*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Lo ngapain ke sini sih, Sat? Lo kan masih sakit?"
Tara terus mengulang pertanyaan itu sembari menarik Satya menjauh dari pusat keramaian di mana sejak tadi teman-temannya terus menatap Satya dan dirinya dengan tatapan bertanya-tanya mereka.
Tara sangat yakin jika setelah ini dirinya pasti menjadi bahan pembicaraan banyak orang dan ia tahu ia tak akan bisa lolos dari interogasi Riri yang sejak tadi menatapnya tajam dari atas pelaminan.
"Gue udah gak sakit, gue bosen diem terus di rumah, makanya gue susul lo ke sini. Sekalian mau jemput lo pulang," sahut Satya yang menghentikan langkah kakinya dan membuat Tara kembali memutar tubuhnya.
Satya tersenyum manis seakan tak memiliki kesalahan berbeda dengan Tara yang menghembuskan napas kasarnya karena tak tahu harus bicara seperti apa lagi dengan Satya.
Ya, Satya tadi pagi sebenarnya merasa bosan sehingga tanpa sadar justru pergi meninggalkan rumah dan melajukan mobilnya masuk jalan tol dan ia berakhir kebingungan saat akhirnya tiba di kota kembang karena tak tahu harus pergi ke mana.
Saat Satya menelpon dan meminta Tara memberikan titik lokasinya, nyatanya Satya sudah berada di kota kembang, ia baru saja keluar dari ruas tol dan menepi untuk menanyakan di mana keberadaan Tara sehingga saat Tara memberikan titik lokasinya, Satya langsung melajukan kembali mobilnya hingga akhirnya ia tiba di sana.
"Beneran pacarnya Tara deh," bisik seseorang yang membuat Tara dan Satya langsung menoleh menatap dua orang wanita sebaya mereka.
"Jadi beneran putus sama Kafka," lanjut salah satu dari wanita itu lalu kemudian mereka dengan cepat pergi saat menyadari bisikan mereka terlalu kencang hingga terdengar oleh Tara dan Satya.
"Kok mereka sebut-sebut Kafka?" tanya Satya yang wajahnya seketika nampak kesal.
"Emang lo beneran pacaran sama Kafka ya?" sambung Satya lagi yang justru membuat Tara kembali menghembuskan napas berat.
Banyak orang yang mengira Tara dan Kafka berpacaran, lalu apa salah jika Tara juga berpikir demikian?
Ya, nyatanya yang salah paham akan kedekatannya dengan Kafka bukan hanya Tara seorang, tapi teman-teman mereka pun banyak yang ikut dibuat salah sangka bahkan Riri kemarin sampai mengamuk saat Tara kembali menceritakan apa yang terjadi di antara dirinya dan Kafka.
"Gue gak t—"
"Tara, lo dipanggil Riri!" panggil seseorang yang membuat perkataan Tara terhenti.
"Duh mampus," gumam Tara pelan dengan mata yang kembali melirik Satya kesal.
"Gara-gara lo!" omel Tara yang membuat Satya seketika mengernyitkan dahinya.
"Lo kok marah ke gue sih? Gue udah jauh-jauh loh dat—"
"Gue kan gak minta lo dateng ke sini!" sela Tara yang membuat Satya langsung mencebikkan bibirnya.
Tara sungguh menyebalkan, padahal ia sudah bersusah payah datang ke sana dengan kondisi yang belum sepenuhnya pulih namun Tara bukannya senang akan kedatangannya itu, wanita dihadapannya itu justru tampak marah.
"Ya udah, gue balik aja," ujar Satya seraya menarik tangannya yang masih ada dalam cekalan tangan Tara dan apa yang ia katakan berhasil membuat Tara tersentak kaget.
Tara sadar ia mungkin sudah menyinggung Satya.
"Sat ... bukan gitu," ujar Tara yang dengan cepat kembali meraih tangan Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...