi aturan dirumah.
'Bapak ga akan bangunin kalian, kalo Bang Satya telat kerja itu salah Bang Satya sendiri juga sama buat Harsha. Kalo bangun telat ini juga resiko Harsha sendiri. Belajar mengatur waktu ya Nak."
Itu aturan yang dibuat bapak, bukan Bapak tega hanya saja Bapak ingin anaknya mandiri dengan bisa mengatur waktu dengan sendirinya.
Kalo kata Bapak "Ga selamanya Bapa bisa bangunin kalian, makannya kalian harus bisa bangun sendiri." Benar kata Bapak, ga selamanya orang tua akan ada selalu bersama anaknya ada kalanya sang anak akan hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri.
"Bapak Harsha telat." Harsha keluar kamar dengan pakaian yang masih amat berantakan dengan dasi yang belum terpakai benar dan rambut yang masih berantakan khas orang bangun tidur.
"Itu sarapan Bang Satya tadi beli." Jawaban Bapa selalu begitu, bukan tidak mau tahu kalo Harsha telat namun aturan tetap aturan.
"Iya udah Pak, Harsha bawa aja nanti makan disekolah, Harsha berangkat."
Mencium tangan Bapak dan berlari sekuat yang dipunya, untung saja sekolah Harsha dekat dari rumahnya.
Harsha bukan anak yang terlalu pandai namun dia rajin. Rajin bolos dan rajin tidak mengerjakan tugas.
Namun setelah satu tahun menempuh sekolah di Sekolah Menengah Atas serta berbagai ceramah dari Bapak dan juga Bang Satya Harsha berubah sedikit demi sedikit.
Dukungan Harsha ga cuma dari keluarga tapi juga ada sahabatan yang sudah sedari kecil bermain bersamanya.
"Gila buset serepet tet tet tet jam berapa ini buset baru berangkat."
Elang Gandara, laki-laki kelahiran tahun 2002 yang bisa dibilang mukanya sedikit bule, iya bule.
Entah dia bisa dapet muka bule itu dari siapa. Laki-laki paling rusuh namun perhatian yang akan selalu menghibur teman-temannya dikala sedih maupun senang.
"Bangun telat itu, kebanyakan maen pubg."
"Tapi lo yang ajak anjir."
Kedua cowo itu, Rama Prasetyono dan Saka Widyadana. Rama dan Saka adalah dua laki-laki yang selalu berbeda pendapat dan selalu bertengkar jika pendapat mereka tidak sama. Namun balik lagi semuanya akan balik semula pada waktunya.
Waktu perdebatan ada batasnya, ga akan bertahan lama.
"Kaga tahu anjir, Rama ngajar mabar kaga kira-kira masa sampe subuh gila." Harsha memang dikenal jago dalam bermain game online itupun yang mengajarinya teman-temannya.
"Iya lo juga mauan gue ajak Sha."
"Karena gua tahu Ram, lo kalo kaga gua gendong kaga bakal bisa naik itu tear lo." Singkat padat dan menyakitkan. itu yang dirasakan Rama.
"Hati mungil gue tersentil Sha." Rama sambil memegang bagian dadanya dengan tangan dengan ekspresi yang sangat menjiwai.
"Tapi gua tadi pas berangkat sial banget anjir."
2 jam sebelumnya
Terlambat. Itu yang sedang Harsha rasakan, disatu sisi dia ga mau kalo harus dihukum tapi dia juga ga mau kalo harus bolos karena tahu kalo bakal dapet ceramah setalah tahu kalo dia bolos gara-gara terlambat.
"Ga ada jalan lain selain gua naek pajar belakang sekolah." Puter balik lari ke arah pintu gerbang belakang sekolah yang biasa dipakai sama anak-anak telat lainnya.
Dan bener aja banyak siswa yang terlambat dan memilih untuk naik kesana. Tidak hanya adik kelas namun kaka kelas yang mungkin sudah dicap sebagai tukang telat dan menjadi incaran para guru bk.
"Habis ini harus gua, mana ada cwe terakhir." Harsha langsung berlari ke arah para gerombolan yang sedang mengantri untuk bisa memanjat gerbang tersebut.
"Heh bocah mau apa lo!." Ucap salah satu kaka kelas yang Harsha tidak kenal. Ia bukan tipe anak selalu mengetahui semua nama kaka kelasnya tidak seperti anak perempuan di kelasnya yang setiap harinya tahu akan berita tentang kaka kelas bahkan adik kelasnya yang bermasalah.
"Mau sekolah lah lo pikir gua mau apa? Boker? basi banget pertanyaanya." Kaki kiri Harsha mulai untuk menaiki gerbang tersebut.
"Enak saja lo, kaka kelas dulu lah anjing!." Salah satu kaka kelas tersebut menarik tas sekolah Harsha yang membuat Harsha turun dengan badan yang terhuyung kebelakang.
"Dimana-mana perempuan duluan, kaga belajar tata kerama lo?." Ucap Harsha tidak mau kalah.
Tidak ada rasa takut buat Harsha baginya kaka kelas sama saja, semua manusia sama tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Senioritas tidak berlaku di prinsip hidupnya. Selagi kaka kelasnya memang pantas untuk dihormati maka ia hormati tapi kalo bentukannya kaya preman pasar kaya gini buat apa.
"Gue duluan!." Salah satu kaka kelas lain mulai naik ke atas gerbang meninggalkan Harsha dan salah satu teman dari kaka kelas itu yang masih adu bicara.
"Enak saja lo, gua duluan. Turun lo!." Harsha menarik tas kak kela tersebuat dan..
Bruk
Iya bukan hanya menarik tas dari kaka kelas tersebut namun karena kekuatan Harsha yang mungkin menggunakan tenaga dalam kaka kelas tersebut terjatuh dan membuat jaket yang dia pakai kotor.
"Lo!!." Teriak kaka kelas tersebut dengan muka yang mungkin merasa marah, namun Harsha tetap pergi dengan cara menaiki gerbang tersebut.
"Sorry ya kak!." Sesampainya ia di atas gerbang lalu berteriak meminta maaf kepada kaka kelas tersebut namun kaka kelas tersebut terlihat amat sanagat marah dengan perlakuan Harhsa dan mulai menaiki gebang tersebut untuk mengkap gadis tersebut dan membuatnya terjatuh dan membuat jaket mahalnya kotor.
Namun semestra rasanya tidak berpihak kepada kaka kelas tersebut Harsha sudah berlari pergi jauh menuju kelasnya.
"Gue mau nomor itu cwe, sekarang!."
Manalah ku tahu datang hari ini
Hari di mana ku melihat dia
Yang tak aku bidik, yang tak aku cari-13 April 2022-
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Bumi
Fanfic[Bahasa] Beberapa orang dilahirkan dalam keadaan keluarga yang jauh dari kesempurnaan. Menemui berbagai masalah yang akan menjadikan suatu perjalanan hidup. "Ga usah sok kaya didepan gue, jijik gue liatnya." Harsha Diwangkara perempuan yang hidup...