Prolog

159 21 0
                                    


Dibalik kaca mobil, seorang pemuda kini menatap gugup pada seorang Pemuda dan seorang Gadis, yang saling menautkan tangan.

Pemuda dibalik kaca itu tampak terkejut, dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, bahkan dapat dilihat dari tangannya yang bergetar, dan matanya yang membulat seolah melihat hal paling menakutkan di hidupnya.

Keyzia, bagaimana bisa kamu bersamanya… sampai-sampai, bergandengan tangan seperti itu dengan dia?

Bukankah kamu berkata kamu hanya… mencintaiku?

Pemuda itu mematung di tempatnya cukup lama, sambil terus memandangi kedua orang itu, yang tampak mesra layaknya pasangan kekasih.

Atau itu… hanya sebuah ucapan dari bibirmu saja, yang bukan dari hati?

Pemuda itu menggigit bibirnya dan berkata, ”Jalan… pak!”

“Baik, tuan!” sang sopir menjawab dengan segera, lalu ia menginjak pedal gas sambil sesekali melirik spion dan menatap dengan iba pada Pemuda dibelakangnya.

Pemuda itu kini tampak menundukkan kepalanya yang bertumpu dengan kedua telapak tangan, yang berada pada keningnya.

Kebetulan saat itu matahari sedang menerangi Pemuda itu, sehingga dapat dilihat sebutir dua butir air mata berkilauan jatuh dari Pemuda itu.

Dan, pemandangan itu  tentu saja dapat dilihat oleh sang sopir. Namun, sang sopir tidak dapat berbuat apa-apa, dan hanya dapat berharap, semoga tuannya bahagia dan dapat mencari pasangan yang dapat mengobati lukanya,

—Di sana nanti.

Rayhan, Si FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang