Perpisahan

31 2 1
                                        

Sudah tahu kan kalau aku orang yang sulit mendapat teman. Selama aku sekolah, beberapa teman yang dulunya dekat malah menjadi jauh dan seperti orang asing. Apa kalian juga merasakan hal yang sama?

Waktu aku SMA dulu, aku memiliki beberapa teman dekat. Setiap hari selalu bersama dan terkadang nongkrong bareng dibeberapa kesempatan. Bercerita tentang banyak hal rasanya tidak sungkan sama sekali. Kami juga saling memberi support satu sama lain, kehidupan di SMA memang luar biasa membahagiakan. Kami bahkan tidak pernah berpikir akan berpisah jauh, bukan masalah jarak tempat tinggal kami. Tapi hati kami sudah saling menjauh....

Sempat terpikir bahwa aku terlalu sibuk kuliah sehingga jarang bisa berkumpul dengan teman-teman SMA. Ah tapi ternyata bukan itu dan aku menyadarinya terlambat sekali.
Kami sudah terlampau jauh.
Bahkan setelah memasuki perguruan tinggi, banyak teman yang sudah selesai kuliah lebih dulu dan aku masih menikmati ujianku saat ini.

Aku dan teman koasku dulu, kini saling menjauh. Kondisi yang dulu terulang kembali....

Dulu aku berpikir bahwa mereka enggan lagi berteman denganku karena kondisi mentalku yang tidak baik-baik saja, atau aku yang tidak selevel lagi dengan mereka karena belum menyelesaikan sekolah, dan yang paling ekstrim aku berpikir kalau memang aku tidak layak untuk diajak berteman lagi

Kondisi ini membuatku sangat frustasi, aku lebih sering menyalahkan diri sendiri. Aku lebih sering menghina diri sendiri dengan melabeling diriku sembarangan.
Aku berpikir bahwa diriku memang tolol, kudet, dan sering egois sehingga orang-orang sulit menerimaku.

Orang lain enggan berbaik hati denganku karena memang aku tidak pantas mendapatkannya. Aku tidak cantik, pintar, kaya, aku bertubuh gendut, kulitku hitam, gigiku berantakan, dan sering banyak bicara.
Banyak hal yang membuat orang berpikir berkali-kali untuk berteman denganku.

Dahulu aku berpikir untuk memperlakukan orang lain sebagaimana aku diperlalukan. Pemikirian itu tidak salah, namun tidak selamanya harus bertindak demikian. Artinya aku hanya fake, berharap imbalan, dan mencari orang yang bisa menguntungkan.
Aku belum paham mengenai makna penerimaan.

Hubungan yang langgeng diawali dengan penerimaan. Jika tulus maka tidak ada kata tapi. Kelebihan dan kekurangan adalah pasangan, jadi aku harus menerima keduanya untuk bisa terus bersama. Akhhhhhhh aku menyesal karena tidak berpikir demikian sedari dulu

Pikiranku mulai berubah ketika aku mengenal seseorang yang tidak pernah ku sangka memberi arti yang mendalam dalam hidupku. Dia bukan Bunga, tapi seorang lainnya. Aku berpikir dia orang yang sangat bahagia. Dia good looking, pintar, bintang kelas, dan disayangi semua dosen. Tapi.......
Banyak orang yang merendahkan dia, mencaci maki, bahkan difitnah sana sini.
Jujur, aku kasihan kepada dia. Rasa yang hadir malah rasa kasihan. Aku sedih ternyata dia tidak seberuntung yang aku bayangkan. Dia jauh dari kata bahagia.

Setiap kali dia sedih, aku berusaha untuk hadir dan menemani. Aku pastikan dia nyaman bercerita kepadaku dan merasa lega setelah menumpahkan segala emosinya. Aku yakin sekali bahwa aku yang terbaik untuk dia, sampai akhirnya hari itu.
Hari dimana aku terpuruk serendah-rendahnya, aku bahkan takut bertemu orang banyak. Aku takut keramaian, aku takut orang-orang membicarakanku.
Hari dimana aku menutup semua akses komunikasi, aku berharap dia datang dan mengkhawatirkanku. Ternyata dia tidak datang hahahaha

Awalnya aku berpikir bahwa dia manusia tipe 1 yang kehadirannya hanya sebagai ujian. Sebelum kejadian itu bahkan aku mengkategorikan dia sebagai manusia tipe 3 yang kehadirannya untuk membersamai sampai akhir hayat.
Setelah merenung berhari-hari aku pun mengkategorikannya sebagai manusia tipe 2 yang kehadirannya sesaat namun memberi arti mendalam untuk hidupku.

Aku menikmati seluruh pembicaraan kita
Aku menikmati saat kamu memberi kesempatan untukku menjadi seseorang yang bisa kamu andalkan
Aku menikmati saat kamu memberi kesempatan untuk menunjukkan sisi baikku
Aku menikmati persahabatan yang sesaat tapi bahagia ini
Walaupun kamu pergi tanpa kata dan aku masih ingat betul pembicaraan terakhir kita. Saat itu aku bercerita bahwa aku tidak merasa tentram dan galau berat.
Saat itu kamu berusaha membangkitkan rasa percaya diriku, kemudian kamu pergi hingga saat ini hehehe

Kita bukannya saling mengkhianati
Aku mengerti bahwa hubungan dengan siapa pun pasti akan berakhir

Aku mengerti bahwa perpisahan adalah keniscayaan
Aku mengerti bahwa perpisahan harus dijalani dengan damai tanpa meninggalkan luka
Tidak melulu soal khianat
Perpisahan dapat terjadi karena tujuan kita sudah tidak sama lagi

Aku, kamu, dan kalian semua sibuk bertahan hidup setiap hari
Bertahan dari kesakitan, penderitaan, kebencian orang lain dan sebagainya

Perpisahan itu nyata
Tidak melulu soal "sudah tidak sefrekuensi lagi"
Namun luka kita masing-masing membuat kita sibuk dan melupakan kehadiran satu sama lain

Si Anak TengahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang