27. Nama untuk pemilik mata salju

879 70 2
                                    

"Eughh." Lenguhan itu terdengar dari sosok gadis yang masih terbaring di tempat tidurnya.

Wanita paruh baya yang berada di sana langsung tersenyum ketika mulai melihat pergerakan dari gadis itu. Wajah gembiranya tak bisa dia sembunyikan. Terlihat dengan jelas dari sorot matanya yang menatap penuh dengan hangat.

"Syukurlah kamu sudah sadar," ucap wanita paruh baya itu masih dengan senyum yang terpatri di wajahnya.

Mata gadis itu mengerjap mencoba beradaptasi dengan keberadaannya saat ini. Fokus matanya mulai tertuju pada sosok wanita yang berada di depannya. Kerut di keningnya tercetak dengan jelas, merasa bingung dengan kehadiran sosok itu.

"Ini dimana?" Suaranya terdengar lirih ketika mengucapkan kalimat untuk pertama kali sejak dia tak sadarkan diri.

Ratih, nama dari wanita paruh baya itu. Dia masih tersenyum, mencoba mengerti dengan kondisi gadis di depannya. "Saat ini kamu sedang berada di Panti. Sebulan yang lalu ibu menemukan mu dalam keadaan yang tidak baik, jadi ibu membawamu ke sini untuk merawat mu."

"Aaakhh," ringisan gadis itu terdengar kesakitan. Tangannya langsung memegang kepalanya yang mendadak pusing. Air matanya mulai berkaca, tak kuat menahan rasa sakitnya. Dengan beruntun sekilas bayangan muncul dengan cepat di memorinya.

"Ya ampun, kamu kenapa nak?" tanya Ratih dengan khawatir. Tangannya menelusuri ke arah kepala gadis itu, barang kali ada sesuatu yang terluka.

"Huhh... huhh...." Terdengar suara nafas yang tak berurutan. Wanita paruh baya itu langsung memberikan air minum yang sudah dia sediakan di samping meja itu.

"Apa kamu sudah baik-baik saja?"tanyanya lagi sambil mengusap bahu gadis itu yang dibalas dengan anggukan.

Ratih memandang wajah gadis itu dengan seksama. Tangannya mengusap lembut rambut gadis itu. "Waktu itu ibu sedang ingin ke pasar untuk membeli stok makanan. Saat perjalanan ibu menemukan kamu hanyut di sungai. Karena pada saat itu ibu khawatir, ibu langsung mengambil inisiatif untuk merawat kamu disini," jelas Ratih dengan panjang.

"Oh ya, ibu belum memperkenalkan diri ke kamu. Perkenalkan nama ibu Ratih," ucapnya memperkenalkan diri, "Nama kamu siapa sayang?" tanyanya sambil mengusap tangan gadis itu.

Gadis yang ditanya itu, memandang Ratih dengan tatapan bingung. Dia bingung ingin menjawab seperti apa, karena dia sendiri tidak tau jawaban atas pertanyaan itu.  "Saya nggak mengingat apapun Bu. Saya juga nggak tau nama saya siapa," jawab gadis itu masih memegang kepalanya yang sedikit pusing.

"Sepertinya kamu kehilangan ingatan karena kecelakaan itu," Ratih berusaha menebak kondisi gadis didepannya.
"Tapi tidak apa-apa ibu akan berusaha cari keluarga kamu. Ibu akan merawat kamu sampai kamu bisa mengingat kembali siapa keluarga kamu," katanya sambil menggenggam tangan gadis itu, tersenyum.

Gadis itu menatap Ratih sebentar, lalu mengangguk. Kepalanya masih pusing, sepertinya dia terbentur dengan sangat keras. Matanya kembali menatap sekeliling. Dia merasa bersyukur dapat bertemu dengan Ibu Ratih. Meskipun baru pertama kali melihatnya, dia yakin Ratih adalah orang yang baik.

"Ibu akan keluar sebentar. kamu bisa kembali beristirahat. Panggil ibu jika kamu memerlukan sesuatu," pamit Ratih pada gadis itu.

"Bu Ratih," panggilan gadis itu menghentikan langkahnya. Ratih menoleh, bertanya dengan gerakan matanya. "Makasih" Ratih tersenyum mendengar jawaban gadis itu. Dia mengusap rambut gadis itu pelan sebelum pergi dari kamar itu.

*****

Ratih menghela nafas perlahan. Saat ini dia berada di Dapur. Sudah beberapa kali dia kehilangan fokus saat memasak.
Dia terus memikirkan gadis yang ditemukannya itu. Bagaimana dengan keluarganya, pasti mereka sangat khawatir dengan gadis itu. Tanpa sadar jarinya sedikit tergores, karena saat itu dia sedang memotong beberapa sayuran.

LABIRINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang