Bagian 31

10.3K 946 110
                                    

Dulu Yudha pernah seperti ini, tepatnya saat mereka kuliah. Yudha tidak bisa dia hubungi dan tak jarang sulit sekali untuk bisa bicara lama dengan pria itu. Jadi ketika mereka putus komunikasi seperti sekarang, rasanya bukan hal baru lagi bagi Yara. Apalagi dulu jarak dan perbedaan waktu lebih menyulitkannya dibandingkan sekarang.

Meskipun begitu keadaannya, tak jarang pula Yudha balik menghubunginya beberapa jam kemudian. Yudha akan bertanya kenapa Yara menghubunginya berulang kali dan tak lupa mengatakan alasannya tak bisa dihubungi. Tentu saja hal seperti dulu itu jelas berbeda dengan yang terjadi selama beberapa hari belakangan.

Hampir satu minggu berlalu sejak Yara tak mendapati Yudha ada di apartemen. Jangankan untuk bertemu, berbicara melalui ponsel saja tidak bisa. Yudha juga tidak menghubunginya balik. Meskipun Yara tak yakin apakah Yudha sudah tahu kalau dia berusaha menghubungi pria itu atau tidak.

Yara sempat menduga, apa Yudha sengaja memblokir nomornya? Tapi itu jelas tidak lah mungkin. Untuk apa Yudha melakukannya, bukan? Yudha tidak akan setega itu padanya karena dia tidak memiliki kesalahan apapun. Hubungan mereka sejauh ini baik-baik saja meski tak sekali dua kali Yudha menekan agar mereka menjaga jarak.

Yudha sudah kembali kesini, Yara tahu itu. Yeri juga mengatakan padanya kalau Yudha sedang sibuk membantu menyelesaikan proyek karena harapan anak-anak kantor yang menginginkan libur panjang dan bonus besar untuk akhir tahun ini. Adik perempuannya itu hanya bisa bertemu Ditya ketika dia ke kantor Yudha, itu pun hanya sebentar.

Mengingat kembali tentang apa yang dikatakan adiknya, Yara harusnya merasa bersyukur. Ternyata Yudha tidak menjauhinya dengan sengaja. Pria itu hanya tertahan untuk sementara waktu sampai mereka bisa bertemu lagi.

Tapi tetap saja, Yara ingin mencoba untuk memastikan bahwa Yudha masih pria yang sama seperti dulu. Bahwa tidak ada yang berubah meski status pria itu tak bisa Yara abaikan begitu saja.

"Boleh aku pinjam ponsel sebentar, Kak? Aku ingin menghubungi seseorang," pinta Yara pada seorang perempuan berjas putih, salah satu dokter di rumah sakit yang sangat Yara kenali.

Yara memang ada di rumah sakit sekarang, tepatnya duduk bersandar di salah satu ranjang. Dia harus menjalani perawatan sampai besok atau mungkin lusa, tergantung dengan kondisi pemulihan tubuhnya nanti. Kemarin sore Ditya dan Yeri mendobrak kamarnya dan menemukan Yara sudah terbaring di kamar mandi dengan wajah pucat dan tubuh mendingin. Itu yang adiknya katakan sambil menangis setelah dia sadar.

Yara sangat menyadari bahwa sikapnya sering kali berlebihan. Sejak dulu, satu kebiasaan ini sulit untuk diubah. Ketika ada masalah besar yang dia dapatkan, Yara memiliki kecendrungan untuk mengurung dirinya di kamar. Menangis, mengeluh, menyalahkan diri bahkan tidak makan ataupun minum dengan harapan agar bisa lebih cepat meninggal dunia. Beruntung tidak pernah terbesit niat mengambil pisau untuk menyayat tangannya atau menggantung dirinya.

Ibunya sudah menyarankannya untuk konsultasi, tapi Yara tidak mau melakukannya. Dia tidak gila. Dia hanya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, tanpa ada orang lain yang datang mengganggu. Apa yang salah dari yang dilakukannya itu?

Tapi ada satu orang yang selalu berhasil membujuknya. Meski ketus, Yudha mampu menariknya keluar dari persembunyiannya. Meski terkadang kalimat Yudha kasar, Yara berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya. Sayangnya disaat Yara membutuhkan Yudha beberapa hari ini, pria itu tidak ada disisinya.

Apa yang dilakukan Putra padanya pagi itu menorehkan luka baru, persis ditempat luka lama yang sudah berhasil Yara sembuhkan dengan susah payah. Meski luka lama itu meninggalkan bekas, Yara berhasil mengabaikannya. Dan karena paksaan Putra padanya hari itu membuatnya kembali merasa seperti dulu. Kotor dan tak berharga.

Hold You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang