"Ya ampun,Dela!sudah berapa kali Bunda bilang!?apa susahnya sih buat nerima lamarannya Nak Afkar aja?" Ujar Bunda yang kelihatannya mulai tak sabar.
Pasalnya,sedari tadi Dela terus berkata 'Dela gak bisa bun,Dela gak bisa' dan itu berhasil membuat Bunda jadi makin pusing mendengarnya.
"Dela gak bisa, bun. Dela masih dalam masa kuliah. " jawab Dela sambil terus mengusap air matanya dengan tisu.
"Bunda gak mau tau. Pokoknya kamu harus terima lamaran Nak Afkar. "Tegas Bunda pada anaknya itu.
" Bunda kok maksa? "
"Ya karna Bunda sama Ayah udah nerima. Tinggal kamu nya aja yang susah. "
" Lagian kenapa Bunda nerima lamaran ini tanpa persetujuan dari Dela dulu?"
"Karna Bunda tau ini yang terbaik buat Dela. " jawab Bunda dengan nada yang lebih lembut. Bunda mendekat dan memeluk putrinya.
Dela balas memeluk Bunda nya dan menyembunyikan wajahnya di perut Bunda nya. Bunda terus mengelus kepala putrinya itu untuk menenangkan nya.
"Dela butuh waktu buat mikirin ini, Bun. " jawab Dela akhirnya yang membuat Bunda nya mau tak mau mengangguk mengiyakan.
"Iya, Nak. Nanti Bunda bilangin ke Nak Afkar ya kalau Dela masih butuh waktu. "
*
*
*
"Dela lu kenapa sih? Dari tadi diem aja. " tanya Syiva yang sedari tadi memperhatikan Dela.
Dela hanya melirik sahabatnya sejenak lalu kembali menatap bakso nya. Syiva, Elya, dan Nisa melongo dibuatnya. Tumben tumbenan Dela jadi diem diem begini. Pasti ada apa-apa nih.
"Permisi,mbak." ucap seseorang yang sontak membuat semua orang yang ada dimeja itu-kecuali Dela tentunya-menoleh.
Seorang gadis cantik berhijab peach dengan jubah yang senada dengan warna jilbabnya sedang berdiri menatap mereka sambil memegangi tas selempang nya.
"Kenapa, mbak? " tanya Nisa sesopan mungkin.
"Emm saya boleh minta tolong gak, mbak? "
"Minta tolong apa, mbak? " kini giliran Syiva yang menjawab.
" Saya mau minta tolong antarkan saya ke ruangannya pak Afkar bisa gak,mbak? "
Uhukk Uhukk
Nisa langsung menyodorkan segelas es teh kepada Dela. Mbak mbak ini mau ngapain?, batin Dela.
"Emang di Koridor gak ada orang ya, mbak? Kok minta tolong nya sampai ke kantin? " tanya Elya sarkas.
"Saya gak ketemu siapa-siapa di Koridor tadi, mbak. Makanya saya ikutin aja jalannya yang ternyata sampai ke kantin. " jelas gadis itu.
"Maaf, mbak. Tapi mbak ada perlu apa ya sama Pak Afkar? " tanya Nisa lagi.
"Emm, Saya mau bicara sama Pak Afkar. "
" Emang mbak siapa nya Pak Afkar? Mbak udah buat janji sama Pak Afkar? Terus mbak kok bisa tau kalo Pak Afkar kerja disini? Mbak tau kan-" pertanyaan Elya yang beruntun dan tidak ada habisnya itu harus terpotong karena Syiva menepuk pundaknya keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pharmacy Love Story
RomanceAzkiya Dela Ananta. Gadis cantik pecinta buku. Tidak suka membahas tentang cinta ataupun lelaki. Sedang mengejar mimpinya untuk menjadi apoteker di jurusan farmasi. Tidak menyangka bahwa Ia telah mengubah hidup seorang dosen tampan. Afkar Alfa...