05

1.4K 244 104
                                    

ADA BAIKNYA UNTUK DIBACA SETELAH BUKA PUASA YA :)

Karena ini total wordsnya 2x lipat dari chapter sebelumnya, boleh dong aku challange kalian lagi ya. Kali ini biar agak lebih susah, 100 vote + 100 comments. 

Sebelum tercapai, aku bakalan nunda update hari selasa sampai targetnya terpenuhi. Semangat readerku:*











Entah apa yang terjadi malam itu, yang jelas kau terbangun dengan posisi yang cukup membuatmu canggung. Kau tertidur di sisi Woozi dengan kalian yang berpelukan erat. Karena hal itu, kau memutuskan untuk kembali menghindarinya hari ini, tapi nampaknya rencanamu tak akan berjalan lancar karena kau terlalu bersimpati padanya yang masih terlihat lemas. Kau tau ini salah, tapi sisi kemanusiaanmu terketuk untuk merawatnya hari ini.

Kau baru saja membuat semangkuk bubur, yang entah bagaimana rasanya, semoga saja masih bisa dimakan.

"Woozi-ssi, bangunlah. Kau harus memakan sarapanmu. Aku sudah membuatkanmu bubur, semoga kau menyukainya." Ucapmu.

Woozi menggeliat pelan sebelum akhirnya ia membuka matanya sedikit. Ia beranjak dari tidurnya dan kau membantunya untuk bersandar di bantal yang sudah kau susun agak tinggi.

Kau lantas memeriksa panas tubuhnya dengan menempelkan telapak tanganmu di dahinya. Panasnya sudah menurun. Tapi mungkin ia masih lemas dan merasa sedikit pusing.

"Mau aku suapi?"

Entah bagaimana otakmu bekerja saat itu, tapi yang jelas rasa iba lah yang membuatmu menunjukan perhatianmu.

Woozi hanya mengangguk pasrah.

Kau pun mulai mengambil mangkuk tersebut dan duduk di sisi ranjang yang sama dengannya. Kau mengambil sedikit demi sedikit bubur tersebut dengan sendok dan tak lupa untuk meniupnya pelan sebelum memberikannya pada Woozi.

Satu suapan berhasil masuk, dan itu membuatmu gugup.

"Bagaimana? Tidak enak ya? Maaf, sebenarnya aku tidak pandai memasak. Tapi karena kau sakit, aku tidak mungkin meminta robot itu untuk membuatkanmu makanan seperti biasanya." Jelasmu.

"Rasanya enak. Sungguh." Balasnya.

"Benarkah? Katakan saja yang sebenarnya, jangan menahannya untukku. Aku tahu rasanya-"

"Ini enak, sayang."

"A-Apa?"

"Maksudku, Nona Kim. Maaf, aku masih mengira kau adalah istriku. Semalam aku bermimpi bertemu dengannya. Ia merawatku sama seperti kau merawatku, bahkan ia tidur bersamaku. Atau jangan-jangan aku tidak bermimpi. Kau..."

"B-bukan aku. Kau hanya bermimpi karena semalam panas tubuhmu benar-benar tinggi sehingga mungkin saja kau berhalusinasi? Hahaha! Iya! Kau mungkin berhalusinasi." Sanggahmu dengan cepat.

Untungnya pagi tadi kau bangun lebih cepat dibanding dirinya, sehingga kau bisa menyanggah semua perkataannya tadi. Jika kau mengakuinya, entah kemana akan kau bawa wajahmu ini. Pasalnya semalam, kau dan Woozi sedang dalam situasi yang tak mengenakan, akan sangat lucu jika ia mendapati dirimu berpelukan dengannya semalaman.

"Ahh.. Mungkin saja."

Woozi terdiam sebelum ia kembali melanjutkan perkataannya.

"Perihal kemarin. Aku minta maaf. Aku mengatakan hal itu tanpa merasa bersalah sama sekali. Maafkan aku. Aku tak bermaksud melecehkanmu, seperti yang aku bilang, saat itu aku mengira kau adalah istriku." Lanjutnya.

Mendengar permintaan maafnya yang terdengar cukup tulus ditambah kondisi tubuhnya yang lemah, membuatmu tak memiliki pilihan lain selain memaafkan dan memendam rasa malumu kemarin.

Woozi Universe Factory [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang