Marigold

3 0 0
                                    


Ah, ingin rasanya aku pergi dari sini. Menutup mata dan telinga dari semua yang terjadi. Rasanya aku ingin menghancurkan semuanya. Semua yang yang telah membuatku menjadi manusia yang tak bernyawa. Manusia yang hidup dalam kekosongan. Manusia yang terus berjalan tanpa tau arah yang akan ditujunya. Sejujurnya, selama ini aku hanya berpura-pura merasa senang dengan dunia yang aku lalui. Hidup dengan topeng adalah keahlianku. Menampilkan tawa menyembunyikan luka adalah hal yang aku lakukan setiap harinya. Aku melakukan itu bukan tanpa sebab.

Aku melakukannya demi seseorang agar dia merasa bahagia. Aku tidak ingin melihat raut sedih dari wajahnya dan aku juga tidak ingin melihat air mata jatuh ke pipinya. Aku merasa jika aku tidak keberatan untuk merasakan pedihnya luka jika itu bisa membuat dia terus bahagia. Walaupun begitu, aku sadar rasa ini semakin menyakitkan. Semakin hari, rasa sakit ini bukannya semakin berkurang namun malah semakin bertambah. Sepertinya rasa sakit ini sudah tidak bisa aku tahan lagi. Sang kuning sudah pergi meninggalkan tubuh ini dan sang biru lah yang mengambil alih semua. Aku sudah tidak bisa merasakan senang lagi. Semua terasa hampa.

Ah, ingin rasanya aku pergi dari sini. Pergi ke ujung dunia. Pergi ke tempat dimana tidak ada satupun manusia disana yang mengenal siapa aku dan bagaimana latar belakangku. Menghabiskan sisa hidupku disana tanpa ada keinginan untuk kembali ketempat ini. Aku bosan untuk berbohong. Sesekali aku ingin jujur kepada mereka jika, aku ingin pergi. Apa sebaiknya aku memberontak saja? Memberontak melawan hukum alam yang ada. Tapi, jika aku melakukan itu dia pasti akan merasa sedih. Aku tidak ingin dia merasa sedih.

Kebencianku sudah memuncak. Aku tidak bisa mengendalikannya. Sang merah mengambil alih kontrol dari sang biru. Rasanya ingin aku memecahkan semuanya. Memecahkannya hingga seperti kaca yang hancur berantakan. Aku tau serpihan ini sudah tidak akan bisa dibetulkan kembali namun tak apa karena aku sudah muak dengan semua ini. Tapi, disatu sisi aku juga merasa bahagia. Kehidupan ini memberiku sebuah hadiah yaitu sebuah bekas luka yang lebar. Luka yang tidak bisa disembuhkan dengan obat. Luka yang tidak akan pernah hilang sampai kapanpu. Yang bisa aku lakukan hanyalah tetap tersenyum walaupun terasa pahit dan tertawa walaupun terpaksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hanya Sebuah TulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang