Dimana kau?
kau pergi hilang entah kemana
kau bilang pada ku bahwa kau akan selalu di sisi ku
tapi sekarang?
kau pembohong!
kau meninggalkanku sendiri di sini.
FLASHBACK...
Jennie Abhigail dan Rosé Maxim adalah teman masa kecil yang sama sama mempunyai cerita kelam masing masing.
Rumah Rosé dan Jennie bersebelahan.
Mereka mempunyai tempat sendiri untuk bisa bersantai bersama.Tempat yang berada lumayan jauh memasuki hutan di belakang rumah mereka.
Rosé membuat sebuah gazebo kecil di tepi danau untuk mereka berdua.
Rosé wanita yang mempunyai perangai seperti lelaki selalu berusaha melindungi Jennie.
Jika Rosé berperangai seperti lelaki, maka Jennie adalah sebaliknya.
Jennie adalah wanita yang sangat feminim. Apa yang ia inginkan harus ia dapatkan dan apa yang ia tak suka harus ia singkirkan.
Well... we can call Jennie is a bully and Rosé is a gangster leader. What a perfect combination :)
Jennie memang pembully, tapi terkadang seseorang yang ia bully memang pantas untuk di perlakukan seperti itu.
Ya jika tak ada yang menyulut emosinya maka ia tak akan melakukan apapun.
Jika Jennie membully seseorang hanya karena ia tak suka, maka ada Rosé yang menghalanginya.
Jennie dan Rosé sering bertengkar tapi juga sering menyayangi.
Disaat Jennie mempunyai masalah, akan selalu ada Rosé yang memanjat jendela kamarnya dan membawanya pergi untuk bersenang senang beruda.
Di saat Rosé ada masalah, maka ada Jennie yang akan memeluknya hingga ia tertidur lelap.
Dan di saat salah satunya menghilang, apa mereka sanggup?
Dan itulah yang sedang terjadi.
Rosé tewas setelah melawan ayah Jennie yang melakukan kekerasan kepada anak kandungnya sendiri.
Rosé yang sangat teramat menyayangi sahabatnya yang sudah ia anggap saudaranya sendiri tentu tidak akan diam.
Saat itu Rosé ingin menjemput Jennie untuk ke gazebo kecil mereka, menikmati waktu malam dengan membawa makanan dan selimut agar mereka tetap hangat, oh dan jangan lupakan tongkat baseball yang sudah menemaninya dari umur 9 tahun yang selalu ia bawa di punggungnya "untuk berjaga jaga" katanya begitu.
Tepat saat ia menginjakkan kaki di teras rumah, yang di dapat Rosé saat ia menjemput Jennie bukanlah senyuman lucu yang manis dari Jennie, melainkan teriakan dan isak tangis dari wanita itu yang menyambut kedatangannya.
Rosé dengan cepat melempar kan barang barang yang ia bawa lalu mendobrak pintu besar yang langsung terbuka secara kasar.
Rosé melihat Jennie dengan keadaan lebam di seluruh tubuh, sudut bibir yang robek, dan pipi yang luka seperti habis terkena benda tajam.
"R-Rosie"
Tanpa pikir panjang lagi, Rosé langsung mengeluarkan tongkat yang selalu ia bawa di punggungnya dan menerjang ayah Jennie.
Namun tenaga Rosé yang melawan tenaga ayah Jennie sangat kalah jauh.
Rosé memang berhasil beberapa kali melayangkan beberapa pukulan pada tubuh dan kepala ayah Jennie, namun sayang pukulan itu bukan lah di titik lumpuh melainkan hanya menyebabkan rasa sakit yang masih bisa pria itu tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot
FanfictionRandom OneShot about everything etc... ENJOY! GO AWAY IF YOU DIDN'T LIKE IT