XXXII [NISN (4)]

6.6K 976 5
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Ace menghela nafas kasar. Entah kenapa saat ini ia merasa gugup saat mendekati tersangka. Padahal ia sudah terbiasa melakukan hal itu. Ia takut jika tersangka mencurigainya dan mengetahui rencananya untuk menyelidiki tentang ini. Apalagi ia adalah seseorang yang mengalami sabotase tersebut. Ia berencana untuk mengikuti tersangka diam-diam.

"Lo mau Axel atau Bryan dulu?"

"Axel dulu."

"Dia ada di dekat kelas lo."

Ace segera bangkit dari duduknya dan menuju luar kelas. Kelasnya tidak terlalu ramai dan hanya berisi empat orang saja. Tidak ada yang mencurigainya saat ia berbicara dengan Rio.

Saat berada di luar kelas, ia melihat Axel sedang berjalan sendiri ke suatu tempat. Ia mengikutinya dengan santai tanpa menimbulkan kecurigaan.

Sampailah mereka di kamar mandi. Ace tidak masuk, ia hanya memantaunya saja dari luar. Axel tampaknya sedang melihat dirinya di depan cermin. Perlahan senyumnya merekah hingga membuat Ace bergidik merinding.

"Gue jadi gak sabar tunggu peringkat besok."

"Pasti orang tua gue senang kalo peringkat gue naik."

"Syukurlah kalau ke sepuluh anak itu dapat nilai 0. Gue bisa rebut peringkat mereka."

Ace mendengar itu semakin merinding melihatnya berbicara sendiri didepan cermin. Tidak salah ia memilih tersangka yang dicurigai. Ace segera mengirim rekaman tersebut kepada Rio, ia rasa sudah cukup untuk mengikuti Axel setelah apa yang ia dengar tadi.

"Rekaman sudah gue kirim ke lo."

"Bryan di depan perpus."

Ace segera meninggalkan Axel di dalam sana sendirian. Karena ada di lantai dua, ia mempercepat jalannya agar tidak kehilangan Bryan. 

Syukurlah Bryan masih di sana sambil memasang sepatunya. Bryan mulai berjalan ke arah kanan dan Ace mengikutinya dengan santai. Tetapi Ace merasa aneh kembali saat mengikuti Bryan. 

Anehnya adalah ia seperti diajak berputar-putar di area sekolah. Saat dirinya sudah sampai di kamar mandi, kemudian Bryan langsung keluar dan menuju lapangan. Di lapangan, ia pun hanya berputar sebentar lalu pergi melewati ruang ekstrakurikuler seni.

Dan pada akhirnya Bryan berhenti di lorong. Ia menoleh ke belakang tanpa ragu-ragu sampai Ace tidak sempat untuk bersembunyi. Ace tersenyum canggung saat dirinya ketahuan.

"Gue tahu lo daritadi ikutin gue. Makanya gue daritadi cuma jalan berputar-putar," ucap Bryan.

Ace baru tahu bahwa Bryan memiliki tingkat kepekaan yang tinggi hingga ia bisa tahu bahwa dirinya telah diikuti.

"Maaf gue ikutin lo," ucap Ace merasa tidak enak.

"Lo mau apa?" tanya Bryan. Ia tersenyum miring, "Pasti lo mau tanya-tanya tentang masalah kemarin 'kan?" tanyanya.

Ace salut dengan tingkat kepekaannya. "Gimana lo bisa tahu kalau gue mau tanya tentang itu?" tanyanya balik.

"Gue liat CCTV kemarin. Dari ciri-ciri orang itu, mirip gue. Iya kan? Sayangnya itu bukan gue," ucap Bryan santai.

"Kok lo bisa lihat CCTV?"

"Gue gak sengaja lihat saat guru lagi berkumpul di ruang CCTV," jawab Bryan. "Gue tahu orang kayak lo pasti mau tahu apa yang terjadi kemarin dan udah gue prediksi kalau lo bakal tanyain gue hal itu," jelasnya.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang