Rizal meninggalkan Anggi dan Gino di koridor, ia terlalu malas berurusan lagi dengan Dani. Ia pikir dunia sangat sempit sampai harus kembali bertemu lagi dengan orang-orang itu dan bermasalah dengan Tian ada apalagi dengan anak itu? Ia menghela nafas panjang dan berjalan kesamping sekolah sudah sangat sepi tidak ada siapapun
Di samping gudang ini memang tempat yang ia sukai, sepi. Cocok untuk menenangkan pikiran, bagaimana tidak? Setiap hari yang ia dengar hanyalah kata-kata makian dan kasar, kata-kata amarah, kebencian, kesedihan apa sudah jarang di jaman sekarang canda tawa dan kebersamaan?
"Rizal!" Baru saja Rizal akan memejamkan matanya suara seseorang mengalihkan perhatian nya, ia menoleh dan mendapati Ikal yang tampak ngos-ngosan setelah berlari ke arahnya
"Kenapa?" tanya Rizal dan kembali memalingkan wajahnya.
"Tian yang buat Dani marah" ucapnya membuat Rizal mengangguk karena sudah tahu akan hal itu
"Gue gak bisa cegah dia, dia ngelakuin sesuatu untuk balas dendam. Tapi malah jadi seperti ini" lanjutnya lagi
Rizal menatapnya dan menghela nafas panjang, "Gue udah pernah bilang sama dia, gue gak mau terlibat apapun. Bukan gue gak mau bantu"
"Gue paham, tapi ini lebih parah Zal. Anak OSIS udah babak belur"
"Gue harus gimana? Bentar lagi ujian kalau gue gak lulus gimana?"
"Keadaan gini masih mikirin ujian? Guru juga pasti paham karena ini bukan salah lo"
"Tapi tetep aja gue ikutan kalau gue bantu"
"Ayo Zal. Kali ini kalau anak OSIS juga turun gak bakalan banyak orang yang kena masalah, mungkin cuman Tian aja yang akan di eksekusi"
Rizal terdiam beberapa saat, ia ingin membantu tapi entah mengapa ia terlalu pengecut saat kembali kata-kata Bapak terngiang di benak nya untuk tidak terlibat apapun lagi sampai ia membuktikan bisa lulus tanpa kasus
Ia juga bingung harus bagaimana, antara memilih teman dan keluarga. Jika ia memilih terlibat ia gagal membuktikan pada Bapak bahwa ia bisa menjadi lebih baik lebih dari Faisal!
"Gue gak akan terlibat"
Ikal menghela nafas saat kalimat itu keluar dari mulut Rizal dengan tegas ia mengangguk dan menepuk bahunya lalu segera berjalan meninggalkan Rizal sendirian lagi.
****
Keadaan di luar sudah kacau guru-guru perlahan menyingkir dari gerbang karena takut terkena sasaran Dani dan teman-teman yang sangat keras memaksa untuk masuk
Akhirnya mereka berhasil masuk, dan segera berpencar mencari Tian dengan brutal menabrak apa saja yang menghalangi jalan mereka seperti tempat sampah, kursi, pintu, bahkan jendela sekali pun mereka pecahkan
Di ruang guru, para guru sedang berdebat antara panggil polisi atau tidak, jika di panggil polisi maka seluruh penjuru kota tahu bahwa sekolah ini banyak kasus, jika tidak fasilitas sekolah hancur dan menyebabkan kerugian besar. Mereka masih gempar belum ada keputusan dan terjadi pro kontra tentang hal ini
"Sial, mereka masuk Nggi!" Seru Gino mengintip dari celah jendela yang sengaja di tutup dengan gorden, bersembunyi di lab memang aman
Anggi bersandar di pintu mencegah mendobrakan meski telah ia kunci dengan rapat, hanya untuk berjaga-jaga saja
"Rizal kemana? Dia ngapain sih?" Tanya Anggi sedikit cemas
"Mana gue tau, berasa ngumpet dari penjajah anjir"
"Mereka mau ngapain dah, Nih guru-guru juga malah ngumpet di kantor gimana sih"
"Murid lain gimana? Panik gak tuh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kulkas Aktif《Completed》
Fiction générale『DILARANG KERAS PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN! - Mengandung kata2 makian dan kasar - Harap bijak dalam membaca - Vote untuk saling menghargai - Komen agar makin akrab - Baperan gak usah baca -SEKIAN TERIMA GAJIH😘』 Remaja yang cuek dan masa bodo...