Sakit
Aku menyaksikan sendiri bagaimana kakak tiriku, kakak iparku, adik tiriku bahkan kakak kandungku sendiri memperlakukan aku seperti orang buangan di rumah ini. Keluargaku tak pernah menganggapku ada, bahkan mereka hanya menganggapku seperti sampah. Begitulah kata yang cocok untuk menggambarkan diriku saat ini.
Terlebih lagi kak Elisse selalu menyiksaku jika tak ada mama dan papa dirumah. Kak Cleo memang baik tapi dia sama sekali tak perhatian padaku, perhatiannya hanyalah untuk anaknya. Wajar sih dia pehatian sama anaknya, tapi apakah aku salah hanya ingin di anggap di keluarga ini? Tidak diperhatikan tidak apa, yang terpenting anggap saja aku ada.
Saat matahari mulai terbenam keluarga Lambrakis mengadakan acara makan malam besar-besaran. Keluarga Van Houten juga di undang di keluarga itu, entah apa yang mama dan papa tiriku rencakan, yang terpenting aku harus bersikap seolah semuanya baik-baik saja.
Sesekali seseorang yang tinggal di istana semewah ini membutuhkan banyak drama kan? Aku enggak mau kelihatan cengeng di hadapan para tamu mama dan papa. Karena disini banyak klien besar mereka berkumpul.
Saat persiapan sudah selesai 100% aku berjalan meninggalkan aula yang luasnya melebihi istana inggris. Sepertinya aku lupa untuk mengecek apakah pintu-pintu ini terkunci atau tidak, kak Elisse pasti akan menghukumku jika dia sampai tahu tidak menjalankan tugasku dengan baik.
Cepat-cepat aku bergegas membuka pintu satu per satu, dari pintu satu ke pintu ke terakhir. Namun butuh waktu lama untuk memeriksanya, sebab ruangan ini sangat luas membutuhkan waktu 1 jam untuk memeriksanya.
"Elisse". Seorang wanita berambut pirang bergelombang tengah berjalan dengan anggunnya ke arahnya, namanya Alexa Lambrakis, dia itu mama kandungku.
"Hai ibu". Kak Elisse tampak begitu cantik dengan gaun ungunya yang begitu menawan, dengan gaya anggun khas bangsawan Perancis ia menunduk hormat di depan mama.
"Kamu sangat cantik sayang, aksen Perancis sangat cocok denganmu". Mama membelai lembut wajah cantik kak Elisse membuat pipi kak Elisse semakin merona.
"Terima kasih ibu". Dengan senyuman malu-malu, kak Elisse mencoba berbicara dengan aksen formal. Walaupun pipinya merona, ia akan terus menggunakan aksen formalnya di depan keluarga Lambrakis maupun keluarga Van Houten.
"Sama-sama sayang, emm.. Sejak tadi ibu tidak melihat Julia, dia kemana?" Mama kebingungan tengah mencari dimana aku berada.
Dengan senyum yang kikuk, ia mencoba menutupi perbuatannya. "Julia sedang berada di kamarnya ibu, mungkin dia sebentar lagi akan turun, ibu tunggu saja". Kak Elisse tersenyum gugup, tatkala mama mempertanyakan dimana keberadaanku.
"Oh seperti itu". Mama tersenyum manis penuh arti dan berjalan pergi meninggalkan aula di mana semua orang berkumpul untuk menyaksikan acara yang akan digelar keluarga Lambrakis.
Sementara kak Elisse dia tengah sibuk pamer dengan seluruh teman sosialitanya. Mama berjalan dengan anggunnya menuju kamarku.
Disisi lain aku tengah sibuk mengecek salah satu pintu yang sedari tadi tidak mau terbuka dengan susah payah aku mendobraknya menggunakan segala kekuatan yang aku punya. "Bagaimana cara membuka pintu ini ya? Sejak tadi tidak mau terbuka sih". Aku mengelus dahulu kebingungan, bagaimana caranya membuka pintu yang sepertinya sangat klasik diantara pintu lainnya.
Aku mencoba mencari cara dengan kunci cadangan yang aku punya, namun pintu ini tetap saja tidak mau terbuka, bagaimana ini? Kak Elisse pasti akan menghukumku, matilah aku.
Dengan gaun berlapis emas mama berjalan mendekat ke arah kamarku yang kebetulan ada di lantai 1, seketika mama berbelok tatkala melihatku yang tengah berada di ruangan rahasia milik nenek.
"Julia sayang".
~Bersambung...~
Jangan lupa vote√, comment√, follow and share ceritanya ya, makasih ya kalian udah mau dukung aku. Salam cinta dari aku, JulinLinn😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Julia By JulinLinn
RomansaPernah enggak merasakan cinta seperti Julia? Dicintai kakak tiri, kakak ipar, kakak kandung dan adik tiri? Kalau pernah aku ceritakan ya.. Julia gadis berusia 18 yang hanya meminta semua kakak-kakaknya dan adik tirinya mencintainya dengan tulus. A...