O2

41 29 7
                                    

Pukul 19.56 · Kediaman Budiono.

Lala menelepon ibunya, ia ingin bercerita tentang sekolah barunya, termasuk teman-teman barunya disekolah yang tidak bersikap baik terhadap Lala.

*Iya? Kenapa Lala?*

"Ma, mama sibuk ga?"

*Setiap hari mama sibuk Lala, ada apa? Mama banyak kerjaan, ga bisa telepon lama-lama*

Lala menjadi ragu, mulai darimana ia menceritakan semuanya ke ibunya? Tidak enak kalau mengobrol dengan seseorang yang sibuk dengan urusan mereka.

"Em..."

*Maaf ya nak mama tutup dulu teleponnya*

Karena terlalu lama, ibunya menutup telepon.

Beep..... Beep.....

Nasib memiliki orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Komunikasi antar anggota keluarga terbatas, hari libur yang tidak pasti. Terkadang tidak sampai sehari di rumah mereka harus kembali ke kantor.

Lala menaruh ponselnya di samping tubuhnya. Terhanyut dalam pikiran, selama ia bersekolah, baru kali ini Lala di ejek hanya karena ia berasal dari sekolah yang 'kata' mereka adalah sekolah bawah.

Padahal sekolah Lala yang lama tidak kalah dengan sekolah lain, akreditasinya juga bagus.

"Gumii, masa aku tadi di ejek sama temen-temen Lala... gara-gara sekolah lama Lala..." Lala berbicara dengan boneka harimau miliknya yang bernama Gumi.

"Mungkin mereka tipikal orang yang agak lama untuk adaptasi sama orang baru kan, Gum? Aku masih baru disana. Mungkin mereka lagi bercanda ya tadi, aku aja yang baperan, huft." Lala memeluk Gumi.

Lambat laun Lala terlelap dalam mimpi, berharap hari-hari berikutnya akan menjadi hari yang baik.

Satu minggu kemudian · Lapangan sekolah.

"Baik anak-anak, materi olahraga hari ini adalah bola voli. Minggu lalu bapak sudah ajarkan cara-cara melempar bola voli, sekarang bapak mau melihat apakah kalian mengerti untuk materi bola voli ini."

"Bapak akan menilai sejauh mana kalian mempelajari materi yang bapak berikan. Sekarang buat kelompok dua orang, boleh dengan teman yang berbeda gender." Semuanya langsung memilih kelompok mereka, tersisa Lala yang tidak memiliki pasangan.

Lala menepi dari tengah lapangan ke pinggir lapangan. Circle tempo hari yang lalu menatap Lala dengan cengiran yang menyebalkan.

"Kasian ga ada partner-nya." Ucap salah satu dari mereka.

Lala menghela nafas dan menunduk, menatap tanah lapangan yang dia pijak. Lagi-lagi dia merasa bingung kenapa dia tidak diterima di lingkungan sekolah barunya.

"Lala? Kenapa ga berpasangan?" Gurunya menghampiri Lala dan bertanya ke Lala.

Lala menaikkan kepalanya lalu saling tatap dengan gurunya.

"Saya ga ada pasangannya pak."

"Aira ga masuk?" Tanya gurunya.

"Aira siapa pak, maaf saya ga terlalu kenal sama temen-temen kelas, pak."

"Sudah 4 hari sakit pak." Celetuk ketua kelas yang menghampiri mereka.

"Hei, sama gue aja yuk? Kebetulan temen gue ga masuk dan gue sendirian sekarang,"

'akhirnya ada orang waras' batin Lala

"By the way, gue Rania, orang-orang pada manggil gue Nia, lo bebas manggil gue apa." Mengulurkan tangannya untuk jabat tangan.

Hujan #REWRITTENFROM2022Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang