You're Not My Boyfriend

4 0 0
                                    

"Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya." - Mahatma Gandhi 

Gadis itu menghembuskan napasnya lelah. Sudah 4 jam lebih dirinya berkutat dengan tumpukan buku yang menjadi sumber referensi tugas yang harus di serahkan 2 hari ke depan. Netranya menjelajah sekitar, ternyata dia hanya berdua dengan wanita penjaga perpustakaan yang duduk dekat  pembatas rak buku sejarah, dan geografi. Gadis itu segera mengambil ponselnya di dalam sakunya. Satu pesan muncul. 

Mahen 

Di mana?

 Liona 

Di perpus

Pesannya langsung terbaca. Tidak sampai dua menit berlalu, Mahen muncul dan langsung duduk di sebelah gadis berambut panjang itu. 

"Liona," panggilnya. 

Gadis dengan nama Liona itu mengerutkan keningnya heran,"Cepet banget, terbang ya?" Mahen hanya terkekeh manis. 

"Gue udah tahu lo disini, tadi ngobrol dulu sama Ajil di Lobby. Udah makan siang belum?" 

"Udah, tapi laper lagi," Jawabnya sambil mengangkat tumpukan buku dan berniat membawanya ke meja depan untuk dipinjam. Mahen tak enggan untuk membantu, Liona pun tidak keberatan dengan bantuan Mahen. Keduanya terlihat seperti sepasang kekasih, tapi sayangnya bukan. 

Mahen melihat arloji silvernya di tangan kiri, pukul 4 sore. 

"Makan yuk di tempat biasa," ajaknya. 

Liona terlihat berpikir, Mahen sedikit menundukan pandangannya pada liona. Pandangannya tidak lepas dari gadis berkacamata dengan frame kacamata yang stylish  di sebelahnya. 

"Sorry, gue makan di rumah aja kayaknya. Udah sore." jawab Liona hati-hati. Takut-takut kalau Mahen akan kesal. Ya, sebenarnya Mahen tidak pernah kesal dengan hal se-sepele itu. Tapi bukan Liona namanya kalau tidak memikirkan perasaan orang lain. 

Mahen mengangguk mengerti, "Okay." 

Keduanya berjalan menuju meja tempat verifikasi peminjaman buku. Mahen hanya memperhatikan gerak-gerik Liona yang terlihat sudah sangat paham dengan sistem kerja perpustakaan kampus ini. Bahkan penjaga perpustakaan pun tahu kalau Liona menjadi mahasiswi yang paling sering berkunjung. 

Setelah selesai, Liona memasukan semua bukunya ke dalam tas ranselnya. Liona menghela napas. Jujur, buku-buku ini berat. Akhirnya sebagian dia putuskan untuk tidak dimasukkan ke dalam tas dan membawanya dengan kedua tangan. Mereka berdua berjalan beriringan menuju lift untuk turun ke Lobby. Tidak ada lagi yang memulai percakapan, sampai pada Lift ada dua troli yang berisikan tumpukan buku yang sepertinya akan dipindahkan ke lantai dasar. 

Dua troli itu membuat lift menjadi sedikit sempit dan terpaksa jarak tubuhnya dan Mahen menjadi dekat setelah Mahen menekan tombol 1 di dekat pintu lift. Wajah Liona hampir bertabrakan dengan dada Mahen dan Liona bisa dengan jelas mencium aroma maskulin dari tubuh Mahen. 

"Lo gak ada kelas ya hari ini?" Hembusan napas Mahen bahkan terasa jelas. Liona tidak tahu harus senang apa khawatir. 

"Hm?" Sial. Gadis itu hilang fokus. 

Mahen sedikit tertawa. "Lo gak ada kelas hari ini?" 

"Nggak ada, gue kesini cuma buat nugas," jawabnya. 

Entah darimana datangnya niatan itu, tangan Mahen dengan entengnya mengusap puncak kepala Liona tanpa ada kata kata yang keluar dari bibirnya, sampai-sampai Liona tidak bisa berkutik. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IntuitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang