Phase 00: 04

573 41 41
                                    

Canggung.

Restoran keluarga itu ramai, tapi suasana di meja itu kelewat canggung. Setidaknya, sampai pelayan datang membawakan seporsi chocolate parfait pesanan si kecil bersurai strawberry blonde.

"Acik! Eklim!!" Sami berseru girang.

Tomohisa sedikit tersentak, sebelum kemudian terkekeh kecil dan mengelus kepala Sami. Sejenak setelah itu pandangan dialih ke pemuda brunette yang masih terdiam rikuh di hadapan mereka.

Tomohisa sedikit menunduk, "T-terima kasih banyak sudah menjaga Sami, Amatsuki-san."

Yang bersangkutan berjengit sejenak, lalu membalas terbata. "A-ah, bu-bukan apa-apa... S-saya cuma kebetulan ketemu aja kok. Itupun nggak lama..."

Kalimatnya terhenti sejenak. Amatsuki sedikit sangsi untuk melanjutkan. Namun, pada akhirnya ia berucap juga.

"Itu... Tomohisa-san, maaf untuk yang tadi. Saya bertindak kurang ajar pada Anda. Saya sepertinya sedikit tidak enak badan sampai melantur aneh begitu."

"O-Ah... Jangan dipikirkan... Saya juga bertindak tidak sopan dengan menendang Anda tadi. Maafkan juga kelancangan saya," si manik amber membalas tak kalah rikuh.

Hening lagi sekian detik, menyebabkan sepasang bakpau Sami yang belepotan cokelat menggembung. Alis si kecil sedikit menukik. "Mama cama Om Ama kok diem-dieman gini, cih? Kan Cami jadi bingung!"

Mendengar itu Tomohisa tertawa. Mengambil tisu, dirinya mengelap wajah belepotan Sami sembari menanggapi, "Loh, kok, Sami yang bingung?"

"Diem-dieman kan gaenak! Cepii!!!"

Jawaban si kecil lagi-lagi membuat Tomohisa tertawa. Amatsuki tertegun. Melihat interaksi mereka berdua, tanpa kesadaran diri mulutnya tergerak untuk bertanya, "Sami-chan... anaknya Tomohisa-san?"

"Ah, iya... Ini putri tunggal saya."

"Tapi aroma Tomohisa-san seperti orang yang belum punya pasangan?"

Dapat Amatsuki sadari bahu itu berjengit. Sadar bahwa ia sudah menyinggung bagian sensitif, si brunette langsung menyambar panik. "Ah! G-gomen! Aduh mulutku... Abaikan saja. Barusan pertanyaan yang bodoh."

"Eh? A-Ano..."

"Jangan cerita," potong Amatsuki cepat, "itu urusan pribadimu. Aku orang asing. Jadi, jangan cerita"

Lekas si brunette alih topik dengan mengusap pucuk kepala Sami. "Omong-omong... Sami-chan umur berapa, nih?"

"Pat!" Sambar si kecil menggebu, "Empat!"

"Oo!! Udah gede, ya! Bentar lagi sekolah, dong?"

"Hmph! Cami gacuka cekolah!"

"Eeh?? Kenapa?"

"Cekolah membocankan... teman-teman juga jahat! Cami pelnah liat meleka jelekin Mama, tluc ngejek Cami kalna gapunya Papa! Pokonya, Cami benci cekolah!"

"Hajar saja, lah! Tunjukkin biar mereka ga seenaknya sama Sami-chan dan Mama."

Tomohisa terbelalak kaget mendengar jawaban spontan Amatsuki. Kalimat barusan sama sekali tidak ia duga akan terlontar dari bibir si bintang. Lain lagi dengan Sami, yang justru terlihat berbinar. "Hajar??"

Amatsuki mengangguk. "Un! Bilangin kalo mereka gaboleh macem-macem sama Sami-chan!"

"Ga gitu cara ngedidik anak, Bambang," tiba-tiba kepalanya dijitak. Amatsuki menoleh ke belakang, mendapati sepasang merah darah dan dua pasang biru samudera memandangnya datar.

Mengetahui siapa si pemberi nasihat, Amatsuki sontak tersenyum mengejek. "Aku tidak mau dengar nasihat seperti itu dari orang yang putrinya langganan masuk BK."

A Family under the Umbrella [MafuSora]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang