17;; Menemukan Yang Selamat

375 65 6
                                    

[Namjoon's POV]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Namjoon's POV]

Aku menyebut manusia yang memakan daging manusia lain adalah manusia kanibal. Dan sudah tiga hari aku berada di dalam gedung karaoke ini. Aku bertahan hidup dengan sisa-sisa makanan dan minum-minum untuk meredakan rasa bersalah terhadap rekan tim ku. Aku juga sudah memeriksa semua lantai, jadi sudah aman terkendali untuk ku tinggali sementara waktu. Meski aku belum bisa menghubungi atasan ku bahkan Yunho--anggota kepolisian di markas besar keamanan nasional juga terputus kontak denganku. Layar televisi tidak ada gambar, hanya garis-garis warna-warni tanda error. Sinyal pun seringkali hilang-hilangan, jadi sulit untuk mendapatkan informasi dari orang-orang dan seluruh dunia.

Aku jadi bertanya-tanya; apakah di kota lain dan negara juga terjadi wabah ini? Lantas dimanakah pemerintah dan bala bantuan? Apakah ada yang selamat selain diriku?

Aku tidak tau harus bagaimana sekarang. Aku tidak punya tujuan, tapi aku ingin bertahan hidup dan mencari cara, maka diriku bersiap-siap. Membawa makanan dan minuman serta sniper di tangan. Saat ingin menuruni tangga menuju bawah, aku mendengar geraman manusia berdarah yang ramai bersahutan. Biasanya hanya ada geraman rendah dari satu atau dua manusia berdarah yang lewat saat matahari naik seperti ini, tapi kali ini terdengar ramai sekali. Aku pun memposisikan sniper di jendela dan mengeker scope rings. Ku lihat ada seorang perempuan berlari membawa sebilah pisau dapur dan sesekali sembunyi-sembunyi di balik mobil yang terpakir di jalanan. Perempuan itu kelihatan nekat, tapi juga lincah berhasil menghindari para manusia kanibal yang mengikutinya.

Saat sembunyi di mobil yang terpakir di depan gedung, aku ingin berteriak memanggil. Tetapi perempuan itu sudah berlari kembali menembus jalanan melewati mobil-mobil dengan diikuti para manusia kanibal dibelakangnya. Karena itu juga, kini di depan gedung persembunyianku yang tadinya hanya ada satu atau dua saja jadi banyak berkumpul manusia kanibal yang berjalan mondar-mandir. Aku menghela nafas, menghitung amunisi dan jumlah manusia kanibal di depan gedung yang tidak sepadan untuk ku bunuh. Pada akhirnya aku menunggu manusia kanibal itu untuk pergi atau berkurang jumlahnya, baru aku akan keluar dari gedung ini.

Tadinya itulah rencanaku; keluar dari gedung, mencari senjata lebih banyak, menemukan orang-orang yang selamat atau bala bantuan. Tapi keesokan harinya, aku yang masih berada di dekat jendela untuk melihat langsung ke jalanan mengurungkan niat untuk pergi dari gedung, sebab aku melihat ada sekitar sembilan orang yang masih selamat dikejar-kejar gerombolan manusia kanibal dan mereka bersembilan masuk ke dalam bus. Aku yang memegang sniper menghitung jumlah banyaknya manusia kanibal mengerumuni bus. Lantas ada seorang laki-laki berjalan di atap bus yang bergoyang-goyang dengan musik lumayan kencang berasal dari ponselnya.

Aku memperhatikan bagaimana laki-laki itu melempar ponselnya sejauh mungkin hingga menarik para manusia kanibal akibat ponsel itu terpantul mobil-mobil yang terparkir bagai domino dan para manusia kanibal meninggalkan bus lalu mengejar suara yang terpantul dari ponsel. Bus itu kini aman membuatku yang memantau sempat tegang, kini menjadi lega.

Life Goes On [삶은 계속된다]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang