AdA: 01

1.2K 129 51
                                    

Temu? Baru saja.
Tapi cinta? Sepertinya kau datang sambil menggenggamnya.

🌻🌻🌻
____________________________________

...

"Kalau memang tidak ingin bersama selamanya, lalu kenapa kalian menikah?!"

Teriak batin seorang gadis remaja yang kini sedang mati-matian menahan emosinya. Air matanya tertahan, antara sedih, kecewa, dan marah. Semua rasa itu berkecamuk dalam satu pusaran di hatinya.

...

_____________

.

Jakarta, akhir Januari 2022. Kecewa.

Hari menjelang malam.

Senyap menguasai seluruh isi rumah sejak beberapa jam lalu. Dua orang dewasa yang sudah tak saling menyapa, kini tampak sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka membiarkan dua putri tersayang menatap sendu dari sudut ruangan.

"Kak Ashel, Papa beneran mau pergi? Tadi Papa bilang gitu, Kak. Kata Papa, Papa ngga akan tinggal bareng kita lagi," ucap pelan seorang gadis kecil yang tengah menggenggam erat tangan kakaknya.

"Kakak juga ngga tau, Gisel." Si gadis remaja menjawab di tengah rasa kecewanya.

Hari ini adalah puncaknya. Lebih tepatnya siang tadi, saat hakim mengetuk palu sebagai tanda resminya perceraian orang tua Ashel. Meski sebenarnya gugatan cerai sang ibu telah dilayangkan untuk sang ayah sejak setahun lalu. Yang membuat tahun ini adalah 365 hari terburuk yang pernah dialami kedua putri cantik itu.

Adzana Shaliha, siswi kelas 11 yang sangat berprestasi di sekolahnya. Gadis ayu yang akrab dipanggil Ashel itu memiliki wajah tegas dan cenderung galak. Ashel adalah manusia penyendiri, bukan karena keadaan, tapi karena Ashel sendirilah yang menarik diri dari sekitarnya.

Apalagi dalam setahun terakhir ini, Ashel lebih menutup diri. Ia tidak akan membiarkan seorangpun untuk masuk dan tahu bagaimana kehidupannya. Ashel berusaha bersikap mandiri demi menyembunyikan kekecewaan dan kesedihannya. Rumit memang, tapi begitulah Ashel, si gadis yang tidak ingin peduli dengan apapun yang tidak berhubungan dengannya.

Sedangkan sang adik, Alia Giselle. Anak perempuan berusia 11 tahun yang sangat bergantung pada kakaknya. Karena Ashel lah satu-satunya yang memberi perhatian penuh untuk Gisel, sebab kedua orang tua mereka harus bekerja di perusahaan milik keluarga. Apalagi sekarang, di mana kedua orang tua mereka harus berpisah. Hingga hanya Ashel yang bisa memberi perhatian utuh untuk Gisel.

Kini Ashel menatap nanar ke arah seorang laki-laki yang berjalan ke arahnya. Pria berkacamata itu mendekat setelah menaruh koper di ambang pintu rumah.

"Ashel, Gisel, maafin Papa. Papa sudah ngecewain kalian. Maafin Papa, karena keluarga kita harus berakhir seperti ini," ucap Vino pada kedua putrinya.

"Papa mau ke mana? Kenapa Papa mau pergi? Papa udah ngga sayang Gisel lagi ya?" suara Gisel bercampur isak tangis.

"Gisel, dengerin Papa, Papa akan selalu sayang ke Gisel dan Kak Ashel. Tapi Papa harus pergi, ada hal yang membuat papa harus meninggalkan rumah ini," ucap Vino berusaha menjelaskan.

"Alasan apa yang membuat Papa pergi?" sahut Ashel yang membuat Vino menoleh cepat ke arahnya.

Sebenarnya Ashel sendiri pun tidak terlalu paham dengan perselisihan antara kedua orang tuanya. Yang Ashel tahu, setahun terakhir ini adalah masa-masa buruk bagi perusahaan keluarganya. Ashel menerka-nerka, apa mungkin ibunya yang ingin berpisah dari ayahnya karena tidak ingin terseret ke masalah perusahaan? Atau ada hal lain yang menjadi penyebab perceraian mereka?

Asmara dan AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang