43. Cabutan tuntutan

1.9K 163 103
                                    


"Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya." - Hadits riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi

****

"Lo self-harm 'kan?"

Bola mata Marwa mendadak panas. Tak perlu tunggu lama lagi, air matanya jatuh luruh begitu saja. Membuat Rasya yang berada di sampingnya sedikit kebingungan.

"Gue tanya, malah nangis!" Rasya mendengus kasar.

"Iya! Gue penderita self-harm. Gue selalu di tuntut untuk jadi yang paling sempurna! Dan lo tau?" Marwa memalingkan wajahnya ke Rasya.

"Cuma dengan Raihan gue bahagia! Karena kita udah lama berteman, dan gue nyaman."

Rasya berdecak. "Terus kalau lo mau bahagia harus dengan nyakitin orang lain juga?"

"Hahaha, kasian banget ya hidup lo. Daripada lama-lama gini, cuma menambah beban, alangkah baiknya gue segera bawa bukti ini ke pihak polisi! Sebel-"

"Jangan!" kata Marwa menahan tangan Rasya yang hendak pergi.

"Maafkan saya, saya menyesal. Saya berjanji akan mencabut tuntutan itu, tapi.. Tolong jangan kasih video tersebut ke polisi," ujar Marwa dengan nada lirih.

"Terus lo pikir gue percaya gitu?! Gue bakal tetep laporin kasus lo ini, sebelum lo sehat wal'afiat!"
Rasya menepis tangan Marwa, tetapi perempuan itu kembali menahannya.

"Tolong, jangan lalukan itu, saya mohon. Saya-uhuk uhuk uhuk!"

Bola mata Rasya melebar saat melihat darah segar keluar dari mulut Marwa.

"Weh! Lo mau main drama lagi?!"

Tak mendapat respon, Marwa terus memegangi dadanya. Sedangkan darah itu semakin mengalir deras.

Rasya beranjak mendekat, hanya untuk memastikan apakah itu darah asli atau bukan.

Me be like : Ah lu Sya, bener2 :)

"Bau darah kok manis ya bukannya amis?" tanya Rasya seraya mendengus-denguskan hidungnya pada cairan kental merah itu.

Kening Rasya mengernyit. "Gue dulu pernah lihat cairan kaya gini deh. Tapi, apa ya namanya?"

Rasya melipat kedua tangannya di depan dada. Tanpa ia sadari, letak ponselnya yang berada di tangan kiri, memasuki area bawah lengan kanan, condong dekat dengan Marwa.

Marwa tersenyum miring melihat Rasya yang ternyata jauh lebih bodoh darinya. Gadis itu tengah memejamkan mata, sibuk memikir apa sebenarnya cairan merah ini.

Tanpa aba-aba, Marwa segera mengambil kesempatan itu. Ia menarik lepas ponsel Rasya dari tangannya. Dan...

CETARR

Marwa tersenyum puas melihat ponsel Rasya jatuh dan retak dengan mudahnya. Ia membanting begitu keras, sampai bagian lapisan belakang benda itu sedikit terbelah.

"SIALAN! HP GUE GOB-"

"Blok? Kamu yang goblok," ujar Marwa seraya tertawa puas.

Rasya buru-buru menghampiri ponselnya yang sudah benar-benar retak, lalu mengetuk-ngetukkan telapak tangannya ke benda itu. Tetapi sayang, tak ada hasil.

"Bangsat lo!" Rasya memberi pukulan keras yang mengenai wajah Marwa. Sampai perempuan itu kesakitan.

"Gue bakal tetep cari bukti!"

Bugh

"Bahkan, gue juga bisa bunuh lo sekarang!"

Atensi Rasya mengarah pada pisau kecil yang tergeletak di nakas. Gadis itu tanpa aba-aba mengambilnya dan nyaris menancapkan benda tajam nan runcing itu ke salah satu bola mata Marwa jika kehadiran beberapa orang tidak menghentikan aksinya.

My Love Teacher [LENGKAP]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang