4. Back to a Bunglon🦎

1.4K 46 1
                                    

Hari senin tiba, semua anak XII MIPA 6 segera bersiap menuju lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. Malas sebenarnya tapi bagaimana lagi?

Zeva memilih berbaris di barisan belakang, meskipun ia tahu paling belakang itu ada jajaran Osis dan PMR yang berjaga. Biar sajalah lagian dia juga tidak pendek malahan Zeva tergolong perempuan yang tinggi dengan tinggi badan 168 cm.

Upacara pagi kali ini dihebohkan oleh pemimpin upacara yang tidak lain adalah Arsen si ketua osis yang banyak di incar kaum hawa. Bukan karena berkarismanya saja tapi karena humorisnya. Sikap hangat Arsen dapat meluluhkan hati para perempuan, tak terkecuali Zeva. Gadis itu malah biasa saja dengan Arsen.

Desas-desus kini banyak keluar dari mulut perempuan yang sedang membicarakan betapa tampan Arsen pagi ini, memakai baju putih-putih dan blazer juga selempang bertuliskan pemimpin upacara itu tersemat. Keringat yang membasahi kening Arsen menambah ketampanan makhluk satu itu. Arsen Dionis Asterion. Sungguh seperti jelmaan dewa pada jaman yunani kuno.

"Sut! Berisik." Salah satu anggota osis menginterupsi pembicaraan yang terdengar membawa nama ketua osis nya.

Zeva melirik Arsen sekilas karena tubuhnya yang tinggi memungkinkan ia untuk melihat Arsen di celah badan-badan siswi lainnya.
Zeva akui jika Arsen memang tampan, tapi untuk memberikannya hati ia masih bimbang dengan perasaan yang ia rasakan. Ia tak mau salah ambil langkah mengingat sikap Arsen memang hangat pada semua orang, ia tak mau makan hati tiap hari karena sikap Arsen yang satu itu.

Upacara hari senin kini telah selesai dan seluruh siswi boleh meninggalkan lapangan. Anggota osis yang berjaga langsung membereskan alat-alat sehabis dipakai upacara barusan.

"Arsen!" Olin, masih ingat dengannya? Gadis yang merazia Zeva.

"Ya?" Jawab Arsen sembari melipat kabel mic.

"Pulang nanti anter gue ke toko buku, ya?"

Arsen berpikir sebentar, "boleh." Jawabnya.

"Yes! Oke thanks ya, jangan sampe lupa." Ujar Olin mengingatkan.

Percakapan itu ternyata terdengar oleh seseorang yang sedaritadi memang belum masuk ke kelasnya. Tadinya ia hanya ingin ke toilet namun mendengar ada yang memanggil nama Arsen ia memilih diam dulu dan mencuri dengar pembicaraannya. Ia lalu memilih pergi meninggalkan mereka berdua setelah tahu bahwa Arsen akan mengantar gadis sekretaris itu membeli buku.

Beberapa jam kemudian bel istirahat terdengar. Zeva segera keluar kelasnya untuk menuju kantin. Ia memesan semangkuk mie ayam dan sebotol teh dingin.

Ia hanya duduk sendiri, karena memang Zeva tidak punya teman. Ada yang mau berteman namun selalu di abaikan oleh gadis itu, banyak yang ingin menyerah menjadi temannya.

Hiruk pikuk terdengar ketika Arsen dan wakil ketua Osis memasuki kantin dan tak lama memesan nasi goreng. Arsen sengaja mendatangi tempat duduk Zeva yang memang kosong.

Srett..

Bunyi kursi yang diseret oleh Arsen membuat Zeva menolehkan wajahnya yang tengah memakan mie. Banyak pasang mata juga yang melihat ke arah mereka.

"Ngapain duduk disini?" Tanya Zeva agak kencang.

"Emang gak boleh? Meja kantin semua penuh." Jawab Arsen. Tadinya ia mau mengobrol dengan Zeva, tapi melihat akting gadis itu ia hanya mengikutinya saja.

Zeva melihat sekitar dan memang benar meja kantin penuh. "Kenapa gak pesen nasi?" Tanya Arsen.

"Suka-suka gue, uang juga uang gue." Jawab Zeva.

"Nih. Makan punya gue." Tawar Arsen, gadis itu hanya mendiamkannya. Arsen ini lupa atau bagaimana kalau mereka ini tengah backstreet alias tidak ada yang mengetahui hubungan mereka. Ditambah temannya Arsen sedaritadi mencuri dengar pembicaraan mereka berdua.

"Lo gak usah ganggu. Gue lagi makan. Mending kalian berdua pergi deh jauh-jauh banyak diliat anak lain." Ujar Zeva tidak nyaman.

Arsen dan temannya melihat sekitar, memang banyak yang melihat ke arah mereka dan temannya inipun seperti menaruh curiga pada Arsen.

"Kita pergi aja, Sen." Ujar Rayhan, wakil ketua osis.

"Oke." Ujar Arsen tanpa membawa nasi goreng miliknya.

Zeva mengutuk Arsen dalam hatinya, pasti temannya itu sudah curiga pada Zeva. Daritadi lelaki itu memperhatikan interaksi mereka berdua. Ah dasar Arsen bodoh.

"Lo kenal sama cewek tadi?" Tanya Rayhan setelah mereka berdua sudah didalam kelas.

"Siapa?" Arsen pura-pura tak mengerti apa yang di ucapkan Rayhan.

"Yang tadi di kantin, lo nawarin nasi goreng ke dia?"

"Oh.. Ia, gue nawarin soalnya kasian aja pagi-pagi udah makan mie. Gak sehat kan?" Jawab Arsen sekenanya. Padahal tadi itu bentuk perhatian Arsen.

"Masa sih? Itu target baru lo kali?" Tanya Rayhan sekali lagi.

"Hahahaha.. Ngaco lo, bukanlah."

"Owh.. gitu ya?" Rayhan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia masih kurang puas dengan jawaban Arsen. Pasti mereka ada apa-apa.

"Kenapa sih tumben lo nanya gituan?" Tanya Arsen balik.

"Ya gapapa sih, tapi selera lo yang sekarang agak serem ya?"

"Serem? Siapa?"

"Itu cewek tadi. Agak swag-swag gitu."

"Itu keren kan." Ujar Arsen tanpa sadar. Rayhan yang mendengar itu menambah keyakinannya kalau perempuan tadi itu target Arsen yang baru.

"Gue jadi yakin cewek tadi target lo yang baru." Ujar Rayhan langsung memainkan ponselnya.

"Gue gak ada target-target tai kucing ya broh." Emang Anya ma punya gue. Lanjut Arsen dalam hati.

"Serah deh, tapi si Olin kayaknya suka sama lo."

"Bukan mau geer ya, tapi emang iya."

"Lo tau?" Tanya Rayhan mengalihkan pandangan dari ponsel ke arah Arsen.

"Tau, tapi gue gak suka dia. Diemin ajalah."

"Diemin? Kapan lo diemin Olin? Sikap lo suka disalah artikan sama anak cewek yang baper tai."

"Lah, salah mereka dong. Gue mah gak ada suruh baper-baper ke gue."

"Ih Arsen anjing, sikap lo nya dodol perbaiki! Jangan baeeekk mulu ke cewek."

"Ya gimana ya? Baik kan salah satu sifat manusia."

"Dasar setanjing."

"Jadi gue setan apa anjing?" Tanya Arsen bercanda.

"Lo kadal gurunnnn."

"Hahahha.. lo badak anoa."

"Tai cicak."

"Lo tai kuda."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
_o0o_

To be continued

Backstreet || Kang Ketos Arsen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang