part 1

12.4K 667 0
                                    

Sore hari ini, tepatnya di salah satu sekolah ternama di kota seoul. Lee Jeno yang merupakan salah satu murid tercedas di sekolah itu. Tengah mengikuti bazar yang ada di sekolahnya.

"Jen, kita kurang satu tempat lagi untuk kuenya"
Ucap Haechan, salah satu sahabat Jeno yang datang dengan satu nampan kue coklat di tangannya.

"Ngambil dimana nih gue tempatnya?"
Tanya Jeno yang sudah selesai mencuci tangannya setelah mengaduk tepung tadinya.

"Di kelas kita, tadi gue bawa dari rumah. Tapi gue lupa bawanya kesini karena udah repot aja dari tadi"
Ucap Haechan. Jeno hanya mengangguk dan memilih untuk langsung bergegas pergi ke kelas mereka yang lumayan jauh dari tempat mereka mendirikan stand bazar mereka.

Selama di perjalanan menuju kelas, Jeno terus melirik kearah jam tangannya yang sempat terkena tepung tadi.

"Maunya gue buka aja tadi"
Keluhnya sambil mengusap-ngusap jam tangannya.

Brak!

Langkah Jeno tiba-tiba saja terhenti saat ia tidak sengaja menabrak tubuh seseorang di depannya.

Anak manis itu langsung menoleh keatas, karena ia yang langsung terjatuh setelah menabrak orang itu. 

"Astaga, nak Jeno. Kalau jalan itu lihat-lihat!"
Ucap sang kepala sekolah kepada Jeno yang malah terfokus dengan wajah orang yang menabraknya tadi.

'Diem aja nih orang, untung ganteng lo'
Batinnya.

Pria yang Jeno puji tampan dan sosok yang sudah menabrak Jeno itu hanya terdiam dengan raut wajah dinginnya. Ia terus memperhatikan wajah dan tubuh Jeno dengan intens, membuat Jeno merasa risih. Ia segera bangkit dari acara jatuhnya dan langsung membungkuk rendah.

"Maaf, pak. Saya tadi lagi lihat jam sambil jalan"
Ucap Jeno meminta maaf.

"Yaudah, iya nggak papa. Lain kali jangan seperti itu, ya?"
Ucap sang kepala sekolah. Jeno kembali mengangguk. Lalu setelahnya kepala sekolah itu berlalu pergi dari sana bersama dengan pria itu. Jeno terus menatap kearahnya yang juga ikut menatap kearah Jeno.

'Ngeliatin apa lo? Mau gue congkel tuh mata?'
Kesal Jeno membatin.

Jeno itu sebenarnya anak yang baik, namun sesekali ia juga sangat mudah marah dan sering mengatai orang lain di dalam hati karena bagaimanapun juga ia tidak ingin imagenya di sekolah menjadi buruk jika mengatakan hal-hal kasar itu secara langsung.

Setelah acara saling menatap itu selesai, Jeno kembali teringat dengan tempat kue mereka yang belum ia ambil. Segera anak manis itu berlari ke arah kelasnya sebelum Haechan dan yang lainnya mengomel padanya.






















































Bazar hari ini berlalu dengan pengunjung yang datang ke stand mereka dengan jumlah yang lumayan banyak. Dan syukurnya kue mereka laris manis. Dan hanya tersisa sedikit untuk mereka makan.

"Lumayan juga nih ada bazar kayak gini di sekolah"
Ucap Chenle, salah satu sahabat Jeno yang datang sambil membawa minuman dingin untuk ketiga temannya.

"Untung aja kita buatnya lumayan banyak tadi"
Sambung Renjun, salah satu sahabat Jeno juga.

"Siapa dulu dong yang promoin?"
Ucap Haechan sambil menepuk dadanya. Ketiga temannya hanya menatap malas kearahnya namun pada akhirnya mereka tersenyum juga.

"Oh, iya. Malam ini lo jadi nyanyi di cafe kakak gue, Jen?"
Tanya Haechan yang tiba-tiba saja mengingat hal itu. Ia menoleh kearah Jeno yang hanya memutar-mutar minuman di tangannya.

Jeno mengangguk pelan,
"Thanks banget ya, Chan. Kalau nggak ada lo. Gue nggak tau nyari tambahan uang dari mana lagi"
Ucap Jeno.

Haechan tersenyum lalu menepuk bahu Jeno.
"Santai aja, kita pasti bantu lo kalau lo lagi kesusahan kok. Iya nggak, guys?"

"Yoi"
Jawab Chenle dan Renjun bersamaan.

"Bokap gue juga lagi nyari guru les piano untuk adek gue. Kalau lo punya waktu lo bisa datang ke rumah gue"
Ucap Chenle yang kini ikut menepuk bahu Jeno.

"Adik gue juga lagi butuh guru buat pelajaran matematikanya. Lo kan tau sendiri gue nggak bisa ngitung"
Sambung Renjun, yang berhasil membuat yang lainnya tertawa.

"Thanks banget ya, guys. Kalian udah baik banget sama gue"
Ucap Jeno yang hampir menangis. Ketiga sahabatnya hanya bisa tersenyum dan kembali menyemangati Jeno.

Jeno di besarkan di panti asuhan sejak usia delapan tahun bersama dengan adiknya. Kedua orang tua Jeno sudah meninggal akibat sebuah kecelakaan tunggal. Mereka tidak memiliki sanak saudara sama sekali, hingga harus di titipkan di panti asuhan.

Jeno besar menjadi anak yang baik dan pintar. Ia terus bekerja dan berusaha mengubah hidupnya bersama dengan sang adik yang masih kecil. Ia dan sang adik berbeda enam tahun.

Setelah tamat dari smp, Jeno memutuskan untuk menyewa rumah dan keluar dari panti asuhan untuk hidup berdua dengan sang adik. Ia terus mencari pekerjaan part time untuk membiayai hidupnya dengan sang adik. Beruntung ia bisa mendapat beasiswa di sekolah populer ini dan bertemu dengan teman-teman baik seperti Haechan, Renjun dan Chenle. Mereka bertiga tentunya berasal dari keluarga yang berada, namun mereka masih mau berteman dengan Jeno yang hanyalah anak miskin dan sangat sederhana.

Jeno bersyukur ia masih memiliki para sahabat dan adiknya yang selalu menyematinya dan sangat menyayanginya.






















































KenzioNakamura

Married to the CEO (JaemJen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang