2. Perjodohan

19.9K 918 5
                                    

"Gimana gimana?" Tanya Sera—Ibunya saat melihat putri satu-satunya itu baru tiba di rumah.

"Gak ada yang cocok sama sekali!"

"Loh kok gitu, padahal itu Mama udah pilih sesuai kriteria calon suami kamu loh," kata Sera sambil mengikuti anak gadisnya itu menuju kamar.

"Kriteria apaan? Mereka kalo gak pamer harta ya julid. Ada juga yang jamet kuproy sama orang sok-sok an cool, terus juga ada yang ustad gadungan!"

"Oke, besok kita temuin yang lain lagi. Mama jamin kamu gak bakal nolak deh, percaya sama Mama,"

"Maaah!" Rengek Nesha.

"Jam delapan malam, mereka bakal kesini."

Nesha menjatuhkan tubuhnya di kasurnya. Dia pusing mengapa Mamanya itu bersikeras untuk menojodohkannya. Padahal dia sedang menikmati masa mudanya.

"Mama gak terima penolakan!"

...

Benar saja, saat di baru pulang dari kantor, rumahnya sudah sangat bersih dan rapi. Serta di meja makan banyak sekali makanan.

"Udah pulang nak? Langsung ke kamar ya, siap-siap." Sera menarik Nesha agar masuk ke kamarnya. Dia mencari dress yang cocok untuk Nesha.

Setelah selesai membersihkan diri, Sera langsung mendandani Nesha dengan makeup tipis. Dan juga rambutnya yang sudah ditata sebagus mungkin.

"Nahh, cantik banget. Ayo turun, pasti bentar lagi mereka sampai kesini,"

Ternyata keluarga yang dimaksud oleh Sera sudah sampai. Dia menyambutnya dengan hangat dan mempersilahkan mereka duduk.

"Wah, ini anak gadismu toh Ra? Cantik banget," puji wanita yang berstatus sahabat sera itu.

"Iya mbak,"

"Loh? Anak kamu kemana Len?" Tanya Mama Sera sambil melihat ke sekitarnya.

"Masih ada urusan di kantor katanya, sebentar lagi sampe kok ke sini,"

"Yaudah, mening makan malam dulu yuk. Keburu dingin makanannya," ajak Sera yang langsung disetujui oleh keluarga sahabatnya tersebut.

"Maaf saya terlambat," ujar seorang pria yang baru saja masuk ke dalam.

Nesha tersedak karena melihat Boss nya yang super menyebalkan itu ada disini. Sera segera memberinya segelas air dan langsung saja Nesha meminumnya hingga habis.

"Biasa aja kali Nes, iya tau dia ganteng sampe kamu terpesona gitu," ujar Sera menggoda Nesha.

"Ma.."

"Gak apa-apa Nak, ayo sini makan bareng dulu. Pasti kamu capek kan habis ngantor?" Kata Sera yang diangguki oleh Arsen.

Arsen duduk tepat di depan Nesha. Dia melirik Nesha sekilas, wajah gadis itu terlihat terkejut bercampur kesal. Wajar saja karena sedari tadi di kantor Arsen terus mengomelinya.

Setelah selesai makan malam, mereka melanjutkan obrolannya.

"Nah, jadi disini kita sudah sepakat untuk menjodohkan kalian berdua," kata Sera sambil melirik Arsen dan Nesha bergantian.

"Hah?!" Keduanya terkejut dan menatap satu sama lain. Orang tua mereka tertawa pelan melihatnya.

"Maah, aku gak mau!" Tolak Nesha.

"Nesha.."

"Mah! Please! Aku gak suka ya Mama main jodoh-jodohin aku gini! Aku mau aku sendiri yang cari calon suami aku, pilihan aku sendiri," kata Nesha.

"Ya sampai kapan Nesha? Umur kamu udah dewasa, penyakit Mama juga semakin parah. Mama takut gak bisa jaga kamu, Nak.." suara Sera melemah.

"Ma, tapi gak gini juga. A-aku bahkan gak ada perasaan apapun sama dia," Nesha terus meyakinkan Mamanya agar membatalkan perjodohan ini.

"Cinta itu bisa dateng karena terbiasa, lama-lama kalian akan saling menyayangi. Mama mohon ya Nak, Mama mau lihat kamu bahagia sebelum Mama pergi,"

Nesha langsung memeluk Sera saat itu juga. Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Mah, jangan ngomong begitu.."

Sera menangkup wajah putrinya itu. "Mau kan Nak? Keluarga kita sama keluarga Nak Arsen sudah bersahabat dari dulu. Jadi Mama percaya sama mereka bisa jagain kamu,"

"Kami sudah ngobrol sama Arsen, dan dia mau menerima perjodohan ini. Sekarang keputusan ada di tangan kamu," kata Ibunya Arsen.

Dia menatap Sera, wanita yang berstatus sebagai ibunya itu mengangguk sambil tersenyum. Dengan ragu, Nesha mengangguk pelan.

"Untuk pernikahannya, kita sudah diskusikan baik-baik, kalian nikah minggu depan. Sudah tidak perlu pacaran lagi kan? Soalnya sudah saling mengenal di kantor," kata Sheinna—Ibu Arsen.

"Iya, kalian cukup persiapkan diri kalian aja. Semua hal sudah kami urus, dan setelah menikah kamu akan tinggal di apartemen Arsen," kata Sera.

"Maah, terus nanti Mama gimana?"

Sera tersenyum. "Kamu lupa? Nanti hari minggu Javier pulang dari Jepang, dia kan lulus kuliah, jadi nanti tinggal sama Mama,"

"Tapi kan.."

"Apalagi Nesha? Udah ya, kamu tinggal nurut aja oke,"

Nesha menghela nafasnya, dia mengangguk saja. Sebenarnya dia sangat ingin menolak ini semua, namun saat Ibunya menatap dia penuh harap, membuat dia tidak bisa menolaknya.

...

Kini Arsen dan Nesha berada di taman belakang rumah. Tadi Arsen pamit mengajak Nesha mengobrol di sini.

"Bahagia banget ya?" Tanya Arsen.

Nesha tertawa sarkas. Dia menatap pria di sampingnya yang sialnya sebentar lagi akan jadi suaminya.

"Bahagia?! Dimana letak bahagia itu?! Anda liat muka saya?! Apa keliatan bahagia?!"

"Yang sopan kamu sama Boss sendiri," tegur Arsen.

"Bodoamat! Anda cuma Boss di kantor, tapi disini enggak ya!" Nesha memberanikan diri menatap Arsen dengan galaknya.

"Setelah kita nikah, langsung tinggal di apartemen saya. Dan mulai sekarang kamu harus belajar masak, beres-beres rumah, ngelayanin suami dengan baik dan lainnya," titah Arsen.

"Bapak mau nyari istri apa pembantu sih?!"

Arsen menatap Nesha dengan lekat. "Sebagai tugas istri harus bisa membahagiakan suaminya,"

"Saya kayaknya harus rajin ibadah deh. Soalnya kalo nanti hidup sama Bapak pasti istifar mulu tiap harinya, semoga aja saya gak darah tinggi.. bisa menyebabkan mati muda.."

MY HUSBAND IS MY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang