10

240 37 2
                                    

Ivan bertemu teman-temannya setelah tutoring dengan Ayu. Dia memutuskan untuk meminta teman-temannya untuk membantunya menemukan laki-laki untuk dikenalkan ke Ayu.

"Kalian punya kenalan yang masih jomblo gak?" tanya Ivan.

"Hah? Lo sekarang tertarik untuk pacaran? Bukannya lo bilang kalau lo lagi sibuk sama basket dan sekolah?" tanya Ruben.

Ivan menghela nafas, dia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak spesifik, "Ini untuk Ayu, gue butuh cowok single untuk Ayu."

"Ayu Rosmalina?" Wendi bertanya.

"Emang ada yang namanya Ayu selain dia?" tanya Ivan. "It's how I'm going to repay her for everything she's done for me!"

"Lo yakin ini hal yang benar untuk dilakukan?" tanya Ruben khawatir. "Emangnya dia mau pacaran?" Ruben bertanya lagi.

"Well...." Ivan berhenti.

"Lo gak bisa paksa dia untuk pacaran," kata Wendi pada Ivan.

"Iya, gue tau itu, tapi gak tau deh, gue cuman mau ngeliat dia seneng sama orang yang bisa bikin dia bahagia," ucap Ivan.

"Pokoknya inget, jangan sampe berlebihan," Ruben mengingatkannya.

"I promise I won't go overboard," Ivan berjanji.

Ketika Ivan berdiri untuk pergi ke toilet, Ruben dan Wendi mengambil kesempatan untuk membicarakan Ivan dan rencananya yang bodoh itu.

Wendi menghela nafas, "Dia bener-bener mau ngejodohin cewek yang dia suka sama orang lain...."

"Kan lo tau si Ivan gimana," ucap Ruben, "Kalau dia udah dapet ide di kepalanya, susah untuk buat dia mundur."

"Terus gimana kalau si Ayu akhirnya beneran suka sama orang yang Ivan kenalin?" Wendi bertanya tentang kemungkinan yang ada. "Si Ivan pasti bakalan sedih." 

"Ya kita bakal ada di sisi Ivan, we can distract him jadi dia gak terlalu mikirin hal itu kalo emang itu kejadian," jawab Ruben.

"Gue beneran gak ngerti, Ivan tuh biasanya terbuka tentang orang yang dia suka tapi sama Ayu dia terus menghindari perasaannya," ucap Wendi, tidak mengerti mengapa Ivan bertindak seperti ini.

"Gue ngomong sama dia beberapa hari yang lalu dan menurut gue sih dia takut," ucap Ruben. "Beneran takut, dia kayaknya suka banget sama si Ayu dan menurut gue dia milih untuk gak pacaran sama Ayu karena dia takut nyakitin si Ayu," jelas Ruben.

"Kalau begini dia malah nyakitin dirinya sendiri dan Ayu." Wendi menghela nafas.

"Nanti kita ngomong aja ke si Ivan kalau dia bertindak terlalu jauh," kata Ruben dan Wendi mengangguk setuju.


-----


Di sisi lain, Ayu juga bertemu dengan teman-temannya setelah dia selesai tutoring. Ayu duduk di depan teman-temannya dengan wajah sedikit kesal.

"Ada yang salah?" Wenda bertanya.

Ayu menghela nafas, "Ivan bikin gue gila."

"Emang dia ngapain?' Wenda bertanya lagi.

"Dia terus-terusan coba cariin gue pacar," jawab Ayu.

Natasya melebarkan matanya, "HAH?!"

"Iya, jadi kalian salah ya, sekarang udah terbukti kalau dia gak suka sama gue," ucap Ayu. "Dia maksa banget tentang hal ini." 

"Tapi kenapa tiba-tiba begini?" tanya Natasya.

"Dia bilang ini karena dia ingin membalas semua yang udah gue lakuin untuk dia," jawab Ayu.

"Ya, niatnya sih baik ya," kata Wenda.

"Iya, makanya gue ngerasa gak enak kalau gue kesel," kata Ayu. "Gue udah bilang ke dia kalau gue gak tertarik tapi abis itu dia malah ngomong kalau dia pengen ngeliat gue bahagia, ya makanya gue iyain," Ayu memutar bola matanya.

"Si Ivan pernah kepikiran gak ya kalau mungkin aja dia yang bisa bikin lo bahagia....."

"Nat...."

"Emang kenapa? Menurut lo dia menarik dan dia pasti juga menganggap lo menarik," kata Natasya.

"Even if I do like him, he clearly doesn't like me." Begitu kata-kata itu keluar dari mulut Ayu, dia langsung membeku, dia melihat reaksi temannya dan menyesali apa yang baru saja dia ucapkan.

"TUNGGU." Natasya menatapnya tetapi Ayu tetap diam.

"DO?!? YOU DO LIKE HIM?!?" tanya Wenda.

"Lo gak bisa diem aja kayak gini setelah ngomong gitu," kata Natasya.

"Emang gue dari awal suka sama dia, gue cuman bertingkah seolah-olah gue gak suka karena gue tau gue gak punya kesempatan sama dia dan ternyata gue bener karena sekarang dia malah berusaha cari pacar untuk gue," Ayu mengakhiri penjelasannya dengan menghela nafas.

"Mungkin ada penjelasan yang masuk akal kenapa dia malah cariin lo pacar walaupun dia suka sama lo," kata Wenda.

"Like what?" Ayu menantangnya untuk melanjutkan.

Wenda terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "Yeah, like what?" Wenda malah bertanya pada Natasya.

Natasya memelototi Wenda, "Alright, mungkin Ivan bego dan gak sadar kalau sebenernya dia suka sama lo."

"Dia gak bego." Ayu membelanya.

"Kadang kita semua bego," ucap Natasya.

"Makasih karena kalian udah berusaha membuat gue merasa lebih baik, tapi gue rasa dia emang gak tertarik," Ayu memberi mereka senyum palsu.

"You don't know that for sure!" Wenda membantah.

Ayu hendak menjawab tapi getaran dari handphonenya membuat Ayu berhenti dan melihat notifikasi pesan baru dari Ivan dan dia langsung menghela nafas.

"Nih, dia baru aja kirim foto cowok sambil nanya itu tipe gue atau bukan," ucap Ayu sambil memberi handphonenya ke teman-temannya agar mereka melihat pesan baru dari Ivan.

"Oke, gue udah gak bisa membantah lagi," ucap Natasya. 

"Semoga berhasil," ucap Wenda sambil tersenyum pada Ayu.

The ValedictorianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang