PROLOG

577 44 7
                                    

Kabur dari rumah tenyata bukan solusi yang tepat.

Menjadi anak bungsu dan laki-laki satu-satunya ternyata tak membuatku menjadi raja di dalam keluarga.

Ketiga kakak perempuanku benar-benar tumbuh menjadi perundung handal. Memang, di luar mereka bagaikan malaikat, tapi terhadapku mereka menjelma bak iblis.

Ayahku telah pergi, bukan karena nyawanya dicabut, tapi akal sehatnya yang telah rusak. Demi seorang perempuan yang katanya lebih baik dari ibuku, ia melenggang tanpa rasa bersalah.

Mungkin karena sosok ayah plek ketiplek ada pada diriku menjadikan alasan ketiga kakak perempuanku melampiaskan kekecewaan mereka. Ibuku tak berkutik, ia hanya tersenyum melihat kelakuan anak-anaknya.

Kini, usiaku hampir menginjak seperempat abad. Dengan tekad dan keberanian, aku melepas status anak bungsu dalam keluarga dan memutuskan merantau tanpa persetujuan ibu.

Selain menyelamatkan diri dari kejamnya ketiga kakak perempuanku, alasan lainnya adalah karena gadis pujaanku ada di pulau ini.

Bali.

Pulau kecil yang memiliki tarikan magis bagiku. Pulau mungil yang tak henti membuat batinku takjub meskipun tengah patah hati.

Ya ... gadis pujaan yang hanya menganggapku sebagai teman.

~o0o~

Eternal MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang