Compassion fatigue

173 31 2
                                    

"Tekanan darahmu 70/60 mmHg. Itu sangat rendah, Seulgi. Kau harus memperhatikan tubuhmu lagi. Dokter sudah memperingatkanmu kali ini." Wajah Manager Oppa nampak sangat serius ketika dia mengeluarkan obat-obatan yang di resepkan oleh dokter di hadapanku.

Obat-obatan untuk darah rendah, vitamin hingga makanan yang sehat disiapkan olehnya. Aku mengambil salah satu obat, kapsul berwarna yang harus dikonsumsi setelah makan. Juga beberapa obat tablet lainnya yang ukurannya juga cukup besar.

"Apakah aku harus minum sebanyak ini?" Melihat berbagai macam obat didepanku membuat kepalaku pusing dibuatnya. Rasanya aku hanya kelelahan saja. Kenapa sekarang mereka memperlakukanku seperti orang yang sakit parah?

"Kau tahu apa yang dibilang dokter, Seulgi." Mendengar itu aku hanya bisa menghela napasku lemah.

"Baiklah. Aku tidak punya pilihan lain."

"Aku akan mengosongkan jadwalmu seminggu ke depan." Ujar pria berkacamata itu tiba-tiba.

Tersedak aku dibuatnya ketika mendengar apa yang Manager Oppa katakan. "Apa? Kenapa begitu?"

"Kau masih bertanya kenapa?" Pria itu melipat kedua tangannya di dada. "Dengan kondisi seperti ini kau tidak mungkin bisa beraktivitas. Kau bukan robot Kang Seulgi. Dirimu perlu istirahat."

"Oppa, aku pikir ini berlebihan. Seminggu ke depan jadwal Red Velvet sangat padat. Belum lagi kami sedang sibuk-sibuknya latihan untuk comeback. Bila aku istirahat selama itu, semua jadwal akan mundur."

"Seulgi, tentu aku mengerti itu, namun sekarang pikirkanlah kesehatanmu dulu. Bila kau terlalu memaksakan dirimu, tidak akan berakhir dengan baik."

Aku berdiri di hadapannya seolah tidak terjadi apa-apa. "Oppa, kau hanya terlalu khawatir. Lihat, aku sudah baik-baik saja." Aku memeragakan tanganku seperti seorang binaragawan. "Dengan tidur yang cukup, aku yakin kondisiku akan membaik seperti sedia kala."

"Seulgi―"

"Oppa, kau tahu sendiri bagaimana kondisi Red Velvet saat ini tanpa Joohyun Unnie. Mereka sangat membutuhkanku di sana. Aku harus selalu ada bersama mereka."

Pria berkacamata itu menghela menghela napasnya pelan. Sejenak dia mengalihkan pandangannya seperti sedang mempertimbangkan ucapanku. Walaupun aku terlihat keras kepala, namun ucapanku tidak mengada-ngada. Absennya diriku selama beberapa hari bisa berdampak fatal bagi jadwal kami. Tentu aku tahu Manager Oppa sangat khawatir dengan kondisi tubuhku sekarang. Bahkan bukan hanya diriku, Manager Oppa juga bertanggung jawab pada kondisi semua member Red Velvet. 

"Oppa, aku mohon biarkan aku tetap beraktivitas seperti biasa. Kau tahu bagaimana aku bila aku tidak melakukan apapun." 

Helaan napas yang entah ke berapa kalinya keluar dari mulutnya. "Oke, baiklah, tapi bila kondisi tubuhmu memburuk lagi aku tidak akan segan-segan untuk menguncimu di dorm. Ingat itu!"

Melihatnya sangat protektif padaku membuatku tertawa dibuatnya. "Haha baiklah, Oppa. Jangan khawatir, aku akan menjaga kesehatanku."

"Jangan hanya berbicara saja, Seulgi. Buktikan ucapanmu!"

Senyumanku mengembang lebar. "Tentu saja, Oppa."

***

Nuansa hijau menyambutku ketika aku memasuki perumahan asri di Daegu di malam hari. Mobil SUV Volkswagen putih yang aku kendarai melaju pelan memasuki pekarangan keluarga Bae. Setelah turun dari mobil, aku melangkahkan kakiku memasuki rumah yang berbentuk letter L dengan pepohonan hijau, banyak jendela hingga pintu yang terdapat ornamen krystal. Tipikal rumah yang kental dengan nuansa Korea.

It has been a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang