6.Makan bersama

4.5K 833 144
                                    

Friska mengajak Adam untuk makan bersama di kantin. Sebenarnya Adam sudah menolak, jika Friska hanya akan mengajaknya makan berdua Adam masih bisa menerima. Masalahnya, Friska mengajak Adam untuk bergabung dengan teman-temannya Syam.

"Ayo Dam, ah elah ribet banget." Friska menatap Adam yang hanya diam dan tidak mau masuk ke dalam kantin.

"Fris, saya balik aja ya." Adam hendak melangkah pergi.

Friska menarik baju belakang Adam. "Enak aja, nggak bisa. Gue bikin remuk ya tulang lo Dam."

Adam mengusap wajahnya kasar. "Fris, saya tiba-tiba kebelet. Saya mau ke kamar mandi."

Friska melipat kedua tangannya di depan dada. "Inget! Boong tuh dosa."

"Astagfirullah, kamu jangan gitu dong. Saya tertekan ini." Adam tidak tahu harus berbuat apa.

Friska terbahak. "Buset ngapain tertekan, orang gue nggak malak lo. Udah jangan takut, temen-temennya Syam nggak gigit kok."

Adam menghela nafas berat. "Ya udah oke."

Friska tersenyum lebar dan mulai melangkahkan kakinya ke dalam kantin. Adam meneguk ludahnya kasar saat mendekati meja teman-temannya Syam. Sebenarnya Adam sangat menghindari Altair, seorang lelaki yang telah menjadi suami Ajwa.

Perlu di ketahui, Adam pernah melamar Ajwa dan berujung di tolak. Adam sudah berada di tahap mengikhlaskan, tapi tetap saja rasanya tidak enak jika bertemu dengan Altair. Tidak ada yang bisa membayangkan rasanya semeja dengan suami mantan gebetan.

'Kuatkan hati hamba ya Allah,' batin Adam.

Evin berhenti mengunyah oreo nya. "Lah, si Adam."

"Buset, Friska bawa si Adam bos." Chiko menepuk pelan bahu Altair.

"Sini Wa, geseran dikit." Altair merangkul Ajwa sambil menatap Adam sinis.

Ajwa menggeser sedikit tubuhnya. "Udah kak."

"Kurang deket elah, geseran lagi. Heran, seneng banget lo jauh-jauh dari gue." Altair menarik pelan lengan Ajwa.

"Ajwa udah geser kak." Jujur saja Ajwa selalu berdebar saat jaraknya sangat dekat dengan Altair.

Jey menahan tawanya. "Makin deket aja, mentang-mentang udah nganu."

Chiko menggeplak kepala Jey. "Bisa nggak kalau ngomong yang jelas. Nganu-nganu apaan coba? Tapi si bos emang udah nganu sih."

Chiko dan Jey sama-sama tertawa, mereka berdua memang tidak jelas. Altair masih merangkul Ajwa erat, sementara Ajwa hanya bisa menunduk dengan kedua pipi yang memanas. Semua teman-teman Altair tahu jika Altair telah menjadikan Ajwa istri seutuhnya.

"Gebetan baru Fris?" Evin memakan oreo nya dengan tatapan yang tertuju pada Friska.

"Temen gue, ayo duduk Dam." Friska menarik lengan baju kokoh Adam.

Dengan berat hati Adam duduk di samping Friska, tapi jaraknya tidak terlalu dekat. 'Tahan Dam, kok gue ngrasa tegang ya.'

"Sampek keringetan gitu, santai aja kalik. Mau es teh?" Chiko menyodorkan es teh nya.

"Nggak makasih." Adam menolaknya secara halus.

"Btw, Ajwa nggak lo pesenin makanan Al?" Jey menatap Altair.

"Nggak, dia ngelihat muka gue aja udah kenyang. Iya kan Wa?" Altair mengelus pelan kepala Ajwa.

Ajwa mengangguk pelan. "Iya."

"Kalian jangan rusuh, Adam nggak nyaman nih," tegur Friska.

Kini semua tatapan tertuju pada Adam, Friska benar-benar membuat situasi Adam semakin sulit. Adam mengusap lehernya pelan, dirinya merasa di interogasi habis-habisan. Adam berdeham pelan untuk mengurangi rasa gugupnya.

Syam StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang