Pukul 13.35 · Ruang kantor Kepala Sekolah Chiaro di Luna.
"Dengan senang hati saya menerima Lala untuk sekolah disini." Ucap sang Kepala Sekolah kepada orang tua dari anak yang bernama Lala.
Orang tua Lala berencana memindahkan anaknya ke sekolah ini. Karena rute sekolah antara sekolah Chiaro di Luna dengan sekolah Lala saat ini jaraknya berbanding jauh, lebih dekat sekolah Chiaro di Luna.
"Terimakasih ya, Bu. Saya akan bicara dengan anak saya nanti." Mereka pun pamit pergi.
Pukul 18.00 · Kediaman Budiono.
"Lala sayang, mau kemana?" Ibunya melihat anaknya beranjak dari kursi di meja makan setelah makan malam miliknya.
"Nonton TV ma,"
"Kenapa ma?" Tanya Lala.
"Mama sama papa mau bicara sama kamu." Ayahnya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Nak, papa sama mama tadi pergi sekolah Chiaro di Luna, kami sebagai orang tua kamu memiliki rencana, yaitu kamu pindah ke sekolah itu," Lala setia mendengarkan.
"Oke? Terus apalagi?" Tanya Lala.
"Coba kamu pikirin, jarak sekolah kamu sekarang sama sekolah itu, dekat mana?" Lala tampak berpikir sebelum menjawab.
"Lebih deket Chiaro. Akses jalannya juga lebih mudah."
"Iya kan? Jadi, Lala setuju ya dengan keputusan mama sama papa?" Ibunya bertanya dengan nada lembut.
"Tapi pa, ma. Lala lebih suka sekolah Lala yang sekarang." Lala bermain-main dengan jarinya pertanda gugup.
"Tapi disekolah itu lebih bagus loh." Ucap ibunya untuk meyakinkan Lala.
"Betul, fasilitasnya juga lebih lengkap loh." Tambah ayahnya.
"Lala males kenalan sama orang baru loh pa, ga jamin juga kalau aku kesana dapet temen-temen yang baik..."
"Terus aku denger rumor, kalau sekolah itu murid-muridnya punya Attitude yang buruk pake banget, pokoknya ga enak lah."
"Kata siapa kamu, itu kan cuma rumor, mungkin ada yang kayak gitu tapi kan ga semuanya anak sifatnya begitu." Ayahnya menatap Lala dengan tatapan tegas, tapi dengan nada bicara yang lembut.
"Nak, papa yakin pasti awal-awal masuk ga banyak temen yang mau ngobrol sama Lala, tapi selang beberapa hari mereka pasti mau ngobrol sama Lala."
Ayahnya beranjak dari kursi untuk mengusap rambut Lala, berusaha membuat putrinya merasa nyaman dan tidak perlu khawatir kalau pertemanan di sekolah baru itu tidak seburuk yang putrinya bayangkan.
'Papa ga percayaan banget sih' batin Lala
Lama berdebat dengan orang tuanya, Lala tidak punya pilihan lain selain menerima kalau ia akan pindah.
Lala menghela nafasnya.
"Hahh iya deh, Lala mau pindah." Orang tua Lala menghela nafas lega, akhirnya putri semata wayang mereka menyetujui keputusan untuk pindah.
"Terimakasih nak." Mereka bertiga saling berpelukan.
•
Dua hari setelahnya, Lala akhirnya bersekolah di sekolah elit ini. Walaupun sudah mendapatkan seragam baru, Lala kekeuh memakai seragam lamanya.
Ia menuju kelas barunya bersama guru mata pelajaran jam pertama.
Rasanya mendebarkan, takut, dan cemas. Sebelum memasuki kelas, Lala berdoa kepada Tuhan, agar diberikan kemudahan.
"Lala, sudah siap?" Tanya gurunya dengan senyuman ramah.
"Siap bu!"
'Wish me luck' batin Lala
Suara ricuh kelas berubah hening saat guru memasuki kelas, atensi mereka tertuju kepada Lala, Si murid baru. Ketua kelas mengisyaratkan mengucap salam. Lalu kembali hening.
"Selamat pagi anak-anak," Ucap guru.
"Hari ini kalian mendapat teman baru dikelas. Nak, silahkan perkenalkan diri kamu ke teman-teman."
"Halo semuanya, gue Lala Budiono, kalian bisa panggil gue Lala. Gue pindahan dari sekolah Clase A. Educación." Lala mengatakannya dengan antusias dan sebaik mungkin.
Bagaimana reaksi murid-murid kelas?
Biasa saja, bahkan ada sebagian yang tidak senang. Lala bisa merasakan hawa-hawa tidak mengenakkan. Penghuni kelas tak menunjukkan ekspresi apapun selain tatapan aneh dan acuh.
Selesai memperkenalkan dirinya sendiri, Lala dipersilahkan duduk. Saat menuju bangkunya, orang-orang bersikap cuek, sibuk sendiri, tidak ada yang melihat Lala.
'Sekolahnya ga familiar, sekolah kecil ga sih?'
'Ah, ada murid pindahan lainnya'
'Keliatannya sok asik'
Itulah first impression yang Lala dapat dari teman-teman barunya di kelas.
•
Waktu istirahat, tidak ada yang menyapa, bertanya dan mengobrol dengan Lala.
Hanya nyinyiran yang Lala dengar. Terutama ada satu kelompok pertemanan yang sedari tadi membicarakannya terus. Merasa terganggu, Lala memberanikan diri untuk bertanya di circle yang membicarakannya.
Lala tidak memiliki nyali yang besar, tapi demi harga dirinya ia tidak bisa tinggal diam.
"Eh, Si anak pindahan kesini." Semua anggota circle ini menatap Lala. Menatap Lala dengan jutek dan tidak tertarik.
"Hai, sorry kalau gue ganggu obrolan kalian. Kenapa daritadi kalian ngomongin hal-hal yang ga enak tentang gue?"
"Kalau lo ga suka gue, ngomong aja langsung." Lala pun menatap mereka tidak senang.
"Oh? Emang kenapa kalo ga suka? Lo bakal ngadu?" Salah satu dari mereka berdiri dan menuju kearah Lala.
"Lo nyogok berapa juta sampai-sampai kepsek mau nerima siswa sekolah underground kayak lo." Ucap Gesha Aletha. Bisa dibilang dia adalah inti circle ini.
Semua orang menjuluki Gesha 'ratu'. Semua kalah pada perkataan Gesha, karena Gesha adalah seorang penindas. Jika seseorang melawan Gesha, mereka akan kalah karena Gesha akan membawa circle nya untuk mengganggu seseorang itu sampai mereka meminta maaf.
"Real orang dalem inimah." Ucap Venus Anieta Givany. Sahabat Gesha, dia juga salah satu perundung disekolah ini.
"Hah? Kalian semua mikir sekokah gue sekolah jelek sama kampungan?" Lala tidak mengerti, sekolahnya yang lama tidak kalah hebat dengan sekolah lain, bahkan pernah menjadi sekolah terbaik dimasanya.
"Ga banget deh kampung banget tuh sekolah, cabut yuk." Mereka semua ikut perkataan Gesha untuk pergi keluar meninggalkan Lala yang terpaku di tempat.
Lala benar-benar tidak tahu harus bereaksi apa, apakah ini termasuk penghinaan bagi dirinya? Ejekan? Atau dua-duanya?
Untuk pertama kalinya, Lala menjadi malas dan tidak memiliki semangat lagi untuk pergi ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan #REWRITTENFROM2022
Short StoryLuka batin dan raga akibat tutur kata dan perbuatanmu yang tidak kau jaga baik-baik. Kisah tragis bernama Lala Budiono. Pelajar yang harus menanggung luka mental karena oknum penindas di sekolahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Namanya perundunga...