Pukul sepuluh malam, acara masih belum beres. Suasana masih ramai, Yana pun sudah terlihat mulai kelelahan setelah acara berdansa. Untunglah sesaat kemudian, para tamu mulai pamit pulang karena sudah malam. Marcel dan Lina juga berniat menginap sehari. Kini mereka berempat tengah duduk melingkar, sedang berdiskusi tentang honeymoon. Marcel membuka suara.
"Maldives, saja nak." Usul Marcel.
"Prancis bagus juga," sambung Lina.
"Sewa kapal pesiar aja gak sih?" Yana ikut berpendapat.
"Disini aja.." tepat ketika Juna memberikan pendapatnya, mereka bertiga menoleh.
"DISINI?!" Tanya mereka serentak.
Juna hanya mengangguk, "rumah dekat pantai, bisa lihat sunset bersama, makan malam buatan pasangan, menghabiskan waktu di rumah baru. Ada yang lebih baik dari itu?"
Mereka bertiga saling menatap, diikuti dengan anggukan pelan.
"Kalau mau liburan, bisa kapan aja." Lanjut Juna.
Yana tersenyum bangga, ia memeluk lengan suaminya. "Suami kakak keren.."
Juna tersipu malu, sedangkan dua orang lainnya menahan tawa sambil saling menatap.
"Dasar anak muda. Ya sudah.. lakukan yang kalian mau, kami mau tidur." Ucap Marcel sembari memasuki kamar tidurnya di lantai satu, diekori oleh istrinya.
Yana menebarkan senyum jailnya, ia menarik lengan Juna dan menyeretnya ke kamar pribadi mereka. Kini ingin rasanya menghabiskan waktu dengan suaminya itu. Namun saat ke kamar, Yana baru mengingat, bahwa ada banyak hadiah yang belum disentuh. Kembali ia menarik lengan suaminya untuk turun ke lantai satu tempat kado-kado itu berkumpul. Lagi-lagi Juna hanya menurutinya. Yana ingin segera membuka kado, selagi tidak ada Marcel dan Lina. Mereka jadi tidak perlu malu jika ada barang yang 'dewasa'.
"Ayo buka dulu!" Ucap Yana bersemangat.
"Babe.. capek.." Juna menyandarkan kepalanya di ceruk leher Yana.
Ia menghirup aroma wangi dari sabun yang Yana pakai saat mandi barusan. Kemudian Juna melingkarkan tangannya di pinggang Yana, dipeluk istri tercintanya itu dari belakang, sembari menggesek-gesekkan hidungnya di leher belakang Yana.
Yana tersenyum geli, tapi ia tak sabar membuka kado-kado itu. Menurutnya kado itu misterius. Akhirnya Juna mengalah. Ia akhirnya mendudukkan dirinya, dengan Yana dipangkuannya. Juna makin tidak sabar untuk melahap istrinya. Sedangkan Yana masih sibuk membuka-buka kado.
"Anji-" Yana membelalakkan matanya.
Juna yang sejak tadi menaruh kepalanya di punggung Yana ikut terkesiap dan mencari alasan kenapa istrinya nyaris mengumpat. Namun ia hanya mendapati alasan ia tersenyum girang kini. Istrinya mendapat kado bagus, rupanya itu pemberian Jia.
"Pakai," Juna menatap Yana dari belakang.
"Tapi kan ada papa," Yana mencicit, malu.
Juna kembali tersenyum, "ayo ke kamar."
Kini tak lagi ia diseret istrinya, melainkan menggendong istrinya ala bridal style. Sesekali ia mengecup pipi Yana sedikit rakus. Membuat Yana menciut saat mulai memasuki kamar. Wajahnya bersemu saat Juna menyuruhnya berganti pakaian di depannya.
"Jun.."
"Please?" Tanya Juna dengan memelas.
"Fine. Tapi jangan diliat terus." Yana mulai melepas semua pakaian tidurnya, menggantinya dengan hadiah Jia.
Sekilas Juna memperhatikan tubuh Yana, walau istrinya tadi melarangnya melihat tubuhnya terlalu lama. Kini mata Juna benar-benar tidak bisa lepas dari istrinya. Juna mendorong sedikit badan Yana ke arah sofa, badannya oleng dan akhirnya terjatuh di sofa. Yana menatap Juna tajam, namun kembali menciut ketika melihat suaminya layak singa kelaparan.
"U're hotter than sun, babe." Gumam Juna.
Bersambung...
Minimal komen lah dek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kukira Malesub [END]
Romance⚠️ 1821+ Area. NON LGBT. Takdir mempertemukan femdom dengan seorang lelaki cantik. Timbul keadaan dimana ada balas budi yang harus dituntaskan lelaki itu. Tanpa sadar mereka yang telah jatuh cinta. Sayangnya si lelaki bukanlah seorang masokis sepert...