18 | Cheska

11 5 0
                                    

APA—apa yang baru saja terjadi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

APAapa yang baru saja terjadi?

Selesai membayar nasi ayam, Cheska mendapati Ares dan Reiya berjalan ke tempat parkir. Di sampingnya, Kellan memasukkan dompet seraya memberitahu pengeluaran terakhir, berikut sisa ongkos mereka. Lalu Kellan tahu-tahu berhenti dan semuanya tampak blurReiya berteriak, Kellan berlari, Kellan membuka pintu mobil Ares, dua orang di belakang Reiya bolak-balik memandanginya dan mobil yang dimasuki Ares, Kellan berteriak lagi.

Kini Cheska mencoba menenangkan diri dengan bersandar pada kursi penumpang selagi Kellan mengemudi. Setidaknya hawa sejuk dari pendingin udara cukup membantunya mengatur napas. Dari pemandangan depan dan samping, Cheska menduga mereka tengah melewati jalan yang sama dengan kemarin. Kemudian, Kellan mengangsurkan ponselnya.

"Tolong sambungin Google Maps-nya," gesturnya pada head unit.

Cheska melakukannya. Di sela-sela memencet tombol, Cheska berujar, "Tadi kita nggak nabrak mereka, kan? Mereka nggak luka, kan?"

"Siapa? Yang ngejar Ares?"

"Iya. Saya kaget banget dua-duanya ternyata ngejar kita sampai pukul-pukul mobil segala. Mana yang cewek nyaris lompat ke kap depan."

Kellan tak menjawab apa-apa, tetapi matanya sekilas melirik ke arah spion yang menekuk, hasil perbuatan wanita dari mobil APV abu-abu itu.

Insiden tadi berlawanan dengan matahari pagi ini yang begitu ramah. Birunya langit bahkan sempat membuat Cheska lupa Reiya dan Ares sedang berada di mobil berbeda. Tak disangka, walau baru kenal, dia bisa merasakan perbedaan dari ketidakhadiran keduanya meski biasanya mereka tak terlalu banyak bicara. Bagaimana mereka sekarang? Apa baik-baik saja?

"Saya kira Ares nggak seserius itu soal penguntitnya," tutur Kellan tiba-tiba.

Cheska menunggu kalimat selanjutnya.

"Di tol Palikanci, sebetulnya saya lihat mobil itu, tapi saya jaga-jaga siapa tahu Ares membual. Saya belum pernah lihat panik yang kayak gitu."

"Jadi, kamu memang percaya sama Ares?" tanya Cheska.

"Nggak, saya tetap ragu waktu itu. Gimanapun juga, saya membayangkan perjalanan ini bakal mulus-mulus aja. Mungkin semuanya bakal beda kalau Ares kasih tahu kita dari awal."

"Ya, pasti." Cheska meletakkan buku-buku jarinya ke bibir. "Tapi karena ini semua udah kejadian, mau nggak mau harus kita hadapi."

Lampu merah menghentikan laju mereka. Masih ada enam puluh detik untuk menunggu. Kaki Cheska mengetuk cepat, matanya memeriksa layar ponsel Kellan yang menampilkan peta sebelum dia mengambil ponselnya sendiri. Hari ini dia belum menelepon Ibu dan Ibu juga belum menghubunginya. Haruskah dia memberitahu Ibu kondisi ini? Dia tak mau membuat Ibu khawatir, tetapi Ibu berhak tahu. Atau, dia katakan saja mereka sudah berangkat tanpa embel-embel apa pun, kemudian meminta doa. Memang sulit dan menyebalkan berpura-pura dari orang tua, tetapi untuk sekarang ini yang terbaik.

Menanti MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang