Diselamatkan #3

602 70 5
                                    

Chapter 3

"HIYAAAAAA!!!!"

*JEDER

Sambaran petir dan tingginya ombak menjadi kombinasi yang mengerikan... Apalagi saat ini aku sedang berada pada posisi terombang ambing dengan rakit kecilku. Rasanya sangat memusingkan dan ingin muntah...

Aku merasa sangat kelelahan. Staminaku tidak kuat untuk menahan agar diriku menempel dengan rakit ini. Jika begini terus, aku akan tertelan oleh ombak.

Tidak ada cara untuk keluar dari situasi mengerikan ini selain terus bertahan. Namun disisi lain aku tidak begitu kuat dengan tubuh lemah ini. Aku juga kehilangan persediaan makanan yang kubawa. Tidak ada harapan disini... Aku sepertinya akan mati...

***

Rimuru-sama!!!

Pastikan diri anda baik-baik saja!!!

Sampai jumpa Rimuru-sama...

(Sorak-sorak warga Tempest saat menjelang kepergiannya...)

Dalam bayangan...

Suara-suara itu... Siapa mereka?

***

"Woahh!"

Sosok gadis cantik bersurai biru perak itu terbangun dari serpihan mimpinya. Ia mendapati dirinya berada di sebuah ruangan kecil dengan satu lampu dan beberapa foto orang asing yang terpampang di dinding. Gadis itu beranjak dari tempat ia tidur dan mencoba berdiri. Ia berjalan satu langkah pada sebuah jendela bulat yang memperlihatkan pemandangan lautan biru yang selalu ia lihat.

***

Dimana aku?
Bukankah sebelumnya aku terombang ambing?

Uhh... Kepalaku terasa pusing.

Jadi siapa yang membawaku kesini?

Keadaan ini membuatku agak bingung. Kemudian, aku berjalan menuju pintu. Tapi saat kucoba untuk membukanya, pintu ini malah tidak bisa dibuka. Aku rasa pintu ini dikunci dari luar.

Aku mencoba menengok keluar lewat lubang kecil. Aku melihat seseorang ...

Tak kusangka aku bisa melihat manusia lain disini.

Orang itu pendek. Sepertinya dia hanya seorang bocah kecil. Ah!

Dia menyadari keberadaan ku!

Dia melihatku mengintip. Dan dia langsung menghampiriku dan membuka pintu nya.

"Kau sudah bangun rupanya." Ucap bocah itu.
"Kemarilah, ayahku telah menyiapkan makanan." Katanya.

"E-eh iya..."

Dia menarik lenganku dan membawaku ke ruangan yang berbeda. Jika dilihat lebih teliti lagi, struktur ruangan ini seperti sebuah kapal. Apa mungkin aku berada di suatu kapal?

Sensasi ini... Sudah jelas sih aku ada di atas kapal.

Bocah itu membawaku kepada ayahnya. Dia menunggu di sebuah kabin kapal, tengah duduk di sebuah kursi dengan makanan di mejanya.

"Kamu sudah bangun rupanya... Sini, makanlah sesuatu, jangan sungkan ya." Ujar si Ayah.

Bisakah aku percaya padanya?
Entah kenapa rasanya ragu jika menerima sesuatu dari orang asing...

"Emm..."

"Tidak perlu waspada, tidak ada niat buruk disini, kamu makan saja, tidak usah khawatir, oke?"

Lost in Blue (D) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang