Jam di dinding telah menunjukkan pukul empat sore lewat lima belas menit. Rata-rata para pegawai yang bekerja di Hybe Architects sudah kembali ke rumah masing-masing sejak bel pulang berbunyi lima belas menit yang lalu.
Lain halnya dengan pria bermarga Kim itu. Ia tidak langsung pulang karena baru kembali dari musholla setelah menunaikan sholat ashar yang sedikit terlambat.
Sambil merapikan meja kerjanya yang berantakan, ia menghela napas panjang yang sarat akan rasa lelah. Pekerjaannya hari itu lumayan banyak karena kemarin ada seorang pengusaha yang datang dan ingin membuat proyek yang melibatkan beberapa orang arsitek berpengalaman.
Dan Taehyung, namanya terdaftar sebagai salah satu dari enam arsitek yang tergabung dalam tim untuk proyek besar tersebut.
Dipaksa bekerja sejak pagi, sekarang rasanya kepalanya seperti ingin pecah karena terlalu diforsir. Dan sepertinya hal itu akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan sampai kontrak kerja berakhir.
Di tengah kegiatannya membersihkan meja kerja, manik gelapnya menangkap sosok wanita bertubuh mungil yang tengah melangkah anggun ke arahnya. Namun Taehyung, pria itu tak menaruh perhatian sama sekali meski tahu bahwa dirinya adalah alasan mengapa wanita itu masih ada disana.
"Mau langsung pulang, Tae?"
"Hm," ia menggumam singkat tanpa menghentikan kegiatannya. Berharap wanita itu segera pergi walau ia juga tahu itu takkan terjadi.
"Di depan apartemen aku ada kafe yang baru buka, loh.. Bukber disana, yuk?"
"Nggak, makasih."
Sudut matanya menangkap bahwa wanita itu semakin mendekat padanya. Seperti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, Taehyung dengan cepat menghindar sebelum perempuan itu sempat berhasil meraih lengannya.
"Jennie, tolong. Jangan dekat-dekatin saya lagi. Saya nggak suka," ucapnya blak-blakan dengan raut kesal, berusaha membuat perempuan itu mengerti bahwa Taehyung benar-benar tak nyaman dengan kehadirannya.
Tapi bukannya tersinggung, Jennie malah terkekeh. "Kenapa? Apa karna kamu udah punya istri?"
Taehyung mengabaikan ucapan Jennie. Bergerak lebih cepat supaya bisa segera pergi dari sana. Apalagi teman-temannya juga sudah lebih dulu keluar. Taehyung tak mau ada fitnah macam-macam yang tersebar antara ia dan Jennie si anak walikota.
Dan sepertinya Jennie juga belum menyerah membujuknya. Perempuan itu bergerak semakin mendekat, bersandar di meja kerjanya seraya menunjukkan tatapan kesal karena Taehyung yang terus saja menolaknya.
"Kenapa sih kamu nggak pernah mau jalan bareng aku? Istrimu di rumah kan juga nggak tau kamu ngapain aja kalo diluar? Jadi harusnya bukan masalah kalo kita pergi walaupun cuman berdua."
Taehyung hampir saja mengeluarkan umpatan kasar. Beruntungnya ia masih ingat jika ia berpuasa dan tidak seharusnya juga ia meladeni omongan menjengkelkan perempuan itu.
Tapi sungguh, ia jadi tak habis pikir.
Dimana rasa malu wanita itu yang masih saja terang-terangan mengincarnya padahal tahu betul kalau Taehyung sudah beristri?
Dan apa katanya tadi? Harusnya bukan masalah kalo kita pergi walaupun cuman berdua?
Tentu masalah, karena Taehyung takut kepada Tuhannya. Dan meski memang benar istrinya tak mengetahui apapun tentang yang ia lakukan di luar rumah, namun tetap saja, sebisa mungkin Taehyung ingin menjaga kesetiaannya terhadap istri tercintanya.
Tanpa mengatakan apapun untuk membalas ucapan Jennie, Taehyung langsung melenggang pergi meninggalkan perempuan itu yang kini berteriak menyerukan namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy [TAERIN] ✓
FanfictionNot anyone, you're the one More than fun, you're the sanctuary 'Cause what you want is what I want, sincerity -Sanctuary, Joji- Published date : 20220416 Copyright © Firanasyazhi, 2022