18. HUJAN

39 3 0
                                    

“Aleena, kakak lo kapan pulangnya?” tanya Ghadia kepada Aleena.

“empat hari lagi.” ucap Aleena agak kesal jika mengingat kakak keduanya itu.

Ghadia membelalakkan matanya, “lama banget, Al.”

“iya, soalnya kata kak Arion ada masalah serius di sana.” Ghadia mengangguk-angguk.

“kepo banget sih lo.” cibir Cahaya pada Ghadia.

“syirik aja lo. Aleena aja enggak masalah kok lo yang sewot.” ucap Ghadia ketus.

Ajeng yang berada di samping Cahaya agak kesal, karena mereka selalu saja seperti itu tidak pernah berubah.

“lo harus jauhi Arkan.” ucap Ajeng tiba-tiba dan ucapannya membuat Ghadia maupun Cahaya yang tengah berdebat menghentikan perdebatannya.

“siapa, jeng?” tanya Ghadia penasaran.

“Aleena.” jawab Ajeng dengan singkat dan datar.

“kenapa?" Tanya Aleena tidak mengerti dengan ucapan Ajeng.

“karena dia bukan orang baik.” ucap Ajeng dengan wajah datarnya.

“emangnya Aleena dekat sama kak Arkan?” tanya Cahaya bingung.

“kemarin waktu aku ada di UKS kak Arkan nyamperin aku dan bilang dia temen kak Arion.” ucap Aleena.

“WHAT!” teriak Cahaya yang membuat para siswa dan siswi di kantin menatap mereka dengan tatapan sinis.

“aduh! Telinga gue sakit tahu nggak.” ucap Ghadia kesal.

“sorry.” Cahaya tampak acuh tak acuh pada tatapan para siswa dan siswi yang berada di kantin.

“lo serius, Al?” tanya Cahaya tidak percaya dengan ucapan Aleena.

Pasalnya semua orang tahu, tidak sembarang orang bisa dekat dengan Arkan walaupun laki-laki itu urakan atau bad boy. Dan Cahaya juga terkejut karena Arkan mendekati Aleena, yang berarti dia sudah tahu kalau Aleena adalah adik Arion.

“itu artinya kak Arkan tahu dong kalau lo adiknya kak Arion.”

“lo budeg ya?” ucap Ajeng.

“maksudnya?” Cahaya mengernyitkan dahinya.

“maksud Ajeng itu, tadi kan lo udah denger 'kan kalau Aleena bilang kak Arkan mengaku sebagai temennya kak Arion.” jelas Ghadia.

Cahaya mengangguk-angguk paham.

“Al, bener yang diomongin sama Ajeng. lo harus jauhin kak Arkan, karena kak Arkan itu mu-” baru saja Cahaya ingin menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba ada seorang tiga orang laki-laki berdiri di belakang mereka.

“Al, ikut gue yuk!” ajak Arkan.

BRAK!

Ghadia memukul meja dengan keras, lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian.

“kak, mending lo jauh-jauh dari Aleena.” tekan Ghadia.

Arkan tidak menghiraukan ucapan Ghadia dan memilih untuk menggapai tangan kanan Aleena untuk di ajak pergi. Sehingga otomatis Aleena berdiri karena tubuhnya ikut tertarik.

Ghadia mendelik tajam, melihat Arkan yang dengan berani memegang tangan Aleena. Ia pun melepas tangan Aleena dari Arkan dengan kasar.

“aww.” pekik Aleena dengan lirih, karena merasakan sakit sakit di pergelangan tangannya.

“lo nggak apa-apa 'kan?” tanya Ghadia dan Arkan secara bersamaan.

“ngapain lo ngikutin gue?” tanya Ghadia dengan ketus kepada Arkan.

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang