03

0 0 0
                                    

~Happy reading~

***
Matahari sudah mulai menampakkan diri, tetapi gadis itu masih betah tertidur padahal hari mulai menjelang siang. Suara alarm yang nyaring terdengar dari ponselnya beberapa kali, ia sangat malas untuk bangun karena sangat mengantuk.

Ia pun mematikan alarm, dan bangun untuk mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu, "jam berapa sih emang, masih ngantuk padahal." Katanya sambil mengucek matanya dan melirik jam.

"Waduh jam 9 cuy, gue kudu ke rumah Ivan." Akhirnya ia pun bergegas ke kamar mandi untuk bersiap.

Setelah selesai mandi dan berdandan, Ana pun pergi ke rumah Ivan. "Assalamualaikum Van, main yuk."

"Wa'alaikumsalam, mau kemana lu?" Ivan melihat penampilan gadis yang dihadapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki, seperti mau bepergian.

"Mau ke rumah lu, kan di suruh mama nginep disini." Ia pun menyelonong masuk tanpa permisi.

"Tante lagi masak ya, mau aku bantuin gak?"

"Eh Ana, aduh udah cantik aja anak gadis ini. Gak usahlah bentar lagi juga selesai, kamu tunggu di meja makan aja." Perintah bunda.

"Ya udah deh."

Ia pun pergi ke meja makan dan duduk dengan tenang, sambil menunggu makanannya ia membuka layar ponselnya dan membuka aplikasi favoritnya, yaitu aplikasi wattpad. Aplikasi ini sedang trend dikalangan anak remaja jaman sekarang.

"Lu mau pergi kemana sih sebenarnya, udah rapi aja gue perhatiin." Tanya Ivan sambil duduk di samping Ana.

"Em gak kemana mana tuh, emang gak boleh ya gue dandan cantik kayak gini." Ana pun menyimpan ponselnya, dan memperhatikan Ivan yang juga sedang memperhatikannya.

"Ya biasanya juga lu belum cuci muka, belum apa-apa udah ke rumah. Keknya ada udang dibalik batu."

"Hehehe tau aja deh, makin sayang gue. Nanti siang anterin ke mall ya?" Pintanya pada Ivan, sambil memelas.

"Ck mau ngapain sih?" Ivan memalingkan wajahnya dari Ana, ia paling tidak bisa kalo sudah seperti ini.

"Mau shopping lah, bentar kok. Gue dapet kabar ada diskon tau."

"Liat nanti ajalah, males gue. Panas."

Makanan pun sudah datang berjejer rapi di atas meja, bunda Ivan memang jago dalam membuat masakan.

Jika ada acara keluarga di rumah, pasti bunda akan ikut andil untuk memasak. Entahlah kalo kata bunda, ini hobinya dari kelas 5 SD.

"Wah banyak banget loh, pasti enak nih Tante." Ana sampai menganga melihat sajian makanan dihadapannya ini.

"Ayok Ana makan yang banyak ya, anggap aja rumah sendiri. Tante mau keatas dulu, mau siap-siap pergi."

"Loh gak makan bareng Tante?"

"Kalian duluan aja, Tante ada urusan mendadak." Bunda Mira pun pergi ke kamar nya.

Ivan dan Ana pun makan dengan tenang, "Van keknya agak sorean deh gue ke mall nya, gak papa kan. Soalnya mau pergi abis ini." Katanya sambil melirik lelaki disampingnya.

"Pergi kemana?"

"Ke rumah temen, beneran." Jawab Ana sambil mengacungkan dua jari.

"Sama siapa, jangan nakal lu." Ivan sudah selesai memakan makanannya dan meminum air putih, ia membuka jeruk yang tersedia di meja makan.

"Enggak, nakal apa sih." Ia terus membujuk agar di perbolehkan pergi.

"Emang temen mana, lu kan gak ada temen selain gue sama temen-temen gue." Kata Ivan sambil berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring.

Mendengar apa yang dikatakan itu, ia langsung diam seketika. Ia lupa kalo Ivan tau semua tentang dia, bagaimana ini padahal ia cuman mau lihat balap motor siang ini.

"E-enggak, eh iya maksudnya tuh. Ada lah temen lu gak tau, soalnya gue gak pernah kasih tau lu."

"Gak gue kasih izin, udah lah diem di rumah. Kan mau ke mall, ayok gue anterin." Ivan pun menghampiri Ana dan menatap wajah gadis itu dengan datar, ia tau pasti sahabatnya ini sudah ada rencana.

"Ih kok jahat banget, beneran main kok.

"Gak ada main ya Na, ortu lu lagi gak ada jadi jangan macem-macem." Jelas Ivan dan pergi dari hadapan gadis itu.

Ana memasang wajah cemberut, ia kesal karena jarang-jarang ada balap motor waktu orang tuanya tidak ada. Eh pas ada malah dilarang-larang juga sama sabahatnya ini.

Ia jadi tidak nafsu makan kalo begini, padahal nasi yang di piring hanya sisa sedikit tapi ia sudah tidak berselera.

Ia pun pergi ke kamar lelaki tadi untuk membujuknya agar tak marah, memang ya siapa yang gak di kasih izin siapa yang ngambek, aneh.

Ana duduk di samping Ivan yang sedang bermain game online, ia terus melihat Ivan begitu serius memperhatikan layar ponsel dan sesekali mengumpat.

"Ivan lu marah ya sama gue?" Ana mencolek bahu lelaki itu, tetapi tidak ada respon.

" Maaf ya, janji gak bakal nakal lagi. Tadi tuh gue bohong mau ke rumah temen, padahal mau liat balap motor." Jelasnya sambil menunduk dan memainkan jarinya.

"Ya kan baru kali ini gue ada waktu pas buat ke sana, karena kalo ada mama atau papa pasti gak boleh. Eh pas sekarang mereka pergi ada lu yang larang."

Karena tak ada respon sama sekali dari lelaki itu, iapun mengangkat kepalanya. Justru apa yang ia lihat, ternyata Ivan sedang melihatnya tajam dan datar. Gawat ini. Batin Ana.

Ia hanya memperlihatkan senyum dan sesekali menggaruk kepalanya, kalo Ivan sudah seperti ini ia tau kalo lelaki itu sangat marah.

"Gak gitu lagi deh, beneran. Kalo gue bikin ulah lagi, laporin mama aja gak papa."

Lelaki dihadapannya ini menghela nafas panjang, "gue larang lu bukan karena apa, gue khawatir lu nanti dalam bahaya gimana. Kan ortu lu nitipin lu ke gue, otomatis selama mereka belum pulang lu harus nurut, gue khawatir Na." Ivan menjelaskan dengan suara yang lembut, ia takut kelepasan kalo sudah emosi.

Ana yang mendapat penjelasan itu pun terdiam dan melihat kearah Ivan, dengan berkaca-kaca. "Maaf, maafin gue yang egois. Hwaaa lu jangan kayak tadi lagi, gue takut lu kalo gitu."

Melihat sabahatnya menangis lelaki itu bergegas memeluknya, ia mengelus rambut Ana sesekali menepuk punggungnya.

"Jangan diulangi lagi ya, maaf juga udah marah tadi."

Ana memeluk Ivan erat sambil menangis tersedu-sedu, sampai matanya membengkak dan hidung memerah. "Udah kali Na, kok malah nangis terus sih."

"Gak mau, gini aja terus... hiks." Ia menarik kembali Ivan yang hendak melerai pelukannya, dan memeluknya erat.

"Iya lu enak gue yang pegel, yang bener posisinya ini." Ia pun bersandar pada kepala ranjang, dan Ana bersandar pada dada Ivan sambil memeluk pinggangnya.

***
Sudah mau menjelang sore, suara pintu rumah Ivan terbuka dan terlihatlah sosok bunda Mira. Ia melihat sekitar rumahnya yang sepi, padahal tadi anaknya bilang gak akan pergi kemana-mana.

Ia pun bergegas ke kamar putranya itu, dan ternyata ada dua remaja yang berbeda gender itu sedang tidur, bahkan sangat menggemaskan dengan posisi Ivan yang tertidur sambil bersandar, dan Ana yang tidur sambil menggunakan paha Ivan untuk bantal.

Ia pun mengabadikan momen tersebut dengan memotret mereka, ia mau memperlihatkan pada Namira nanti. Karena tidak mau membangunkan mereka, ia pun turun untuk memasak makan malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sahabat Jadi Cinta [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang