Sooyoung berjalan memasuki rumah yang pernah ia tinggali. Ia menghela nafas Karna ia diwajibkan harus pulang hari ini karna ritual peringatan hari kematian ibunya. Dengan gontai ia berjalan memasuki rumah itu. Beberapa pelayan sontak langsung menunduk sopan padanya dan mengulurkan tangan mereka untuk mengambilkan barang yang sedang ia bawa.
"Kau pulang, nak?",
"Tepatnya aku datang, ayah. Bukan pulang", ujar Sooyoung dingin. Sooyoung memerhatikan wajah ayahnya. Wajah milik ayahnya mulai memiliki beberapa garis kerutan yang semakin terlihat Karna seiringnya usia.
'Kau semakin tua, ayah', andai Sooyoung tidak menaikan gengsinya terhadap ayahnya sendiri. Tidak tepatnya jika ia berani untuk membuka diri pada ayahnya lagi. Namun ia terlalu takut bahwa pada akhirnya ayahnya akan mengecewakannya lagi.
"Kau tidak membawa kekasihmu?", Sooyoung terdiam menatap ayahnya singkat. Terlihat jelas ayahnya mencoba untuk berbincang dengannya.
"Tidak. Ia sibuk", jawab Sooyoung singkat dan berjalan menuju meja penghormatan tersebut. Membungkuk, berlutut dan duduk seolah-olah ia sedang menceritakan segalanya pada ibunya dalam hati, dalam batin. Begitu itu selesai ia dapat melihat Chanyeol dan Yeri yang sudah mengantre untuk berbicara pada ibu tiri mereka. Sooyoung tersenyum pada Ji-won yang melambaikan tangan kearahnya agar mendekat dan mencicipi makanan yang wanita itu buat.
"Aaa", pinta Ji-won. Gimmari itu masuk begitu saja kedalam mulutnya.
"Enak sekali eomma!", Sooyoung berujar dengan senang. Ji-won tersenyum bangga.
"Tentu saja. Kau tadi sempat berbincang dengan ayahmu?", Sooyoung mengangguk sebagai respon.
"Ayahmu sebenarnya melihatmu ditempat berkuda baru-baru ini", ujar Ji-won. Sooyoung ber oh ria saja. Ia bingung respon macam apa yang seharusnya ia berikan.
"Ayahmu bilang, kau semakin mirip dengan Jinri. Ayahmu memberikanmu baju berkuda yang baru saat ke Mexico kemarin. Ia memesan secara khusus untukmu",
"Ayah tidak mengatakan apapun. Ia juga tidak menyerahkannya padaku", ucap Sooyoung. Ji-won tersenyum lembut pada Sooyoung dan mengusap kepala Sooyoung hangat.
"Kau dan dia itu sama. Gengsi kalian itu astaga. Ada di ruang kerjanya. Ambilah kesana dan katakan terima kasih padanya",
"Tidak. Tidak mau", Ji-won menghela nafas kasarnya dan melipat kedua tangannya didepan dadanya. Menatap Sooyoung tajam dan mengancam.
"Mau bagaimanapun ia ayahmu. Kau mau bersikap baik ketika ia sudah meninggal?", Sooyoung terdiam. Ia tak sanggup membayangkan betapa menyesalnya ia suatu saat nanti. Wanita ini mengalah dan berjalan penuh keraguan kedalam ruang kerja ayahnya.
'tok! Tok!', Sooyoung bahkan menggigit bibirnya sekarang sambil mengetok pintu kayu itu.
"Masuklah", Seojoon berujar. Sooyoung memutar knop pintu itu pelan dan berjalan memasuki pintu ruangan kerja ayahnya. Lelaki paruh baya ini sedikit terkejut akan kemunculan putrinya yang sudah lama tak menginjakan kaki diruangan ini. Padahal jika di ingat-ingat putrinya yang satu ini sangat menempel padanya saat kecil. Bahkan anak ini senang menemaninya bergadang bersama berkas-berkas merepotkan itu, dulu.
"Ada apa?", tanya Seojoon. Sooyoung menatap ayahnya lalu mengulurkan kedua tangannya pada ayahnya. Seojoon menatap putrinya bingung.
"Baju berkuda", ujar Sooyoung sambil membuang wajahnya. Seojoon tersenyum kecil mengambil sebuah kotak berwarna merah dengan pita Glitter itu pada putrinya.
"Sudah?", tanya Seojoon sambil tersenyum kepada putrinya. Sooyoung tak bisa lagi. Rasanya hatinya diremas begitu saja saat ini. Ia merindukan senyum ayahnya dan kini ayahnya tersenyum padanya sama seperti saat itu.
'apa aku berhak menghakimi ayah bertahun-tahun seperti ini?', - Sooyoung mulai mempertanyakan semua sifat buruknya terhadap ayahnya. Padahal ia tahu berpuluh-puluh kali ayahnya mencoba memperbaiki segalanya. Tangisan Sooyoung meledak. Wanita ini memilih melempar asal kotak pemberian ayahnya dan berlari kecil memeluk ayahnya erat. Seojoon terkejut namun detik berikutnya pria paruh baya itu menghela nafas lega dan membalas pelukan putrinya erat. Lalu mengusap-usap rambut putrinya hangat.
"Maafkan ayah",
......................................................................
"Astaga ayah! Kenapa ayah dari tadi menyebut Kim Taehyung terus. Aku sudah bilangkan bahwa ia sibuk", kesal Sooyoung. Chanyeol dan Yeri hanya saling bersenggolan seperti memberi aba-aba bahwa pertengkaran akan dimulai lagi. Selalu antara Sooyoung dan ayahnya setiap kepulangan mereka. Ji-won sendiri sudah bosan dengan tingkah kedua anggota keluarganya ini dan memilih untuk masa bodoh dan terus melahap makanan lezat yang terhidang di atas meja makan.
"Pria itu mencium putriku dan seantero Korea Selatan ini tahu. Tapi aku tidak mengenalnya?",
'Putriku?', - Chanyeol mengernyitkan keningnya mencoba mencerna situasi saat ini. Setelah dipikir-pikir intonasi suara keduanya terdengar biasa saja seperti tak ada percikan api apapun didalamnya.
"Bawakan dia padaku atau tidak akan ada res.."
"Huekkk", semua mata pada ruangan itu memandang kearah Yeri yang sudah berlari menuju toilet. Sooyoung mengernyitkan keningnya. Sebelumnya ia bahkan melihat dengan jelas betapa bernafsunya Yeri dalam melahap semua makanan di meja makan itu.
"Aku akan mengurusnya", Sooyoung berjalan sedikit terburu-buru kearah toilet menyusul Yeri.
"Hey apa kau baik-baik saja?", tanya Sooyoung setengah berteriak agar Yeri dapat mendengarnya. Tak lama setelah itu pintu kamar mandi itu terbuka dan Yeri memberikan tatapan memelasnya pada Sooyoung. Dengan wajah pucatnya itu dan butiran-butiran kristal yang mulai meluncur dari mata Yeri. Ia melututkan dirinya pada hadapan Sooyoung. Menggenggam tangan Sooyoung erat dan mulai sesenggukan semakin parah.
"Apa yang kau lakukan?! Ada apa denganmu?", tanya Sooyoung panik. Yeri tetap terisak pada tempatnya dan menunduk.
"Cepat berdiri! Ada apa?", Sooyoung semakin panik sampai pada akhirnya ia menyadari salah satu tangan Yeri yang terkepal menyimpan sesuatu. Sooyoung menjongkokan dirinya mensejajarkan diri pada Yeri. Tangannya dengan tegas membuka kepalan tangan Yeri secara paksa dan meraih sebuah benda. Detik berikutnya Sooyoung terduduk kehilangan keseimbangannya.
"Ini karmaku Onni. Maafkan aku! Maafkan aku hiks.. tolong aku Onni. Tolong aku!",
TBC
......................................................................
Jangan lupa vote n Komen ya readernim! Vote 50++ aku langsung double up ok?
KAMU SEDANG MEMBACA
Brittle (VJOY)
Roman d'amour"Kelemahan bukan hal yang harus kau bagikan dengan orang-orang", - Park Sooyoung. "Sayangnya aku dapat melihat cukup banyak kelemahan yang kau miliki", Kim Taehyung. Ketika titik rapuhnya hanya dapat dilihat oleh pria sombong itu. Pria yang hampir...