Kringgg...
Kringgg...
Kringgg...
Suara alarm berbunyi nyaring hendak membangunkan wanita yang tidur pulas di pagi hari. Alam mimpi membuat dirinya lupa, telah membuat kesepakatan dengan dosen di kampusnya untuk memperbaiki nilai yang error.
Ia sama sekali tidak peduli pada alarm itu, karena fisik dan mentalnya sudah lelah bekerja lembur kemarin di salah satu mall pusat perbelanjaan di Makassar. Dia Shenna Jasmine, seorang SPG toko parfum black Laurent yang terkenal memiliki kualitas terbaik yang di akui dunia.
Mari kenali Shenna Jasmine, dia si body hot yang memiliki kulit putih, langsing, dan berisi. Mata bulat yang teduh dan hidung mancung. Ah, ya. Dia juga punya kaki jenjang. Sejak lahir Shenna tak mengetahui siapa orang tuanya, Shenna di besarkan di panti asuhan Karya Cipta. Setelah lulus SMA, Shenna hidup mandiri menyewa kos bulanan.
Gadis itu terkenal mandiri, kuliah sambil kerja secara bersamaan untuk membiayai dirinya dan adik-adik di panti. Shenna tak sekalipun mengeluh walau banyak sekali kekurangan dalam hidupnya.
Suara ponselnya kembali berdering, dengan malas Shenna meraba ponselnya di bawah bantal lalu mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo, Jes." Suaranya serak khas bangun tidur.
"Shenaaaaa! Kamu mau mati, Haah! Kenapa kamu belum juga muncul di kampus?" pekik gadis itu dia balik telepon. Shenna terjingkat kaget mendengar suara keras milik sahabatnya. Ia langsung membuka mata lalu menggosoknya pelan.
"Ada apa, Jes? Bisa engga, kamu engga ganggu tidurku hari ini. Aku capek sudah lembur kemarin," jawab Shenna malas meladeni omelan panjang dari sahabatnya itu.
"Bangun dari mimpi indahmu Shenna! Rektor memanggilmu untuk bertemu hari ini. Aku yakin dia bakalan mengamuk karena kamu satu-satunya mahasiswa abadi di kampus kita." Jessica panik luar biasa memberitahu kabar buruk itu.
Siapa yang tidak tahu kampus internasional collage di Makassar? Kampus elit yang terkenal disiplin dan tidak terima toleransi saat membuat kesalahan. Kampus ini tidak suka adanya mahasiswa yang lambat lulus. Dia menganggap itu aib sehingga harus di pangkas secepat mungkin.
Karena terkejut Shenna langsung duduk menyimak pembicaraan Jessica yang serius. Ia mengalihkan pandangan ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10.00 WITA.
"Serius kamu, Jes? Aku di panggil oleh rektor kampus. Gawat ini! Aku engga mau di DO, sia-sia aku kuliah selama 6 tahun." Shenna langsung menggigit bibirnya keras, dia frustasi memikirkan masa depannya yang tidak cerah saat ia berhenti kuliah.
"Aku serius Shenna. Wakil dekan tadi datang ke ruangan kita mencarimu. Pak Risal yang telah melaporkanmu karena tidak datang tadi menemuinya hari ini. Kamu ambil semester pendek, Kan di mata kuliah Pak Risal?" Jessica semakin menakutinya telah lalai tidak memperiotaskan dosen killer itu.
"Ah, Iya, Jes. Aku lupa tadi ada jadwal menemui Pak Risal. Aku terlambat bangun karena kelelahan. Ya Tuhan, kenapa kuliah sambil kerja itu melelahkan," rengek Shenna yang mulai kelimpungan.
Dia tidak punya muka menemui Pak Risal dan rektor kampusnya. Menurut berita yang beredar, rektornya itu terkenal dingin melebihi es kutub utara. Ia tidak menerima permintaan maaf dari siapapun.
Shenna semakin dilema dan takut menemui rektor kampusnya. Semua orang yang pernah bertemu dengannya pasti tidak punya nyali membantah perkataannya.
"Siapkan mentalmu Shenna! Semoga saat kamu keluar dari ruangan rektor, otakmu masih waras. Semua yang pernah bertemu dengannya langsung pingsan. Aku dengar dia juga pria mesum, Shenna. Jangan sampai kamu kehilangan keperawanan saat keluar dari sana." Suaranya seperti berbisik takut orang lain curi dengar.
Jarang sekali mahasiswa bisa melihat secara langsung rektor kampusnya, dia bagaikan pria yang bersembunyi dari kerumunan orang. Semua orang bertanya-tanya siapakah pria ini?
"Tutup mulutmu, Jessica! Seorang rektor pasti sudah tua bangka dan aku tidak berniat menyerahkan barang berhargaku padanya. Jika dia macam-macam aku akan menghajarnya," jawab Shenna berapi-api tidak terima perkataan Jessica.
Walaupun ia hidup susah, Shenna tidak mau menjual harga dirinya hanya demi sebuah gelar. Itu adalah mimpi buruk yang disesalinya seumur hidup.
"Di icip-icip sedikit engga apa-apa, Kan? Daripada kamu menyiksa diri kerja banting tulang lebih baik jadi simpanan om-om," goda Jessica terbahak di balik telepon. Otak sahabatnya itu selalu dipenuhi uang, kriteria pertama dari Jessica untuk pria idamannya harus tajir dulu.
"Huusss, ngawur kamu, Jes! Harga diri lebih penting daripada uang." Shenna terus saja membantah perkataan sahabatnya itu yang berjiwa matrealistis.
"Aku tahu kamu pasti bakalan jawab gini. Sana ganti baju dulu, aku tunggu kamu di kampus." Jessica mematikan sambungan telepon sebelum Shenna menjawab perkataannya.
Setelah telepon berakhir Shenna berjalan gontai mengambil handuk lalu menuju kamar mandi. Nasibnya selalu saja sial, ingin cepat lulus tapi susah sekali.
"Andai saja ada pria kaya yang tampan melamarku, aku pasti akan menerimanya," keluh Shenna menggosok badannya dengan sabun. Hidup menyendiri dan kuat sangat sulit, ada begitu banyak masalah yang ia hadapi.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, wanita itu langsung keluar dari sana memakai baju kemeja flanel kotak-kotak dan celana jeans longgar. Dia menatap dirinya di cermin, rambutnya yang sedada dan poni pagar menambah kesan natural dari wajahnya.
Ia hanya memakai bedak tipis dan lip tint untuk menambah kesan merah bibirnya seperti buah cherry. Sebenarnya tanpa make up pun Shenna sudah cantik. Terbukti banyak yang mengejar gadis itu namun di tolaknya mentah-mentah. Shenna selalu bilang tidak waktu untuk pacaran karena dia sibuk bekerja dan kuliah. Pikirnya, mungkin lebih baik menikah saja daripada buang-buang waktu pacaran.
***
Di kampus...
Shenna berlari kecil masuk ke dalam kelasnya menemui Jessica. Gadis itu sudah kekeringan menunggu Shenna yang selalu saja terlambat. Dari jauh Shenna melihat sahabatnya itu duduk di kursi sambil menopang dagunya dengan tangan.
"Ah, bidadari surgaku sudah muncul," cetus Ibra melihat Shenna melangkah masuk ke dalam kelas. Semua mata sekarang menatap sosok cantik yang tengah lewat di mejanya.
"Aku tidak terkesan dengan gombalan crocodile mu itu." Shenna memutar bola matanya jengah mendapat rayuan maut itu. Dia sudah bosan mendengarnya setiap hari. Nasib menjadi cantik pasti akan selalu jadi pusat perhatian.
"Huuuuu...." Para mahasiswi meneriaki Ibra yang tidak peduli perkataan Shenna.
"Jessica!" panggil Shenna tengah berdiri menatap sahabatnya yang asik menghayal.
Mendengar namanya di panggil Jessica mendongak ke atas menatap Shenna yang risau melipat tangannya ke dada sambil mengetukkan sebelah kakinya di lantai.
"Akhirnya, kamu datang juga. Ayo, ke ruang Pak Risal dulu setelah itu temui Pak Rektor." Jessica menarik tangan Shenna keluar dari ruangan tanpa mendengar penjelasan Shenna yang di tarik paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Part Time Pak Rektor
RomanceBagaimana rasanya jika seorang rektor memintamu menjadi istri setiap hari sabtu dan minggu? Menjadi mahasiswa abadi di kampus adalah mimpi buruk untuk Shenna Jasmine. Pasalnya, Alvan Mateo rektor di kampusnya yang terkenal dingin mengancam akan meng...