Gycella Ayuzawa Wijaya adalah nama seorang gadis yang kini tengah check out dari Bandara. Gadis cantik berusia 16 tahun ini berkulit putih, berhidung mancung, bermata simetris dengan warna iris coklat terang, dan bibir yang tak tebal namun tak tipis.
Tingginya yang mencapai 170 cm, ditambah tubuhnya yang langsing menjadi nilai tambah untuk penampilannya."Uza, i miss you sis!" seru seorang cowok yang berlari memeluk gadis cantik itu.
"Bang, lepas ih. Malu tau," ucap Uza. Cowok bertubuh tinggi dan tegap itu segera melepaskan pelukannya. Ia adalah Andrian Niaraga Wijaya. Kakak Uza.
"Loh? Si tengil mana?" tanya Uza. 'Tengil' adalah panggilan untuk Daniel Yamada Wijaya. Adik Uza.
"Gue di sini," sahut Niel yang baru datang.
"Tambah tinggi aja lo," ucap Uza sambil mengukur tinggi badan Niel yang ternyata 7 cm lebih tinggi darinya.
"Gue gitu. Bang, pulang yok!" ajak Niel. "Sini gue bawain koper lo, mumpung lagi baik, nih" lanjutnya lalu mengambil alih koper Uza.
"Yaudah. Za, ayok!" ajak Bang Aga.
-----------------------------
Uza POV
Kini gue lagi duduk di balkon kamar gue. Malam yang indah bertabur bintang. Ceilah bahasa gue.
Jujur, gue kangen banget sama suasana malam Jakarta. Karena 4 tahun terakhir gue terbiasa mandangin langit malam Tokyo. Gue emang tahun kemaren ada di Jepang, ikut Ayah sama Bunda.
Oh, ya. Gue, Bang Aga ama si tengil tu blasteran indo-jepang. Jadi kalo kita pengen sekolah di luar negeri ataupun berlibur biasanya ke Jepang. Soalnya Bunda asli Jepang.
Gue sama si tengil udah pernah sekolah di sana. Nah kalo Bang Aga gak mau. Dia nempel terus sama Eyang Uti.
Alasan gue tinggal di Jepang sebenernya bukan cuma buat sekolah. Tapi juga ajang pencarian jati diri aja. Hehe. Gue ngukur diri gue nyaman di sana apa di sini. Tapi gue belom juga dapet jawabannya.
Kalo di sono kan banyak temennya, tapi gue disuruh juga belajar masalah bisnis Ayah. Kalo disini gak rame banget sih, tapi kan ada Bang Aga ama Niel yang ngangenin. Gue sering kangen mereka pas di Jepang.
"Woy! Ngelamun aja!" seru Niel yang udah ada di samping gue. Ih, ni anak jin kali ya. Kok udah ada disebelah gue aja.
"Paansih lo? Ngagetin tau ngga! Jantung gue udah disko nih!" balas gue.
"Selo bro. Gue mau curcol nih," ucapnya. Kebiasaan keluarga gue itu saling berbagi cerita.
"Cerita aja kali, lo tau gue gak ember," sahutku.
"Gue bingung ama dia, sebenernya dia itu--"
"Eits tunggu! Dia siapa nih? Si Amanda ya? Gebetan lo itu?" potong gue.
"Yaiya, siapa lagi?" jawabnya.
"Haha, kenapa sih? Kok kayaknya sedih banget?" tanyak gue.
"Ternyata dia udah dijidohin, kak." Jawab Niel dengan sorot mata sedih.
"Ya ampun, turut berduka, deh," sahutku. "Tapi ini kan bukan jaman Siti Nurbaya lagi, kok masih aja ada perjodohan? Apalagi usianya baru 16?"
Niel hanya mengedikkan bahunya pasrah.
Kasihan gue sama si Niel. Amanda kan cinta pertamanya. Niel sama gue emang belom begitu mengerti arti cinta lawan jenis. Mungkin kalo aku karena terlalu sibuk belajar tentang perusahaan Ayah. Kalo si Niel juga sibuk ama bandnya yang makin populer aja. Jadi gak sempet tuh jatuh cinta.
Kalo Bangga--panggilan gue ke Kak Aga--mah udah punya banyak mantan. Tapi bukan berarti dia player. Dia sering nerima cewek yang nembak dia karena kasihan. Abisnya cewek cewek itu berjuang banget. Namun pada akhirnya mereka juga yang mutusin Bangga.
Huft.. Serumit inikah hidup??
Okay ini chap satunya emang gak begitu penting. Hehe
Udah dikit, gak penting lagi.
Tai gapapa, buat bikin penasaran juga.
Baca ya chap selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE? I dont care
RandomSeorang remaja cantik berusaha menemukan jati dirinya. Ia dewasa namun masih belum mengerti dengan benar arti seorang cowok untuknya. Ketika ia tengah bingung dan dihampiri bahaya seseorang datang untuk terus berada disisinya.