1. Boss rese dan kandidat calon

29.8K 855 44
                                    

Happy reading..

...

Nesha meregangkan tubuhnya setelah menyelesaikan setumpuk berkas di mejanya. Dia lalu membereskannya untuk langsung di berikan pada Boss nya itu.

"Guys gue ke ruangan Pak Boss dulu ya, doain tekanan darah gue normal, okay," Nesha mengacungkan jempolnya pada teman sesama divisinya, yaitu Jeanne, Bayu, Senja, dan Naya,

"Semoga kali ini diterima oke. Kalo gak diterima lo tamparin aja ke muka temboknya itu,"

Nesha mengangguk, dia lalu berjalan menuju ruangan Bos nya itu. Walaupun ia sangat malas, namun demi gajinya dia rela melakukan itu.

Bos nya meminta dia langsung yang mengantarkannya ke ruangannya.

Nesha mengetuk pintu berwarna hitam di depannya itu. Dia beberapa kali menarik nafasnya agar tidak kelepasan emosi. Okay, sabar, tarik nafas, buang, tenang.

"Masuk!"

Setelah mendapat perintah, dia langsung masuk ke dalam. Dan melihat Arsen sedang fokus dengan laptop di depannya.

"Pak, ini laporan yang Bapak minta. Saya juga sudah merevisi beberapa bagian yang tidak sesuai dengan permintaan Bapak,"

"Kamu buta atau gimana? Ini saya lagi sibuk, bisa tunggu sebentar. Kalo gak bisa, Silahkan kamu keluar!"

Nesha menyiritkan dahinya heran, padahal tadi dia bertanya baik-baik. Bahkan dengan suara yang terkesan lembut. Nesha mencengkram erat berkas yang dia bawa agar tidak kelepasan memukulkannya pada Arsen.

"Baik Pak,"

Arsen mengalihkan pandangannya menuju Nesha yang sedang berdiri di depan mejanya. "Nesha."

"Iya Pak? Kenapa lagi?" Tanya Nesha berusaha bersabar. Berusaha menampilkan senyuman terbaiknya.

"Sampai kapan mau berdiri terus? Kamu ngehalangin pemandangan tau gak? Duduk!"

Sebisa mungkin Nesha menahan tangannya yang sudah sangat gatal untuk tidak melempar berkas itu pada wajah Arsen.

"Sini berkasnya, biar saya periksa!" Pinta Arsen.

Nesha mengangguk, lalu menyerahkan berkas itu pada Arsen.

Arsen berdecak, dia menyimpan dokumen itu dengan cukup keras. Dia menatap Nesha. "Kamu ini gimana sih? Kerja itu yang benar! Ini kenapa nol nya lebih satu. Kamu mau bikin perusahaan saya bangkrut atau gimana?!"

Nesha menghela nafasnya. "Maaf Pak, biar saya ganti laporannya,"

Arsen melemparkan berkas itu, dia mengisyaratkan agar Nesha keluar dari ruangannya. Membuat Nesha sudah sangat kesal, dia mengambil berkas yang dilempar Arsen, lalu dia keluar dan menutup pintu dengan cukup keras. Memangnya tidak bisa, ya, pakai cara yang biasa saja.

"Dasar bos rese! Gak berperikemanusiaan! Gak ngehargain kerja keras gue banget sih! Padahal udah capek kerja dari tadi. Seengaknya kalo salah nasehatin baik-baik, bukan marah-marah! Gue sumpahin deh tu om-om punya istri yang bikin dia darah tinggi!"

Teman-teman sedivisinya menoleh pada Nesha yang terus menggerutu. Tapi itu sudah biasa, jadi mereka mengerti.

Jeanne menghampiri meja Nesha. "Ditolak lagi?"

"Iya! Kesel banget gue anjir!"

"Sabar ya, mending sekarang kita makan siang dulu. Di cafe depan sana, katanya makanannya enak sama murah," ajak Anna.

Nesha mengangguk, dia lalu bangkit dan mengambil ponsel dan dompetnya dari tas. Setelah itu mereka langsung pergi kesana.

...


MY HUSBAND IS MY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang