Setelah selesai ke perpustakaan bersama dengan Nasya, Syam memutuskan untuk pergi ke taman kampus. Syam duduk di atas rerumputan dengan punggung yang bersandar pada pohon.
Taman kampus memang sangat jarang di kunjungi, banyak orang lebih memilih rooftop karena di sana lebih indah dan nyaman. Sekarang yang Syam pikirkan adalah bagaimana caranya dia bisa membiayai kuliahnya.
'Gue harus apa? Nggak mungkin gue berhenti kuliah,' batin Syam.
'Gue harus nyari uang kemana?'
Syam memejamkan matanya, saat ini ia hanya sendirian karena suasana taman hanya di selimuti oleh sepi. Pikiran Syam benar-benar pusing. Biaya kuliahnya sangatlah mahal, di tambah lagi dia mengambil jurusan kedokteran.
"Syam!" seru seorang gadis.
Syam kenal betul suara itu, itu adalah suara Friska. Syam perlahan membuka matanya.
"Syam, gue nyariin lo tahu." Friska duduk di depan Syam.
"Gue habis dari perpustakaan sama Nasya," ucap Syam.
Friska mengangguk dan tersenyum. "Iya gue tahu, lo diem-diem ngelihatin Nasya sambil senyum aja gue tahu."
"Lo ngikutin gue?" Kali ini Syam benar-benar tak habis pikir.
"Iya." Friska memang mengikuti Syam, dan tentunya gadis itu mengajak Adam.
Syam tampak menghela nafas. "Lo masih suka sama gue?"
Friska mengangguk dengan penuh semangat. "Masih."
"Jangan suka sama gue, gue ... Udah suka sama orang lain," ucap Syam.
Friska terdiam, ucapan Syam benar-benar menusuk hatinya. Selang beberapa detik Friska tersenyum, walaupun tidak bisa di pungkiri ada sorot luka di matanya. Friska merasa seperti di tolak mentah-mentah.
Syam menatap ke arah lain, ia tidak bermaksud untuk menyakiti Friska. Syam menyayangi Friska, tapi hanya sebagai sahabat. Apapun yang terjadi Syam harus jujur dan menerima resikonya.
"Gue bakal tetep suka sama lo." Friska tersenyum lebar.
Syam menatap Friska. "Fris berhenti suka sama gue, berhenti nyakitin diri lo sendiri."
"Terus lo sukanya sama siapa?" tanya Friska.
"Sama Nasya," balas Syam, ucapan itu keluar begitu saja dari mulutnya.
"Oh gitu." Tak terasa air mata Friska perlahan turun.
Syam menghapus air mata Friska. "Jangan nangis, gue nggak mau lo sakit hati."
'Jujur, gue nggak kuat buat nyakitin orang. Karena gue tahu gimana rasanya sakit, gue nggak mau orang lain ngrasain apa yang gue rasain,' batin Syam.
"Gue nggak papa kok." Friska menurunkan tangan Syam.
Tak terasa mata Syam berair, cowok itu bergegas mengusap sudut matanya. Syam tidak ingin Friska melihat dirinya menangis, namun semua terlambat karena Friska terlebih dahulu menyadarinya.
"Syam, lo nangis?" tanya Friska.
"Nggak," balas Syam.
"Friska, janji sama gue kalau lo nggak bakal sedih lagi gara-gara gue," ucap Syam.
'Udah cukup tiap hari gue ngelihat mama gue terluka, gue selalu berharap orang-orang yang ada di deket gue selalu bahagia. Gue nggak sanggup kalau ngelihat mereka terluka,' lanjut Syam di dalam hati.
***
Setelah kelas selesai Syam berjanji kepada Nasya untuk mengajak gadis itu makan bersama. Makan bersama kali ini hanya berdua, tidak seperti makan bersama kemarin yang begitu ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syam Story
Teen FictionDia Syam Kavalen, laki-laki yang menjabat sebagai wakil ketua geng Jevins dan mempunyai cita-cita menjadi dokter. Syam selalu memasang wajah kalem dan selalu terlihat tenang. Syam mencintai gadis berhijab bernama Nasya, namun Syam harus terjebak cin...