Tell me what you want

212 37 1
                                    

"Meskipun aku harus dihantam sana-sini, meskipun aku harus berdarah-darah dalam perjalanannya, aku tidak akan membiarkanmu kesakitan seorang diri. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku akan selalu menjadi tempat bagimu untuk bersandar."

"Kenapa?" Tanyaku tiba-tiba.

Dahinya mengerut seolah bingung dengan pertanyaanku. "Apa maksudmu?"

"Mengapa kau sangat ingin melindungiku seperti itu? Mengapa Seulgi?"

"Kau tidak pantas untuknya, Joohyun!"

"Lihat, karenamu dia menderita!"

"Bagaimana bisa kau mencintai sekaligus menghancurkan seseorang dalam waktu yang bersamaan?"

"Kau tidak pantas menerima kebaikannya!"

"Seulgi hanya akan sengsara bila terus menerus ada di sisimu!"

"Mengapa kau terus melindungi gadis yang hancur sepertiku?!"










Detik jarum jam menjadi satu-satunya suara yang ku dengar. Aku bolak-balik mengecek ponselku dengan gugup. Sayangnya, tidak ada satu pun pesan yang datang darinya. Aku sadar mungkin itu karena perkataanku tempo hari. Sejak percakapan kami waktu itu, hubungan kami agak merenggang. Aku menyuruh Seulgi untuk memberi jarak padaku. Seulgi menghormati permintaanku dan tidak menggangguku dulu untuk sementara waktu. 

Para member tahu mengenai hal ini. Setelah Seulgi kembali ke apartemen, sikapnya menjadi berubah. Dia sering melamun dan beberapa kali melakukan kesalahan saat latihan. Aku tahu semua itu karena Seungwan yang menceritakannya padaku. 

"Apa kau dan Seulgi sedang bertengkar, Unnie?" Wajah Seungwan menatapku dengan serius ketika aku selesai memberinya kabar terbaru mengenai kondisiku. 

"Apa? Tidak, kami baik-baik saja. Ada apa, Seungwan?"

Seungwan mengerutkan dahinya. "Aku tidak tahu. Hanya saja... Seulgi sedikit aneh belakangan ini. Tepatnya sejak dia kembali dari Daegu."

"Ada apa dengannya?" Aku menyuruh Seungwan terus melanjutkan ceritanya. 

"Entahlah, dia sedikit... Kau tahu―" Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Aneh? Aku tahu Seulgi memang sering melakukan hal yang aneh. Hanya saja dia jadi sering melamun akhir-akhir ini. Belum lagi dengan kondisi kesehatannya yang kian menurun. Hell―" Seungwan menghela napasnya kasar. "Dia jadi suka memaksakan dirinya sekarang."

"Apa benar separah itu?" Tanyaku dengan khawatir.

"Ya, kau bisa bilang begitu. Aku minta maaf Unnie, aku tidak bermaksud untuk membuatmu semakin khawawtir." Wajahnya terlihat sangat bersalah. "Hanya saja, aku menduga mungkin terjadi sesuatu di antara kalian."

Perkataannya membuatkanku terdiam seketika. Aku memainkan ujung bajuku dengan gugup. 

"Unnie, apakah terjadi sesuatu di antara kalian?" Seungwan berusaha untuk menggali informasi dariku. 

"Seungwan―" Aku mengambil napas dalam sebelum menghembuskannya pelan. "Aku pikir aku membuat kesalahan."

***

Hujan yang turun dengan deras menemaiku di malam ini. Dinginnya udara di luar terasa semakin menusuk walaupun penghangat ruangan kini dinyalakan. Dokter Ahn menanyakan kabarku seperti biasa. Konsultasi kami ditemani secangkir teh Chamomile yang disuguhkan oleh asistennya lima menit yang lalu. Wanita itu bilang, teh ini bisa membuatku lebih rileks. 

Well, dia tidak berbohong soal itu. 

"Jadi, apakah ada hal lain yang ingin kau ceritakan? Sesuatu yang mengganggumu belakangan ini?"

It has been a whileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang